Fenomena CFW, Benarkah Cara Produktif Mengekspresikan Diri Untuk Pemuda?
Gaya Hidup | 2022-07-25 18:22:39Fenomena CFW, Betulkah Cara Produktif Mengekspesikan Diri Untuk Pemuda?
Oleh: Vivi Vinuwi
Istilah Citayam Fashion Week (CFW) kini hangat-hangatnya menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana tidak, istilah ini viral berkaitan dengan street fashion ala anak muda yang biasa nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Fenomena popular ini tentu menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Sebagian orang mengapresiasi cara kreatif para kaula muda ini dalam mengekspresikan dirinya lewat fashion ala local brand. Tapi, tak sedikit pula yang merasa risih dan terganggu karena menyebabkan kawasan Sudirman menjadi macet dan kumuh.
Lantas benarkah bentuk mengekspesikan diri ala kaula muda ini sejalan dengan pandangan Islam? Mengapa para pemuda menggandrungi tren fashion semacam ini?
Membebek Budaya Barat
Street fashion ala CFW bukanlah yang pertama di dunia. Sebelumnya budaya ini sudah ada di negara-negara maju layaknya Jepang dengan Harajukunya. Di Indonesia sendiri , yang diawali dari Ibu Kota Negara, akhirnya juga diikuti sejumlah kota yang ada di Indonesia seperti Surabaya, Malang dan sebagainya.
Dari fenomena ini, kitab melihat kemana arah minat pemuda Indonesia hari ini, tak terkecuali pemuda muslim. Sungguh miris, mereka justru lebih menggandrungi penampilan fisik ala barat. Hal ini menjauhkan pemuda muslim dari identitas agamanya.
Padahal, menjadi sesuatu yang aneh jika remaja Citayam yang diikuti remaja-remaja daerah lain justru mengikuti tren fashion ala barat. Diantara mereka yang berlenggak-lenggok bak model bisa jadi adalah seorang muslim. Sudah seharusnya menutup aurat dengan benar sesuai tuntunan agama,bukan malah umbar aurat. Tak jarang diantara mereka ada laki-laki yang bergaya seperti perempuan, perempuan yang bergaya seperti laki-laki.
Belum lagi pergaulan bebas seperti aktivitas pacaran, ikhtilat yakni bercampur baur antara laki-laki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat dan terjadi interaksi diantara laki-laki dan perempuan itu bahkan kampanye terselubung LGBT. Tidak sedikit dari mereka juga sampai harus tidur di jalanan karena tertinggal kereta.
Buah Liberalisme
Barat memang tidak akan pernah tinggal diam agar hegomoninya tidak mengendur pada diri umat Islam. Berbagai daya dan upaya mereka kerahkan untuk menjauhkan umat ini dari aqidahnya, tak terkecuali pemudanya.
Dengan 4F (fun, food, fashion, film) yang seolah sesuatu yang biasa saja, justru mereka menyusupkan strategi beracunnya. Gerakan yang berasakan liberalisme (kebebasan) ini tidak peduli akan aturan agama. Mereka tidak peduli lagi akan halal dan haram, yang mereka fikirkan adalah manfaat dan kesenangan duniawi semata.
Remaja yang dalam proses pencarian jati diri sudah seharusnya dirangkul dan diarahkan kepada Islam. Sangat disayangkan potensi pemuda yang sebagai agen perubahan justru hanya disibukkan dengan nongkrong, bergaya, dan produktif yang tidak pada tempatnya.
Remaja Penerus Perjuangan Islam
Pemuda adalah penerus pejuangan Islam. Terlebih lagi Indonesia sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam sudah seharusnya mengarahkan potensi pemuda untuk kebangkitan Islam itu sendiri. Mereka semestinya mengekspesikan diri pada koridor yang benar dan berkontribusi untuk kejayaan Islam.
Negara sudah seharusnya bersinergi bersama orang tua, sekolah dan masyarakat membentuk remaja yang berkepribadian Islam. Yang pola pikir dan pola sikapnya adalah Islam. Sudah seharusnya mereka memahami bagaimana sistem pergaulan di dalam Islam. Diantaranya adalah larangan khalwat dan ikhtilat. Juga bagaimana aturan berbusana di dalam Islam.
Sudah saatnya umat Islam tak terkecuali pemudanya memahami Islam secara kaffah. Memposisikan Islam pada segala aspek kehidupan. Sejarah pernah mencatat kejayaan Islam di masa lalu dengan goresan tinta emasnya telah melahirkan ribuan mujtahid dan cendekiawan muslim yang handal di berbagai bidang.
Di tangan pemuda perubahan di mulai. Jika pemudanya justru mengekspesikan diri pada hal yang tidak sesuai tuntunan Islam, akankah kejayaan Islam dapat disongsong kembali? Keenggannannya untuk terus memperdalam agama bukan hanya akan merusak dirinya, tapi juga orang lain.
Wallahu a’lam bisshowab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.