Melewati Batas Dapat Menuai Banyak Masalah
Sastra | 2021-11-24 17:49:39Judul: Dua Garis Biru
Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun: Cetakan Pertama, Oktober 2019
Jumlah: 208 halaman
Peresensi: Salza Filosofi Nevita Caesar/ 099/ Farmasi C
Buku âDua Garis Biruâ adalah buku ciptaan Lucia Priandarini dan Gina S. Noer. Lucia Priandarini lahir di Malang, 21 Januari 1984. Ia lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Ia sempat menjadi reporter dibeberapa media dan menulis naskah nonfiksi bersama beberapa penerbit. Lucia juga mencoba menulis buku fiksi sebagai sarana untuk menuangkan perasaannya. Tahun 2019 ia berkolaborasi dengan Gina untuk menulis novel adaptasi film âDua Garis Biruâ. Buku ini membawa sebuah cerita tentang bagaimana jika sebuah hubungan pacaran yang dilakukan remaja dapat melampaui batas normal. Kisah di buku ini mencerminkan kehidupan remaja jaman sekarang yang tak lagi mempunyai batasan.
Latar tempat pada novel ini di sekolah, ruang UKS, kamar Dara, dan rumah Bima. Alur yang terdapat dalam novel adalah alur maju, dimana cerita dari pengenalan, konflik, dan penyelesaian masalahnya runtut dan jelas. Sudut pandang yang terdapat pada novel ini adalah sudut pandang campuran.
Novel ini bercerita tentang sepasang kekasih yaitu Bima dan Dara. Disetiap sekolah pasti selalu ada karakter âBimaâ sebagai laki-laki nakal dan âDaraâ sebagai perempuan yang pintar. Cerita novel diawali dengan adegan Bima yang harus menanggung malu di kelas karena ulangan Fisikanya hanya mendapat nilai 40, sedangkan Dara mendapat nilai 100. Bima diceritakan lahir dari keluarga pas-pasan, bahkan dirinya tidak tahu setelah lulus SMA akan melanjutkan kemana. Sementara Dara sudah mempunyai target akan berkuliah di Korea Selatan.
Saat itu Dara mengajak Bima pergi ke rumahnya dan Bima didandani seperti orang Korea. Dara ingin memfoto Bima dan mengunggahnya di sosial media, tetapi Bima menolak. Ketika Bima merebut ponsel Dara, mereka pun saling bertatapan dan akhirnya melakukan hubungan intim yang membuat Dara hamil diluar nikah. Mereka tahu perbuatan yang mereka lakukan akan membuat hidup mereka berubah dan tentunya mengecewakan orang-orang terdekat, terutama orang tua yang mempunyai harapan besar terhadap masa depan mereka.
Kenyataan dan harapan keluarga membuat Bima dan Dara semakin terdesak untuk memilih antara siap menjalani hidup bersama dengan menikah atau melangkah pergi ke arah yang berbeda yaitu melanjutkan pendidikan. Diusianya yang masih sangat belia mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah mereka perbuat.
Keduanya berniat untuk menggugurkan kandungan Dara, berbagai cara sudah dilakukan untuk menggugurkan janinnya tetapi tidak ada yang berhasil. Anehnya kondisi bayi di perut Dara sehat dan terus membesar. Dara khawatir dengan impiannya untuk kuliah di Korea yang mungkin tidak akan terwujud. Terlepas dari usianya yang masih muda, tidak lama lagi mereka akan menjadi seorang ayah dan ibu. Namun, tentu saja tidak mudah bagi mereka untuk menghadapi kenyataan dan konsekuensi.
Suatu hari Dara melewati lapangan basket dan tak sengaja kepala Dara terkena bola, Dara mengeluh sakit perut dan khawatir akan bayi yang dikandungnya. Bima langsung menggendong Dara ke UKS dan diperiksa oleh petugas, setelah diperiksa ternyata Dara dinyatakan hamil. Akhirnya kebohongan yang selama ini Dara dan Bima tutupi terbongkar. Pihak sekolah menghubungi keluarga Bima dan Dara untuk memberitahu apa yang terjadi. Setelah mengetahui bahwa Dara hamil, kedua orang tua Dara dan Bima sangat kecewa pada mereka. Orang tua Dara sangat marah pada Bima yang sudah menghamili anaknya.
Satu persatu masalah mulai muncul, mulai dari Dara yang tidak diizinkan untuk tinggal di rumahnya membuat Dara menginap di rumah Bima. Kakak Bima yang datang dari Bandung awalnya ingin menyampaikan kabar bahwa ia akan menikah, tetapi dikagetkan dengan Bima yang menghamili anak orang. Hal itu membuat kakaknya memarahi Bima. Masa depan mereka sudah di ujung tanduk karena mereka mendapat sanksi sosial mulai dari DO sekolah, dibicarakan para tetangga, disindir teman-teman, bahkan yang lebih parah dibuang oleh keluarga sendiri.
Seiring berjalannya waktu orang tua mereka mulai menerima keadaan walaupun masih ada perasaan kecewa. Dengan segala pertimbangan akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah diusia muda. Bima yang tinggal di rumah Dara dan bekerja di restoran milik ayah Dara membuat Dara semakin khawatir dengan masa depan Bima, apakah akan terus bekerja di restoran milik ayahnya atau melanjutkan kuliah.
Novel ini memberi kritik terhadap para orang tua yang selama ini merasa tabu untuk membahas sex education dengan anak mereka. Novel ini tidak hanya memberi pelajaran tentang risiko-risiko seks di luar nikah, tetapi juga mengenai parenting. Gaya penulisan di novel ini juga sangat nyaman untuk dibaca. Setiap deskripsi ditampilkan dengan sangat rinci dan menggunakan bahasa yang begitu mudah dipahami.
Dari kisah Dara dan Bima, kita diingatkan oleh banyak hal penting. Mulai dari pentingnya edukasi seks sejak dini hingga besarnya peran dan tanggung jawab orang tua. Banyak orang bilang bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah dan seru. Namun, pada masa itu seseorang remaja bisa rentan dan bertindak tanpa berpikir panjang. Pendekatan orang tua kepada anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sifat dan sikap anak.
Novel ini direkomendasikan untuk para remaja, apalagi yang sedang kasmaran. Perlu diingat bahwa cinta itu menjaga bukan mengadu raga apalagi merusak jiwa.
Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
Nama : Salza Filosofi Nevita Caesar
Tempat Tanggal Lahir : Trenggalek, 15 November 2001
Alamat : Jl. Sigura â Gura No.18, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.