
Tragedi Palestina dan Redupnya Perhatian Umat: Mengapa Bisa Terjadi dan Apa Solusinya?
Politik | 2025-03-27 21:00:37
Serangan brutal terhadap Palestina terus berlangsung tanpa henti. Ribuan nyawa melayang, infrastruktur hancur, dan kehidupan rakyat Palestina semakin terpuruk. (cnnindonesia.com, 21/03/2025).
Serangan brutal yang terjadi dalam waktu 24 jam itu, disebut sebagai permulaan saja oleh Netanyahu (cnbcindonesia.com, 19/03/2025).
Palestina dalam bawah ancaman, meratapi keluarganya yang menangis kesakitan, sebagian warga juga sudah menuruti untuk evakuasi diri (beritasatu.com, 25/03/2025).
Namun, yang mengkhawatirkan, perhatian masyarakat terhadap tragedi ini tampaknya semakin berkurang. Jika dulu solidaritas umat begitu menggelora, kini responsnya cenderung melemah.
Banyak yang masih merasa simpati, tetapi tidak lagi aktif menunjukkan kepedulian. Hal ini tidak lepas dari berbagai persoalan yang melanda dalam negeri, mulai dari krisis ekonomi, konflik politik, hingga dinamika sosial yang menyita perhatian.
Media pun lebih banyak menyoroti isu-isu domestik, membuat tragedi kemanusiaan di Palestina tertutup oleh berita-berita lain yang dianggap lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, narasi yang dibangun oleh media global juga berperan dalam menurunkan kesadaran umat. Konflik Palestina sering kali diberitakan sebagai "perang antara dua pihak yang sama kuat," bukan sebagai penjajahan terhadap bangsa yang tertindas.
Hal ini membuat banyak orang menganggap bahwa konflik ini hanyalah pertikaian biasa yang tak kunjung usai, sehingga merasa tak perlu lagi terlalu peduli. Padahal, persoalan Palestina bukan hanya masalah politik atau kemanusiaan semata, tetapi bagian dari masalah besar yang menimpa umat Islam secara keseluruhan, yaitu hilangnya kepemimpinan Islam yang mampu melindungi dan membela kehormatan kaum Muslim.
Selama kepemimpinan Islam tidak tegak, penjajahan terhadap Palestina akan terus berlanjut. Sejarah membuktikan bahwa umat Islam hanya mampu melawan penjajah ketika memiliki pemimpin yang berani mengambil tindakan nyata.
Dalam sistem kepemimpinan Islam, ketika ada wilayah Muslim yang ditindas, maka pemimpin kaum Muslim akan mengerahkan kekuatan untuk membebaskannya.
Jika kepemimpinan Islam tegak, pasukan Muslim akan dikerahkan untuk berjihad membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis. Ini adalah bentuk perlindungan yang nyata, bukan sekadar kecaman diplomatik atau bantuan kemanusiaan yang tidak menyentuh akar masalah.
Dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh, kesejahteraan dan keadilan dapat terwujud, sehingga seluruh manusia—baik Muslim maupun non-Muslim—akan merasakan manfaatnya.
Dalam sistem Islam, setiap individu akan mendapatkan haknya dengan adil, kebutuhan rakyat dipenuhi, dan keamanan terjamin. Kepemimpinan Islam tidak hanya menjadi solusi bagi Palestina, tetapi juga bagi seluruh negeri-negeri Muslim yang saat ini menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan dan penjajahan.
Menegakkan kepemimpinan Islam bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dalam berbagai dalil, Islam menegaskan bahwa kepemimpinan Islam adalah mahkota kewajiban yang menjamin terlaksananya seluruh aturan Allah di muka bumi.
Oleh karena itu, setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk berjuang mewujudkan sistem Islam ini agar keadilan bisa ditegakkan, baik bagi Palestina maupun bagi umat Islam di seluruh dunia.
Langkah yang harus diambil umat Islam adalah terus membangun kesadaran bahwa tragedi Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan, tetapi bagian dari masalah besar yang harus diselesaikan dengan penerapan Islam secara menyeluruh.
Umat harus bersatu dalam perjuangan ini, meneladani metode yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam mendirikan kepemimpinan Islam.
Dengan membangun pemahaman politik Islam dan berjuang bersama jamaah dakwah ideologis, umat Islam akan memiliki arah yang jelas dalam menegakkan kembali kekuatan Islam yang mampu melindungi kehormatan kaum Muslim dan membebaskan negeri-negeri yang terjajah.
Tragedi yang terjadi di Palestina hari ini seharusnya menjadi pengingat bahwa umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang mampu melindungi dan membebaskan mereka dari penjajahan.
Bukan sekadar menaruh simpati, umat harus berjuang untuk mewujudkan kembali kepemimpinan Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook