Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dinda Fira Shabrina

Inspirasi dari Seorang Pemimpin Negeri

Sejarah | 2021-11-25 06:52:25
Foto Cover Buku

Judul : Jenderal Soedirman

Penulis : Anom Whani Wicaksana

Tahun terbit : 2020

Halaman buku : V + 151

Penerbit : C-Klik Media, Jakarta Selatan

Peresensi : Dinda Fira Shabrina/ Farmasi/ Universitas Muhammadiyah Malang

“Jenderal Soedirman” merupakan buku yang ditulis oleh Anom Whani Wicaksana. Buku ini merupakan cetakan pertama tahun 2020 yang menceritakan tentang kehidupan seorang pahlawan, Jenderal Soedirman, dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Yogyakarta, 26 Juni 1980. Karya pertamanya, yaitu Soe Hok Gie Tak Pernah Mati: Catatan Sang Demonstran. Karya lainnya, yaitu Raden Ajeng Kartini: Perempuan Pembawa Cahaya untuk Bangsa (C-Klik Media tahun 2018), Muhammad Hatta: Hidup Jujur dan Sederhana untuk Indonesia (C-Klik Media tahun 2018), Plato: Belajar Kepemimpinan dari Plato (C-Klik Media tahun 2018), Bunda Teresa: Inspirasi dari Seorang Perempuan Penyayang (C-Klik Media tahun 2018), Ganjar Pranowo: Memimpin dengan Akrab (C-Klik Media 2019), Ridwan Kamil (C-Klik Media 2019), dan lain-lain

Jenderal Soedirman adalah salah satu pahlawan yang jasanya sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia. Ia memiliki orang tua kandung dan orang tua angkat. Orang tua kandungnya bernama Karsid Kartawiradji yang bekerja di pabrik gula dan ibunya bernama Siyem yang berasal dari Purwokerto. Ibu Jenderal Soedirman memiliki kakak kandung yang bernama Toeridowati. Toeridowati memiliki suami yang bernama Raden Tjokrosoenarjo.

Sejak dalam kandungan, Tjokrosoenarjo meminta izin kepada ibu kandung Soedirman, Siyem, agar ia dan istrinya, Toeridowati, bisa merawat keponakannya itu. Soedirman memiliki gelar “jenderal” karena Raden Tjokrosoenarjo merupakan asisten wedana di Rembang, Jawa Tengah. Ayah angkatnya, Tjokrosoenarjo, pensiun dari jabatannya pada saat Soedirman berusia 8 bulan. Saat Soedirman berusia 6 tahun, ayah kandungnya yang bernama Karsid meninggal dunia. Ayah angkatnya, Tjokrosoenarjo, meninggal pada saat Soedirman menempuh sekolah guru di Cilacap tahun 1936.

Soedirman memasuki masa sekolah pada tahun 1923. Ia memperoleh pendidikan formal di sekolah Hollandsch-Inlandsche School atau HIS (setingkat SD) pada usia 7 tahun karena berkat status Raden Tjokrosoenarjo yang merupakan mantan pejabat. Pada tahun ketujuh sekolah, Soedirman pindah ke sekolah menengah milik Taman Siswa karena ia selalu mendapatkan ejekan di HIS. Setahun kemudian, Taman Siswa ditutup sehingga Soedirman pindah ke sekolah menengah Wirotomo. Setelah lulus dari Wirotomo, Soedirman menjadi pemimpin Hizbul Wathan cabang Cilacap. Dia memiliki tugas untuk menentukan, merancang, dan merencanakan kegiatan kelompoknya. Ia juga mengajarkan kepada para anggota muda Hizbul Wathan tentang sejarah Islam dan pentingnya moralitas serta disiplin militer.

Dalam perjuangan melawan penjajah, Soedirman termasuk salah satu pejuang pemberani. Ia memiliki kehidupan yang sulit, namun ia selalu ingin berjuang dalam melawan dan mengusir penjajah. Dalam sejarah perjuangan RI, Soedirman dicatat sebagai panglima dan jenderal RI yang pertama dan termuda. Soedirman memiliki banyak kepribadian positif. Salah satunya keras hati, ia selalu ingin bergerilya walau sedang terkena penyakit TBC akut pada paru-parunya.

Soedirman wafat pada tahun 1950. Sebagai tanda berkabung di seluruh negeri, pemerintah pusat memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang. Di Jakarta, sosok Soedirman diabadikan dalam bentuk patung setinggi 6,5 meter di atas penyangga 5,5 meter. Tidak hanya Indonesia, Jepang juga sangat menghormati Jenderal Soedirman. Hal ini terlihat dengan adanya patung Soedirman di Negeri Matahari Terbit itu. Wajah Soedirman juga muncul dalam mata uang rupiah sebanyak 11 jenis uang rupiah. Sejumlah jalan di berbagai kota besar di Indonesia juga diberi nama Soedirman. Bukan hanya nama jalan saja, tetapi telah dibangun Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas yang didirikan pada tahun 1963.

Soedirman adalah pejuang yang memiliki tekad kuat dan niat baik untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, contohnya pada masa Perang Gerilya. Ia, pasukan, dan dokter pribadinya berjuang mengusir tentara Belanda untuk mengumumkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih berdiri tegak. Soedirman merupakan orang yang gigih, tegas, amanah, dan tanggung jawab. Ia juga merupakan seorang yang taat dan memiliki kepatuhan terhadap agama Islam. Nilai kejuangan juga ia miliki, yaitu nilai yang terkandung dalam usaha dengan penuh kesukaran dan bahaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan tenaga dan pikiran serta usaha yang penuh dengan risiko dan bahaya contohnya perang. Jenderal Soedirman merupakan pendidik yang berkualitas, cerdas, dan peduli terhadap sesama. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman sangat melekat dalam jiwanya. Walaupun Ia sedang memiliki penyakit TBC akut, semangat juangnya tidak pernah surut.

Kelebihan dari buku yang berjudul “Jenderal Soedirman” ini, yaitu buku ini sangat menginspirasi semua orang. Foto atau gambar dalam buku ini cukup mendukung dalam memberikan suatu gambaran yang jelas dalam suatu peristiwa. Selain itu, buku ini bersifat informatif karena buku ini berisi informasi terkait perjalanan kehidupan salah satu pahlawan bangsa. Alur dan latar yang digunakan adalah alur maju sehingga para pembaca mudah memahami jalan cerita. Kepribadian tokoh utama juga membuat banyak orang terinspirasi. Selain kelebihan, juga terdapat kelemahan dalam buku ini, yaitu buku ini dicetak menggunakan kertas buram sehingga terkesan kurang menarik.

Setelah membaca buku ini, wawasan para pembaca bertambah tentang informasi seorang pahlawan negeri, yaitu Jenderal Soedirman. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil hikmahnya dari seorang teladan tersebut. Kepribadian positif yang ia miliki, membuat para pembaca semakin terinspirasi oleh beliau. Tanggung jawab dan kecerdasan Jenderal Soedirman, dapat membuat negeri ini merdeka. Jiwa nasionalisme ini sangat dibutuhkan oleh generasi penerus bangsa.

Buku ini sangat informatif dan mendidik sehingga layak dibaca bagi para pembaca mulai dari usia 5 tahun. Khususnya bagi para pelajar yang sedang mencari informasi sebanyak-banyaknya. Para pekerja karier juga bisa membaca buku ini, jika ingin mengetahui lebih dalam tentang seluk-beluk seorang pahlawan negeri.

Identitas Pereview

Foto Pereview

Nama : Dinda Fira Shabrina

TTL : Pamekasan, 06 Juni 2003

Alamat : Jalan Bendungan Sutami Gang 2a No. 51, Malang, Jawa Timur

Email : [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image