Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khurin In Silvi Oktavia

Cara Mengatasi Rasa Malas

Sastra | Wednesday, 24 Nov 2021, 08:51 WIB

Judul : Berdamai dengan Rasa Malas

Penulis : Munita Yeni

Penerbit : Anak Hebat Indonesia

Tahun Terbit : 2019

Peresensi : Khurin In Silvi Oktavia

Universitas Muhammadiyah Malang

Setiap manusia pastinya memiliki rasa malas. Meskipun terlihat enteng, tapi rasa malas akan membatasi aktivitas yang ingin kita lakukan. Bahkan kita akan terbiasa dengan kemalasan jika kita tidak mencoba untuk melawannya. Rasa malas sering kali dipicu dengan kurangnya motivasi. Hal tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh aspek biologis, bukan sekadar perilaku dan kebiasaan saja. Hal itu pun juga terjadi pada Munita Yeni. Beliau menulis buku ini supaya kita bisa menghadapi rasa malas dalam diri kita.

Berdamai dengan Rasa Malas adalah buku cetakan I yang merupakan karya dari Munita Yeni. Beliau adalah sosok penulis yang memiliki banyak pengalaman. Penulis buku ini lahir di Bantul, Yogyakarta dan merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Seorang penikmat kopi hitam serta penyuka game. Selain menerbitkan buku yang berjudul “Berdamai dengan Rasa Malas” beliau juga menerbitkan pernah menerbitkan novel yang berjudul “Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah” dan “Jangan Ajari Aku Harga Diri Yang Rendah”.

Selama ini, kedua buku dari Munita Yeni menjadi Best Seller. Tak heran, apalagi setelah membaca isi bukunya yang benar-benar sangat aplikatif bukan hanya sekadar konsep saja. Menjadi salah satu faktor yang membuat buku ini menjadi sangat laku di pasaran. Selain isinya yang aplikatif, bahasa yang digunakan pun gampang untuk dipahami. Tak banyak kita jumpai bahasa-bahasa yang ilmiah. Yeni mencoba menjelaskan dengan bahasa yang biasanya kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah dengan contoh-contoh yang disampaikan tentu makin memudahkan pembaca untuk menginterpretasikan isi dari buku yang berjudul "Berdamai dengan Rasa Malas ini".

"Berdamai dengan Rasa Malas" terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berjudul "Apakah Malas Sebuah Anugrah?". Anak bab inipun terbagi lagi menjadi dua faktor yaitu kecerdasan emosi dan lagu nina bobo. Buku ini berisi sejumlah hal yang sering kita alami dalam hidup kita, yang baru saya ketahui tentang penyebab dan makna dalam kehidupan saya. Sangat realita dengan masalah yang ada dalam kehidupan saya.

Kecerdasan intrapribadi yang merupakan makna lain dari manusia-manusia yang sanggup untuk mengatur kapan harus bangkit dari rasa terpuruk, tidak berlarut-larut dalam kemurkaan atau mereka-mereka yang mampu untuk mengontrol emosi, bukan malah dikontrol emosi. Kalimat terakhir sungguh menohok saya. jujur saja, saya sendiri sering dikuasai oleh emosi sesaat yang muncul pada momen tertentu. Kita condong membiarkan emosi mengendalikan logika kita, bahkan kita baru merasa malu ketika emosi kita sudah mereda. Hal penting yang bisa diambil dari bagian ini adalah kita sebagai manusia harus pandai dalam mengendalikan emosi, karena hanya kita yang paling mengerti apa yang kita inginkan

Tentu kebanyakan dari kita termasuk saya, sering menjadikan kata malas sebagai tameng ketika kita sedang tidak ingin melakukan pekerjaan atau ketika kita sudah mengerjakannya, namun kita tidak memperoleh nilai yang memuaskan. Novel ini menerangkan bagaimana rasa malas benar-benar menghambat kegiatan produktivitas kita. Rasa malas memberikan kita banyak pemakluman, untuk segala hal yang pekerjaan yang sudah kita lakukan, namun tidak mendapatkan hasil maksimal.

Banyak sekali orang yang ingin bisa move on dari yang namanya rasa malas. Ketika menjelang akhir tahun, banyak orang membuat daftar keinginan untuk dilakukan ketika sudah pergantian tahun. Misalnya membuat resolusi agar kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Meskipun demikian, kebanyakan semual hal tersebut akan menjadi sampah jika tidak adanya aksi yang kita lakukan. Pada bagian akhir dalam buku ini, dijelaskan bahwa rasa malas mucul sebagai alarm tubuh kita karena sudah mencapai batas. Memang fisik perlu untuk dimanjakan, namun jangan sampai terbuai dengan kondisi nyaman. Jika kita sudah merasa santai, sangat sulit untuk bangkit dan melakukan hal-hal yang produktif.

Dalam bab terakhir, Munita Yeni juga memberikan beberapa tips supaya kita bisa berdamai dengan rasa malas yang ada pada diri kita. Salah satunya mencoba menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang sebentar. Jangan mengandalkan SKS (Sistem Kebut Semalam). Dengan demikian kita bisa mengatur sisa waktu yang lain untuk hal-hal produktif kita yang selanjutnya.

Setelah membaca novel ini, saya merasa bodoh karena selama ini saya telah terbuai dengan rasa malas. Sehingga, saya banyak sekali membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna dalam hidup saya. Novel ini sangat cocok untuk dibaca ketika kalian merasa “kenapa sih kita harus ngelakuin ini, itu? Lagi pula nanti bisa kita kerjakan kok, sekarang santai saja dulu”. Membaca buku ini akan membuat kalian menjadi pribadi yang lebih produktif.

Menurut saya buku yang berjudul "Berdamai dengan Rasa Malas" lebih mengerti tentang saya daripada saya sendiri. Munita Yeni memberikan banyak saran yang harus saya coba dan praktikkan dalam hidup saya. Novel ini bukan hanya memberitahu kita tentang bagaimana cara menghadapi rasa malas, tapi juga cara supaya kita harus bisa bahagia dalam kehidupan.

Setelah membaca buku ini, dapat saya simpulkan inti dari isinya yaitu, semua orang pasti pernah merasa malas dalam melakukan sesuatu. Yang perlu kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut ialah bagaimana cara kita supaya tidak kalah dan terbuai pada rasa malas tersebut. Harus bisa mengatur waktu, kapan kita harus rehat dan kapan kita harus menjadi seorang yang produktif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image