Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Muruah Hilang, Hidup Hina dan Dihinakan

Gaya Hidup | Monday, 01 Aug 2022, 07:26 WIB

Citayam Fashion Week di kawasan dukuh atas BSD , Jakarta memang sudah dibubarkan aparat. Tak ada lagi lenggak-lenggok anak muda dengan fashion seadanya dan para selebritas yang curi-curi kesempatan untuk konten mereka tetap hidup.

Apakah ini sudah berakhir, dimana budaya di luar Islam diadopsi dan dianggap bagian dari tatanan masyarakat yang mayoritas Islam?
Belum, malah lebih ngeri. Sebagaimana setiap tahun digelar peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, demikian pula acara sebelumnya yaitu lomba antar provinsi hingga RT. Dimana melibatkan semua kalangan termasuk ibu-ibu. Jenis lomba dari yang serius hingga sekadar penggembira. Namun lebih banyak yang konyol, tak masuk akal dan menghilangkan Muruah atau kehormatan diri.

Siapakah yang menjadi contoh? Semua, baik dari pejabatnya maupun rakyat dan ulamanya. Berawal dari kemunduran berpikir kemudian sikap apalogize yang dibiarkan dan hilangnya standar perbuatan berikut standar kebahagiaan. Kaum Kafir tak pernah memaksakan meskipun mereka setiap saat seolah mengkampanyekan gaya hidup mereka. Karena memang demikianlah pandangan hidup mereka. Sekuler. Memisahkan agama dari kehidupan sehingga tak penting bagaimana anda beribadah kepada Tuhan anda.

Allah SWT berfirman yang artinya,”Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan”. Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H menjelaskan, setelah mereka dikumpulkan, juga teman-teman sejawat mereka serta sembahan-sembahannya dan mereka telah digiring ke jalan neraka serta ditahan lalu ditanya dan mereka tidak dapat menjawab, maka mereka menghadap kepada sesame mereka, lalu sebagian mereka mencela sebagian yang lain atas penyesalan dan kesesatan mereka. Maka para pengikut berkata kepada pemimpinnya, “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan,” maksudnya, dengan kekuatan dan kekuasaan hingga kalian dapat menyesatkan kami; kalau saja bukan karena kalian, tentu kami menjadi orang-orang yang beriman.

Selama anda bergaul, berinteraksi dan beramal guna memenuhi setiap kebutuhan anda dengan cara mereka it’s fine. Tuhan hanya ada di sudut ruang, tertinggal di sajadah yang terlipat dan mushaf Alquran yang tertutup. Kebahagiaan adalah memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan jazadiyah. Hidup adalah untuk materi. Bagaimana kelak sesudah meninggal adalah pilihan individu.

Maka, inilah sekarang yang terjadi. Di tengah kesulitan hidup, banyak orang yang tak tahu lagi bagaimana harus mengatasinya, depresi melanda, akidah tergerus, kriminal merajalela para ibu-ibu ini larut dalam perlombaan konyol. Memakai celana pendek hanya dengan kaki, sepak bola terong, nyunggi tampah, sepak bola daster bagi bapak-bapak, lomba rias wajah, karaoke dan lain sebagainya.

Klaim mereka ini kemerdekaan yang harus dinikmati, disyukuri dan diisi dengan sesuatu yang menyenangkan adalah menyesatkan dikarenakan buta mata hati mereka. Penderitaan kaum Muslim, ditengah SDA yang melimpah namun mereka miskin, kelaparan bahkan hingga mati tanpa mendapatkan kesejahteraan.

Mereka memiliki pemimpin Muslim, namun ketika mengeluarkan kebijakan tak satupun yang berpihak pada maslahat umat, namun kepentingan korporasi, asing dan aseng. Kaum Muslim memiliki kiblat peradaban cemerlang namun kini hancur karena racun food, fashion, fun, sport yang kaum Kafir sebarkan.

Apakah dalam Islam dilarang berlomba? Tentu tidak! Rasulullah Saw pernah mengajak lomba Asiyah. Aisyah RA berkata, “Aku ikut bersama Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan. Pada saat itu tubuhku masih ringan. Kami singgah di sebuah tempat dan Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya untuk meneruskan perjalanan. Lalu Nabi SAW berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” “Ternyata aku mengalahkan Nabi SAW. Kemudian dalam perjalanan lain aku juga ikut. Pada saat itu tubuhku sudah berat (gemuk).

Nabi SAW berkata kepadaku, “Mari kita lomba lari!” Ternyata Nabi SAW mengalahkan aku. Nabi bersabda sambil menepuk pundakku, “Kemenangan ini menutupi kekalahan yang dulu” (HR. Abu Daud dan Nasa’i).

Hal ini menunjukkan bahwa lomba dalam Islam boleh atau mubah. Hanya saja bisa membawa kepada keharaman jika kita tidak pedulikan syariat. Sudah semestinya setiap Muslim menyandarkan setiap perbuatannya kepada syari’at. Ini adalah konsekwensi dari syahadatnya. Keimanan kepada Allah dan Rasulnya. Yang dengan mengambil keimanan semacam ini, menjadikan setiap diri terikat, tunduk dan patuh kepada apa yang ia imani.

Yang terjadi hari ini, perlombaan buka aurat, iktilat, kholwat, tabaruj, judi dan lain sebagainya. Perlombaan seharusnya menguatkan fisik dan pemikiran. Terutama mendekatkan kesadaran akan hubungan dengan Allah, bahwa setiap yang bernyawa akan dimintai pertanggungjawaban. Sehingga bukan justru kita mendapatkan keburukan dunia akhirat dari perlombaan yang kita ikuti.

Ini bukan sekadar bicara nilai, yang faktanya manusia memang tak bebas nilai, semua ada konsekwensinya. Sebaiknya memang fahami agama lebih mendalam, bukan semata untuk kepentingan pribadi. Namun juga untuk kepentingan komunal, bukankah setiap bulan Agustus setiap perlombaan dikaitkan dengan bela negara, cinta tanah air dan mengisi kemerdekaan? Islampun mengajarkan yang demikian. Namun dengan tetap menempatkan diri sebagai hamba Allah yang tak memiliki daya upaya kecuali dengan izin Allah SWT.

Secara fisik memang benar kita tak lagi berperang dengan penjajah sebagaimana pendahulu kita yang face to face memegang senjata dan mengusir penjajah dari tanah air. Namun penjajahan kali ini, yang masih terjadi dan makin menjadi-jadi tak kalah zalimnya. Yaitu penjajahan pemikiran.

Kaum kafir dengan segala daya upaya sengaja menjauhkan agama Islam dari pemeluknya, yang dimaksud disini adalah Islam politik, jika itu Islam yang mengatur ibadah saja tentu akan dibiarkan. Kaum kafir sangat paham, jika kaum Muslim memegang teguh agama mereka, menjadikannya pedoman hidup bahkan hingga pedoman bernegara mereka akan hancur.

Sejarah sudah membuktikan hal itu selama 1300 tahun, dunia dipimpin Islam dan berada pada kemajuan peradaban yang tiada banding hingga hari ini. Dunia berutang pada peradaban Islam, meski kini lebih sering ditutupi atau dihilangkan. Hal ini karena Rasulullah menempa para sahabat dengan akidah dan Tsaqofah Islam sebelum mereka diterjunkan ke masyarakat untuk memperbaiki kerusakan akibat kejahiliyaan atau kebodohan.

Mungkin kini akan ada banyak yang berpendapat mustahil mendapatkan grade sebaik para sahabat, namun jangan lupa, kita sudah dibekali dengan dua hal yang sama oleh Rasulullah yaitu Alquran dan As Sunnah, dua hal yang juga sama-sama dipelajari dan diterapkan oleh para sahabat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,”Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Allah SWT pun berfirman yang artinya, “Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S Thaha: 123, 124).

Masihkah ada keraguan? Dan masihkah tetap memilih perlombaan konyol sebagai pengisi “kemerdekaan”? Bukankah akan lebih bijak jika mulai hari ini kita mengisi hari-hari kita di dunia yang entah sampai kapan dengan perjuangan menegakkan syariat? Guna mengeyahkan kekufuran, adalah ilusi dan prank sejati, setiap kali selesai lomba kita masih menangisi nasib karena apa-apa sulit, mahal dan terasa menyudutkan Islam.

Allah SWT pun telah menjelaskan apa penyebab kehidupan yang sempit ini berikut kelak di akhirat kita berjalan dalam keadaan buta, tentulah karena perbuatan kita hari ini, yang tergelak karena bersenang-senang dengan lomba yang menampilkan kekonyolan menghilangkan Muruah hingga lalai memperjuangkan apa yang diperintahkan Allah. Masuk Islam secara Kaffah, jika belum maka perjuangkan hingga Islam Kaffah itu menjadi nyata.

Ini adalah nasehat dari sesama Muslim, bukan maksud menggurui namun lebih kepada takut azab Allah menimpa semua orang termasuk mereka yang tidak melakukan dosa karena tidak dihidupkannya amar makruf nahi mungkar. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208). Wallahu a’ lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image