Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dwi eva agustina

Orang Tua, Guru Pertama Bagi Anak

Eduaksi | Wednesday, 24 Nov 2021, 17:56 WIB

Orang Tua Guru Pertama Bagi Anak

Identitas Buku

Judul Buku : Terima Kasih, Anakku

Penulis : Seruni Nareswari

Penerbit : C-klik Media (kota)

Tahun terbit : 2021

Kota terbit : Yogyakarta

Jumlah halaman : 168 halaman

Harga Buku : Rp. 53.000

Peresensi : Dwi Eva Agustina/159/D

Buku non fiksi dengan judul “Terima Kasih, Anakku” adalah sebuah buku yang menginspirasi banyak orang untuk mendidik anak dan membentuk kepribadian anak yang baik. Penulis juga menjelaskan bahwa anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang dititipkan kepada orang tua. Semestinya, orang tua berbahagia dengan kehadiran anak ditengah-tengah mereka. Kehadiran anak mampu memberikan kehangatan dalam keluarga. Namun, hal tersebut bisa saja tidak berlaku bagi orang tua yang merasa kewalahan dalam mendidik anak-anaknya. Sebagai orang tua, terutama ibu, seharunya kita membekali diri dengan ilmu yang mumpuni tentang cara membimbing dan mendidik anak dengan baik. Intinya, baik ibu maupun anak harus sama-sama belajar. Kita harus menyadari bahwa anak merupakan guru kehidupan bagi kita.

Dalam isi buku tersebut berisi tentang kepribadian anak dari segala bentuk sifat dan tingkah laku. Buku ini juga menjelaskan bahwa Setiap anak memiliki sifat yang beragam, bahkan kakak beradik pun memiliki kepribadian berbeda. Kepribadian anak juga dapat dibentuk dari banyak kebiasaan yang dijalaninya. Seperti kebiasaan dalam keluarga ialah sikap malas atau disiplin dalam membantu bersih-bersih rumah, pemalu atau pemberani dalam menyampaikan pendapat kepada orang tua, serta berbagai sikap lainnya. Sedangkan, contoh kebiasaan di lingkungannya ialah sikap sombong atau rendah hati dalam bergaul, sikap egois atau biasa berempati pada teman di lingkangan pergaulannya. Banyak orang tua yang terkadang merasa stress karena tidak menemukan cara tepat untuk mendidik anak-anak mereka. Kepribadian anak merupakan hal penting yang harus disadari dan dipahami orang tua lebih awal. Agar mengenal anak lebih dekat, orang tua harus bisa mengetahui ramagam kepribadian anak.

Buku ini juga memberi banyak solusi agar bisa membentuk kepribadian anak yang baik, perlu diketahui bahwa kepribadian terbentuk berdasarkan hasil meniru. Anak yang melihat tindakan yang dilakukan orang tuanya di rumah dan mengamati hal yang dilakukan orang-orang di lingkungannya. Penulis juga mengarahkan para pembaca khususnya pada orang tua dalam membingbing anak baik dan benar.

Saya dapat belajar dari buku ini, agar kelak di masa yang akan datang saya bisa berhati-hati dalam mendidik anak dengan baik. Contohnya dengan tidak menaruh ekspektasi lebih kepada anak dan selalu memberikan respon positif pula. Dengan meninggalkan pola asuh dengan kekerasan, ancaman, menakut-nakuti dan lain sebagainya yang membuat anak merasa tertekan dengan itu semua.

Melihat kondisi pada zaman modern saat ini, khususnya para remaja yang tidak bisa terlepas dari gadget mereka. Sebagai orang tua harus membatasi pemakaian alat tersebut. Karena bisa menjadi kecanduan saat menggunakan gadget. Apalagi terdapat berbagai banyak game yang bisa mengalihkan waktu belajar untuk anak. Sayangnya, terkadang orang tua sering memiliki pandangan yang keliru tentang game. Banyak yang berpendapat di daerah saya yang mengatakan seperti ini “ lebih baik bermain game seharian di dalam rumah, daripada bermain diluar rumah “. Namun, mereka tidak tahu jika kecanduan menggunakan gadget dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Memang tidak bisa dipungkiri gadget juga dibutuhkan pada saat pandemi sekarang ini, dengan pembelajaran di sekolah yang tidak bisa bertatap muka, gadget membantu kita agar tetap bisa belajar dengan simtem pembelajaran daring/online.

Isi dari buku ini bukan hanya tengtang anak saja. Melainkan, menjelaskan bagaimana agar menjadi seorang ibu yang mempunyai kepribadian baik. Dalam zaman sekarang ini apalagi khususnya yang tinggal di kota-kota, banyak ibu yang memilih menjadi wanita karier yang membuat mereka kehilangan moment berharga bersama anak maupun keluarga dan waktu bercengkrama dengan anak akan berkurang. Namun jika di lihat dari sisi positifnya perekonomian keluarga menjadi terbantu, mampu mengasah kecerdasan intelektual, lebih pandai bergaul, berwawasan luas, memiliki pola pikir yang lebih berkembang, pandai mengatur keuangan dan membuat bangga anak-anaknya.

Kelebihan dalam buku ini, buku ini menginspirasi banyak orang akan hal penting tentang mengenal anak lebih dekat, membentuk kepribadian anak yang baik, dan pola asuh orang tua yang tepat serta cover dan isi buku ini juga sangat menarik disertai dengan gambar yang mudah dipahami oleh para pembaca.

Kelemahan dari buku ini, tata bahasanya yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta, penggunaan bahasa yang kurang baik akan mengakibatkan para pembaca kesulitan untuk memahami kata maupun kalimat yang ada didalam buku ini.

Rekomendasi, meskipun buku ini memiliki kelemahan tetapi buku ini layak dibaca untuk semua kalangan orang dewasa karena buku ini menginspirasi tentang mengenal anak lebih dekat, membentuk kepribadian anak yang baik, dan pola asuh orang tua yang tepat.

Kepribadian anak merupakan hal penting yang seharusnya disadari dan dipahami orang tua lebih awal. Agar mengenal anak lebih dekat dan orang tua harus mengetahui ragam kepribadian anak. Selama ini, kita mengetahui bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Namun, jika dipandang dari sisi lain, bukan hanya anak yang belajar dari orang tuanya, melaikan sebaliknya. Sebagai orang tua, baik disadari maupun tidak, kita juga belajar dari anak saat membersamai tumbuh kembangnya. Dari anak, kita belajar mengasihi tanpa pamrih, ketulusan tiada henti, dan kesabaran yang tidak terbatas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image