Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ariyey

Siapa Bilang Cewek Selalu Benar dan Cowok Selalu Salah?

Gaya Hidup | Sunday, 31 Jul 2022, 20:55 WIB

Ungkapan “cewek selalu benar dan cowok selalu salah” sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi pasangan muda-mudi yang sedang kasmaran. Ungkapan tersebut biasanya mulai dirasakan ketika si cewek mulai berkata “terserah” yang mana menjadi bom waktu untuk para cowok. Kalau saja cowok itu tidak bisa memahami maksud dari kata ajaib itu, siap-siap aja deh kena semprot.

Mindset bahwa cewek selalu benar dan cowok selalu salah kemungkinan besar terjadi ketika pasangan tersebut sedang baik-baik saja. Kalau lagi berantem pun palingan berantem yang remeh-remeh terus baikan lagi. Nah untuk kali ini, kita bakalan coba buat ngeliat bener nggak sih kalau cewek tuh selalu benar dan cowok selalu salah?

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels

Kenyataannya, cewek selalu dipojokkan alias disalahkan ketika sebuah konflik mulai muncul di permukaan. Kita mulai saja dari mindset lawas yang berkembang di masyarakat tradisional, khususnya masyarakat Indonesia yang masih kekeuh bahwa cewek itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh nanti juga akan berakhir di dapur. Mindset seperti inilah yang membuat masyarakat kita tidak pernah berkembang menjadi lebih baik. Wanita sebagai bagian dari masyarakat sosial seharusnya mendapat kesetaraan layaknya laki-laki. Lalu bagaimana kalau wanitanya terlalu pintar sehingga banyak laki-laki yang minder untuk mendekatinya? Bukannya minder, seharusnya hal itu membuat laki-laki menjadi lebih termotivasi untuk meraih gelar pendidikan yang lebih tinggi. Lagipula, pendidikan tinggi tersebut tidak hanya bermanfaat untuk wanita itu sendiri tetapi untuk mengajari dan membimbing anak-anak mereka di masa depan.

AKU ADALAH KORBAN, KENAPA AKU YANG SALAH?

Wanita juga disalahkan ketika mereka mengalami pelecehan seksual. Bukannya malah mendukung dan memberi simpati, kebanyakan orang justru menyalahkan wanita dengan menyebutkan pakaian yang kurang tertutup, dandanan menor, tidak bisa membela diri sendiri, dll. Faktanya, banyak riset ilmiah yang mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pakaian memiliki korelasi dengan tindak pelecehan seksual. Pada dasarnya, memang laki-lakinya yang tidak mampu mengontrol hawa nafsu dan memilih untuk melampiaskannya ke sembarang wanita. Tidak heran jika saat ini terdapat perlawanan terhadap laki-laki yang melakukan pelecehan seksual. Bahkan ada sebuah tweet yang sangat viral berbunyi, “educate your son or I will teach my daughter to kill,” yang bermaksud untuk menyatakan perlawanan terhadap kasus kekerasan seksual yang selalu menjadikan wanita sebagai korban.

AKU JUGA BERHAK MEMPERBAIKI DIRI

Sebagai puncaknya, ada yang bilang kalau “wanita itu dilihat dari masa lalunya sedangkan laki-laki dari masa depannya.” Bahkan dari kalimatnya saja sudah terlihat benih-benih diskriminasi antara wanita dan laki-laki. Bagaimana bisa wanita di sini terlihat sangat disalahkan atas masa lalunya sedangkan masa depan laki-laki begitu diagung-agungkan? Sebagai sesama manusia, baik wanita maupun laki-laki tentu saja pernah membuat kesalahan baik di masa lalu maupun di masa mendatang. Meskipun memiliki masa lalu yang tidak cukup baik, tetapi kita semua tentu saja memiliki hak untuk membenahi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Bukannya dikorek masa lalunya hingga ke akar-akarnya, tetapi kita seharusnya menghormati dan mendukung secara penuh orang yang ingin berubah menjadi lebih baik.

Setelah membaca beberapa uraian di atas, gimana nih pendapat kalian soal “cewek selalu benar dan cowok selalu salah,”? Apakah kalian masih memiliki pendapat yang sama? Atau justru pemikiran kalian menjadi lebih terbuka dan aware dalam permasalahan ketidaksetaraan gender di masyarakat kita ini?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image