Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rochmatul Mala

Harapan Berkelanjutan Fenomena TPST Piyungan

Info Terkini | Saturday, 30 Jul 2022, 17:05 WIB

Sabtu, (7/05/2022) lalu warga Jogjakarta di gemparkan oleh tumpukan sampah di setiap sudut kota, jalanan hingga perkampungan. Lonjakan wisatawan di musim liburan membuat muatan sampah di TPST Piyungan tak terkendali. Di hari biasa jumlah sampah yang dibuang bisa mencapai 300 ton, namun saat musim libur tiba angka tersebut naik hingga 700 ton. Imbasnya, TPST Piyungan tidak mampun menampung luapan jumlah tersebut hingga sampah dibiarkan berserakan hingga memasuki pemukiman warga. Adapun warga sekitar juga turut mengeluhkan bau menyengat hingga jarak belasan kilometer dari tempat pembuangan akhir bahkan fenomena tersebut juga mencemari perairan di rumah – rumah warga. Hal tersebut adalah pemicu awal terjadinya blokade massal TPST Piyungan oleh warga setempat yang berimbas pada tumpukan sampah di Yogyakarta.

Sabtu, (2/7/2022) kami mengunjungi dan mengecek langsung kondisi terkini Pembangunan berkelanjutan hingga situasi perkampungan di sekitar lokasi. Deputi Project Manager (DPM) TPST Piyungan, Adi Tatmoko menyatakan bahwa blokade yang terjadi bulan mei lalu juga disebabkan oleh penolakan zonasi baru wilayah pembuangan sampah akhir. Saat ini pemerintah setempat sedang berupaya menutup sampah lama dan merencanakan adanya zona transisi, munculnya berita tersebut membuat warga sekitar lokasi melakukan blokade karna takut pengelolaan sampah yang dilakukan di zona baru menggunakan sistem open dumping atau sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa ada perlakuan dan pengelolaan apapun.

Usai fenomena blokade bulan lalu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono XI sempat menyatakan rencana penghijauan TPST Piyungan sehingga bisa menjadi salah satu tempat wisata. Menanggapi wacana tersebut Adi Tatmoko mengungkapkan “ Memang sempat ada wacana seperti itu tapi belum ada kelanjutannya, menurut kami ya bagus rencana tersebut. Beberapa kali utusan dari Dinas Pariwisata kemari untuk mengecek lokasi, namun kami masih belum tau karna kami hanya pekerja kontruksi dan hanya mengerjakan proyek setelah ada intruksi dari DPU ( Dinas Pekerjaan Umum)”.

Kini 12,5 Hektar dari luas TPST Piyungan sudah mulai dipadati oleh sampah yang dibuang tanpa pemilahan oleh warga. Banyak sampah rumah tangga yang masih layak pakai seperti kasur, dispenser hingga kipas membuat lokasi menjadi cepat penuh dalam hitungan harian bahkan lebih parah jikalau musim hujan tiba dengan adanya tumpukan sampah basah dengan bau begitu menyengat serta sulit dikelola. HSE harian TPST Piyungan Agus Riyadi menyatakan “ Menurut perkiraan umur TPST ini bisa sampai 10 tahun ke depan, Pemerintah dan Pengelola sudah berupaya melakukan beberapa proyek hingga filtrasi pengairan agar tetap jernih. Namun, dalam upaya perpanjangan umur lahan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan pemilahan sampah 3R (Reuse, Reduce, Recycle) juga sangat membantu”. Saat ini pemerintah juga telah melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan kontruksi untuk menciptakan sistem pengelolaan terbaik sehingga fenomena yang sempat menggemparkan warga jogja tak terulang kembali. Langkah alternatif yang sedang dilakukan saat ini adalah pemisahan sampah aktif dan non aktif, penutupan sampah lama hingga diperbolehkannya warga memasuki area untuk memilah sampah yang dapat digunakan kembali. Dulu TPST Piyungan merupakan bukit yang indah, namun sekarang tumpukan sampah sudah mulai menggunung. Sementara penutupan dilakukan dengan menumpuk dan membuatnya berbentuk piramid. Maka dari itu pemilahan sejak awal dari sampah harian rumah tangga perlu diperhatikan oleh masyarakat Jogja secara keseluruhan agar tidak kembali menjadi overload akhirnya harus mengorbankan lahan baru.

Mayoritas warga sekitar selain bekerja di sektor pertanian mereka juga nyambi memulung sampah dari lokasi sejak puluhan tahun lamanya. Terkait wacana dampak buruk lingkungan akibat tumpukan sampah Pak Wito dan Bu Saniyem selaku warga sekitar menjawab bahwasanya selama ini air yang menyebar di lingkungan desa sangat buruk, namun sejak lama para warga sudah inisiatif membeli tandon pribadi agar tetap mendapatkan air bersih. “ Dari hasil memulung kami mendapatkan penghasilan yang lumayan dan pemerintah juga katanya akan membangun pabrik pengolahan sampah tapi baru katanya” ungkap Pak Wito dan Bu Saniyem terkait dampak baik TPST Piyungan bagi masyarakat. Meskipun penanganan pemerintah terus dikembangkan, warga sekitar juga harus bertahan dengan bau yang begitu menyengat setiap hari. Selain itu sapi yang berlalu lalang di lokasi juga kadang mengkhawatirkan masyarakat saat melalui jalanan sekitar TPST Piyungan. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pemulung harian yang hendak memilah sampah di lokasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image