Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Akbar Jurnalis

Citayam Fashion Week: Rusaknya Moral Remaja

Edukasi | 2022-07-29 10:14:06

Islam adalah agama yang penuh keindahan. Segala kehidupan umat manusia diatur didalamnya. Hingga cara berpakaian antara laki-laki dan perempuan pun telah dijelaskan adab-adabnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Adapun adab khusus yang mengatur perempuan untuk menjaga aurat nya tercantum dalam Surat Al Ahzab ayat 59:

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).

Selain itu, terdapat pula anjuran untuk berpakaian tidak seperti lawan jenis telah diperjelas dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki,” (HR. Bukhari no. 5885).

Kemudian dalam riwayat lainnya dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata: Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang kebanci-bancian dan para wanita yang kelaki-lakian”. Dan Nabi juga bersabda: “Keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian!” (HR. Bukhari no. 5886).

Maka hendaknya para laki-laki gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian laki-laki, demikian juga wanita hendaknya gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian wanita.

Berbicara tentang cara berpakaian, beberapa hari belakangan ini, publik digemparkan dengan pemberitaan dari berbagai media tentang sebuah tren yang populer di kawasan Jabodetabek, bahkan terkenal hingga ke berbagai penjuru tanah air. Tren ini dikenal dengan nama gaya ABG Citayam atau Citayam Fashion Week.

Banyaknya muda mudi dari berbagai wilayah yang tidak ingin ketinggalan juga ikut turun ke jalanan. Tampil dengan gaya pakaian yang berbeda dari biasanya ditambah dengan gerakan jalan yang belenggak-lenggok di tempat keramaian seakan rasa malu telah hilang darinya. Menghabiskan waktu yang sejatinya bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif. Bahkan banyak diantara mereka yang menjadikan tren ini sebagai ajang mencari pasangan atau pacar.

Citayam Fashion Week ini jelas telah melanggar nilai-nilai dan norma agama Islam. Sungguh miris dan khawatir, kini telah banyak muslim yang larut dalam tren ini.

Merasa aman dengan apa yang terjadi dengan pemuda hari ini yang realitanya jika ditelusuri lebih dalam lagi, tren ini menimbulkan dampak negatif yang begitu banyak dan sangat berbahaya bagi generasi pemuda yang sejatinya ia merupakan penyongsong peradaban Islam.

Meskipun tidak dirasakan secara fisik namun sejatinya hari ini kita berada dalam medan pertempuran yang sangat mengerikan.

Sadar atau tidak, generasi pemuda islam hari ini sedang dibombardir pikiran dan mentalnya. Adanya tren ini banyak dari pemuda kita yang seakan menganggap biasa pakaian yang sobek dan terbuka, perempuan yang tidak mengenakan jilbab tidak menjadi sebuah masalah, pacaran yang terasa lumrah dikalangan pemuda dan ini disebabkan karena telah hilangnya rasa malu yang terkubur oleh tren yang mulai mendunia saat ini.

Belum lagi budaya-budaya yang juga mengobok-obok pikiran dan mental pemuda muslim dari dulu hingga hari ini seperti kaum sekuler, liberal, atheis, komunis, LGBT dan hedonis.

Otak-otak pemuda hari ini telah banyak diracuni oleh budaya westernisasi, koreasasi dan berbagai budaya yang merusak atas nama kebebasan berekspresi begitu pula pada tren Citayam Fashion Week saat ini.

Akibatnya, akan banyak sekali pemuda yang berjalan tanpa visi, misi apalagi ambisi untuk untuk mengembalikan kegemilangan peradaban islam yang pernah dicapai sebelumnya.

Hari ini, begitu banyak mahluk-mahluk yang bertulang lunak, laki-laki yang bergaya dan berpakaian layaknya perempuan, anak-anak kecil perokok berat, bertato dengan mudah dijumpai di trotoar dan gadis-gadis kecil yang menjelma menjadi para pembunu janin tak lagi menjadi fenomena yang asing di telinga. Bahkan, para janki pecandu narkoba? Tak terhitung lagi jumlahnya hari ini.

Itulah realita pemuda hari ini. Menjadi korban namun tak sadar akan hal tersebut. Mereka tidak mati fisik tapi mati pemikiran.

Sedang pemuda yang diharapkan dalam islam adalah pemuda yang dapat membawa perubahan kebaikan terhadap kondisi umat masa kini, sebagai generasi yang hebat dengan siap menyongsong peradaban Islam yang akan datang. Bukan pemuda bertulang lunak yang banyak lahir hari ini.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah mendefinisikan pemuda sebagai sebuah kekuatan diantara dua kelemahan. Kuat baik dari segi fisik maupun akalnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Ar-Rum yang artinya,

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa” (Qs. Ar-Rum: 54).

Ya, masa muda adalah puncak kekuatan. Jangan sia-siakan waktu dengan larut dalam kesenangan dan hura-hura. Kekuatan yang ada hendaknya dipakai dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak sebaliknya, mengikuti setiap tren tanpa memeriksa manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari tren tersebut.

Seharusnya para pemuda hari ini menyadari potensi yang ada pada diri mereka. Karena seorang pemuda adalah Penyongsong peradaban. Dan usia muda adalah usia di mana tenaga dan pikiran masih sangat kuat.

Salah satu tokoh kafir yaitu William Ewart Gladstone (1809-1898) mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam dan tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka baru kita menang dan menguasai mereka. Sekarang Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks”.

Pernyataan Gladstone sudah berlalu lebih dari 200 tahun tetapi para phobia Islam melestarikannya sebagai metode efektif dan implementatif untuk menyimpangkan para pemuda dari jalan Allah bahkan menjadi penentang Syariat Islam. Inilah kenyataan pahit itu. Musuh-musuh Islam sejak zaman dahulu bahu-membahu dan secara terus menerus ingin memadamkan cahaya Islam, ingin merusak para pemuda yang menjadi penyongsong peradaban.

Orang-orang kafir sadar betul terhadap potensi para pemuda, sehingga segala cara mereka lakukan untuk menghancurkan umat Islam. Untuk itu maka hendaknya para pemuda harus menyadari bahwa mereka adalah harapan umat. Mereka adalah penentu masa depan peradaban Islam, jika baik pemudanya maka baik pula peradabannya, namun jika rusak para pemudanya maka rusaklah peradabannya.

Islam sebagai salah satu agama dengan jumlah pemeluk terbanyak di dunia (1,8 Miliar Pengikut) dan merupakan satu satunya agama yang pernah menguasai 1/3 dunia hanya dalam waktu 30 tahun dengan kekuatan Al-Qur’an dan Sunnah.

Menyadari akan kekuatan besar yang dimiliki oleh ummat muslim, membuat para musuh Islam tak pernah kehabisan akal untuk membuat ummat Islam terpuruk dalam kesesatan. Mereka sangat jeli dalam melihat kelemahan ummat Islam yang mana apabila ummat Islam telah meninggalkan kekuatan utama ummat Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah maka Islam hanyalah sebuah sejarah yang sudah berlalu.

Untuk merealisasikan misinya para musuh Islam tak pernah lelah dalam melancarkan serangannya yang kini menyasar pemikiran dan pola hidup ummat Islam dan sasaran utamanya adalah para pemuda dan perempuannya.

Menjadi pemuda yang senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, mempelajari, menghafal, mengamalkan serta mengajarkannya adalah satu-satunya cara agar terhindar dari berbagai fenomena degradasi moral yang mulai tidak terkendali hari ini. Penyakit menular yang entah sudah berapa banyak jumlah korbannya.

***********

Gowa, 28 Juli 2022

Penulis: Wahyuni Subhan

(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pengurus Mujahid Dakwah Media)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image