Wisuda Generasi Kelima
Eduaksi | 2022-07-28 13:10:51#D-SMP AISBa mengadakan wisuda akbar tahfidz dan kelulusan di Grand Jatra Hotel, Balikpapan pada Rabu, 1 Juni 2022. Ada 47 siswa yang diwisuda: 16 siswa SD dan 31 siswa SMP. Wisuda kali ini adalah helatan ke-5 sejak sekolah berbasis tahfidz al-Qur’an yang terletak di daerah Bukit Cinta Damai (BCD) ini berdiri.
Acara yang berlangsung sejak pukul 08.00 Wita berlangsung meriah, penuh khidmat, dan haru. Juga diwarnai kesan indah, berjuta harapan, linangan air mata, serta doa yang membumbung tinggi. Nah, seperti apa kemeriahannya? Ikuti ulasannya dalam rubrik Laporan Khusus berikut.
Tilawah Penuh Berkah
Le Grande Ballroom lantai 10 Grand Jatra Hotel, Balikpapan pada 1 Juni 2022 lalu tampak berbeda dari biasa. Sebuah backdrop berukuran besar dengan perpaduan beberapa warna dipadu motif bunga di sebelah kanan dan kiri terpasang pas di tengah dinding bagian depan.
Di tengahnya terdapat tulisan berukuran besar dengan font artistik, “Wisuda Tahfidz dan Kelulusan SD-SMP Al-Imam Islamic School Balikpapan Angkatan V.” Tampak juga logo sekolah berwarna hijau dan beberapa logo lainnya: Kemendikbud RI, Yayasan Al-Imam Madinatul Iman, dan Komite Sekolah.
Ratusan orangtua siswa duduk di kursi bagian depan. Yang akhwat di sebelah kiri dan ikhwan di sebelah kanan. Keduanya dipisah sekat kain tipis berwarna gold. Sedangkan para wisudawan duduk di kursi di bagian belakang disusul para ustaz dan ustazah.
Sesuai tema di backdrop, sekolah berbasis tahfidz yang terletak di Bukit Cinta Damai (BCD), Balikpapan itu mengadakan wisuda kelulusan dan tahfidz al-Qur’an. Ada 47 siswa yang diwisuda: SD 16 siswa dan SMP 31 siswa. Ini adalah wisuda ke-5 sejak sekolah yang didirikan oleh Bapak. H. Ir. Muhammad Utama Jaya berdiri.
Acara wisuda dipandu master of ceremony, Syaiful Anshor. Humas SD-SMP AISBa sekaligus pimpinan redaksi majalah An-Najah itu mengenakan dress-code serba hitam: celana panjang, jas, sepatu hingga songkok nasional. Hanya baju lengan panjang bagian dalam yang putih. Sebuah name tage—tanda panitia—dikalungkan di leher.
Jam menunjukkan pukul 08.00 tepat. Para orangtua siswa, wisudawan, dan tamu undangan telah hadir. Kursi yang disediakan terisi. Pembawa acara maju ke depan. Berdiri di bagian tengah di atas panggung. Tangan kanan memegang mikrofon sedangkan tangan kiri memegang kertas berisi rundown acara.
“Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh,” ucapnya penuh semangat.
Suara salam sontak memenuhi ballroom yang megah dan luas. Suara itu terdengar dari sound system yang dipasang di beberapa titik. Jawaban salam dari semua yang hadir tak kalah keras. Suasana wisuda semakin terasa dan meriah. Ratusan pasang mata fokus ke depan. Menunggu setiap agenda wisuda yang akan segera berlangsung.
Usai salam, tahmid, dan shalawat, pembawa acara mengundang dua siswa untuk membaca al-Qur’an sekaligus terjemahannya: Muhammad Atthar Hamizan dan Ahmad Havi Husain. Siswa kelas 8 SMP AISBa yang akrab disapa Athar ini bertugas membaca al-Qur’an, sedangkan Havi membaca sari tilawah.
Tilawah al-Qur’an Athar begitu indah. Tidak hanya suaranya yang merdu. Tapi juga makhraj, tajwid, dan panjang pendeknya bagus. Ditambah lagi terjemahan yang dibaca Havi. Para peserta semakin menekuri setiap pesan yang terkandung di dalamnya. Sesi tilawah itu tidak hanya membuat wisuda semakin khidmat, tapi juga penuh keberkahan.
“Al-Qur’an adalah kalamullah atau firman Allah yang saat dibaca, tidak saja mendatangkan pahala dan kebaikan, tapi juga mengundang rahmat dan sakinah di dalam jiwa,” ujar Syaiful Anshor mengomentari bacaan tilawah dan terjemah Athar dan Havi.
Seuntai Doa dan Harapan
Bapak H. Ir. Muhammad Utama Jaya berdiri di panggung. Ketua Yayasan Al-Imam Madinatul Iman sekaligus founder SD-SMP AISBa ini didapuk memberi sambutan pertama kali. Tak mau kalah, beliau juga mengenakan dress-code sama: jas, celana, dan songkok nasional serba hitam.
Materi sambutan telah disiapkan. Tampak ayah tiga anak ini mengeluarkan secarik kertas dari balik kantong jas tebal. Tak banyak tulisan di kertas yang dilipat itu. Sekadar beberapa poin penting yang akan disampaikan.
Alumni Universitas Sriwijaya, Palembang ini mengucapkan rasa terima kasih yang begitu besar kepada seluruh pihak yang selama ini terlibat dan mendukung SD-SMP AISBa. Di antaranya, beliau menyebut para orangtua siswa, Komite Sekolah, kepala SD-SMP, dan seluruh ustaz dan ustazah.
“Kami ucapkan jazaakumullah khairan katsiran atas semua kebaikan, dukungan, dan kerja keras semua pihak untuk kemajuan SD-SMP AISBa tercinta. Semoga Allah membalasnya dengan balasan terbaik,” ucapnya.
Dalam sambutan, beliau juga bercerita sekelumit sejarah perjalanan sekolah Islam berbasis tahfidz yang berdiri sekitar 7 tahun silam. Dia sendiri tak pernah membayangkan apalagi menyangka sekolah yang didirikan bersama istrinya, Bunda Megawati itu akan jadi sejauh dan sebesar itu.
“Kalau boleh jujur, sebenarnya mendirikan AISBa ini diawali niat. Niat ingin mendirikan sekolah yang berkualitas untuk mencetak generasi Qur’ani calon pemimpim masa depan. Alhamdulillah, Allah ‘Azza wa Jalla memudahkan niat itu,” ucapnya.
Beliau masih ingat. Saat pertama kali mendirikan sekolah belum punya apa-apa. Tak ada siswa. Tak ada guru. Yang ada hanya konsep pendidikan yang diadopsi dari Sekolah Al-Wildan, Jakarta. Juga hanya ruko tak begitu besar di kompleks Masjid Namirah di bilangan Balikpapan Baru.
Namun, karena niat sudah bulat, apapun kesulitan dan kekurangan harus dihadapi. Tak boleh jadi alasan. Beliau lalu memasang iklan penerimaan siswa baru di Kaltim Post. Saat itu, istrinya tak diberi tahu. Tahunya saat sebuah telpon masuk ke gawainya dan menanyakan ihwal iklan di koran.
“Istri saya, Bu Mega saja tahunya saat saya sudah iklan di koran,” kenangnya sambil tersenyum.
Alhamdulillah, dari hasil pasang iklan ada beberapa siswa baru yang mendaftar. SD dan SMP. Namun, masalahnya belum usai. Masih harus cari guru baru. Tak mudah mencari guru. Apalagi, yang berkualitas. Dicarilah guru dari Jawa. Lulusan pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
“Seingat saya dulu ada Ustaz Saiful Muttabi’in, almarhum Ustaz Billi, dan Ustaz Lukman Hakim. Ustaz Lukman bahkan sampai nikah dan dapat guru AISBa, Ustazah Nur Syamsiyah—sama-sama alumni Pesantren Gontor—yang kini resmi jadi warga Balikpapan,” ujarnya.
Ustaz Randi Patajangan pemberi sambutan kedua. Setali tiga uang Bapak Utama, Kepala SD AISBa ini mengawali sambutan dengan memberi ucapan terima kasih ke sejumlah pihak. Menurut Ustaz Randi—sapaan akrabnya—, wisuda bukan momen terakhir siswa menimba ilmu. Justru ini jadi titik awal (starting point) mereka menapaki cita-cita selanjutnya.
“Ini adalah langkah awal (first step) kalian untuk menuju masa depan. Semoga setiap langkah kalian menapaki tangga masa depan untuk meraih cita-cita dimudahkan dan diberkahi oleh Allah,” tuturnya.
Ustaz Randi juga berharap agar kebiasaan baik yang selama ini telah dilakukan di SD AISBa, seperti menghafal al-Qur’an, murajaah, zikir, shalat dhuha, dan ibadah lainnya agar tetap dipertahankan.
Pesan yang sama juga disampaikan Kepala SMP AISBa, Ustaz Abdul Rofik. Dalam sambutannya, ustaz Rofik meminta agar para wisudawan bertakwa kepada Allah di manapun mereka berada. Sebab, kebaikan yang dilakukan dapat memudahkan setiap langkah meraih apa yang dicita-citakan.
“Anak-anakku. Jadilah kalian generasi Islam masa depan. Meski sudah lulus dari SMP AISBa, tapi tetap jaga nama baik almamater, pertahankan kebaikan dan ibadah yang selama ini dilakukan di sekolah,” ucapnya yang saat itu mengenakan jubah putih dipadu sorban dan sepatu kets putih mirip orang Arab.
Kesan yang Mengharukan
Bapak Henry Ferdiansyah bergegas ke atas panggung saat namanya dipanggil oleh pembawa acara, Syaiful Anshor. Ayah dari Aleeya Yasmin, siswi kelas 6 SD sekaligus salah satu wisudawati ini diminta panitia wisuda untuk memberikan kesan dan pesan selama putrinya bersekolah.
Suami dari Bunda drg. Adisti ini mengenakan baju style kurtah berlengan pendek dipadu celana hitam dan sepatu. Jenggotnya tebal menghias dagu. Sebelum mengucap salam, pandangannya menyapu ruangan yang ada di depannya.
Meski tak begitu lama, tapi apa yang disampaikan bak mutiara. Indah dan berharga. Menurutnya, selama Yasmin—biasa putrinya disapa—bersekolah di SD AISBa dapat banyak perkembangan. Bukan saja akademik, tapi juga al-Qur’an, adab, dan semangat belajar.
“Ini tidak lain karena sekolah pro-aktif dengan mengadakan beragam program menarik. Seperti Student Day, EXOT, lomba, dan mengikutkan siswa di berbagai ajang perlombaan di luar sekolah, baik tahfidz, sains, olimpiade matematika, dan sebagainya,” ujarnya.
Dia juga merasa anaknya makin mandiri dan rajin belajar ataupun murajaah hafalan meski tanpa disuruh. Suatu saat, sepulang sekolah, Yasmin bukannya bermain. Putri keduanya itu justru duduk di selasar kamar memurajaah hafalan. Kebiasaan baru itu tidak sekali dua kali dilihat. Sering. Dalam kesempatan itu juga dia mengapresiasi para guru.
“Teruntuk ustaz dan ustazah. Terulah jadi lentera yang tak pernah padam menerangi dan mendidik putra-putri kami. Kami lihat ustaz dan ustazah mengajar dari hati. Sesuatu yang dari hati itu Insya-Allah akan sampai ke hati. And we can feel it,” pungkasnya.
Sementara, ucapan kesan dan pesan perwakilan orangtua wisudawan SMP AISBa disampaikan Bapak Busyra Rasyid. Ayah dari Naurah Adani Busyra ini menyampaikan kesan dan pesan tak kalah menarik.
“Alhamdulillah. Kami selaku orangtua berbahagia dan berterima kepada kepada pihak yayasan dan sekolah. Berkat belajar di sini, anak-anak kami—khususnya Naura—bisa jadi lebih baik,” tuturnya.
Beliau mengakui, sekolah tidak hanya berhasil mendidik siswa dari aspek ilmu pengetahuan, tapi juga adab, al-Qur’an, dan juga ghirah—semangat—berislam. Dia pun berharap, kedepan SD-SMP AISBa bisa lebih baik dan maju lagi untuk mendidik generasi qur’ani masa depan.
Tak hanya orangtua siswa yang mengucapkan kesan dan pesan, wisudawan dan juga siswa juga tak mau ketinggalan. Kesan dan pesan SD disampaikan oleh Muhammad Akbar Zahwan, SMP oleh Rafli Rizaldi sementara dari siswa diwakilkan oleh Bilal Fairuz Ubaidillah. Sedangkan prosesi wisuda dan tahfidz dibacakan oleh Ustaz Nur Hidayat dengan lancar dan impresif.*
Air Mata di Pembacaan Doa
Ustaz Muhammad Fadly Ihsan berdiri di atas panggung. Sebuah mimbar kecil pas di depannya. Secarik kertas putih tipis bertuliskan teks doa diletakkan di atas. Saat itu, guru tahfidz SMP AISBa ini bertugas menutup acara wisuda kelulusan dan tahfidz dengan doa.
Ratusan pasang mata melihatnya. Tak sabar menunggu doa yang hendak dirapal ustaz asal Bali yang juga alumni Ma’had Ar-Royah, Sukabumi, Jawa Barat. Pandangan Ayah dua anak ini tampak ke bawah, ke teks hadapannya.
“Mari kita tundukkan kepala dengan menghadirkan hati penuh khusuk seraya bersama berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa,” ujarnya mengawali pembacaan doa penuh penjiwaan.
Suaranya terdengar mulai serak. Padahal doa baru saja dimulai. Semua yang hadir yang memenuhi ruang pertemuan lantai 10 Grand Jatra, Balikpapan ikut menundukkan pandangan. Kedua tangan mereka juga tampak tertengadah. Khusuk. Syahdu.
Dia kembali berkata, “Hadirin sekalian. Di dunia ini, sungguh tak ada yang kebetulan. Semua tercatat rapi di lauhul mahfudz. Allah jadikan kita sebagai Ayah, sebagai Ibu, sebagai guru, dan sebagai murid. Ingatlah kelak di akhirat semua itu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.”
Suaranya makin serak. Kepalanya tertunduk. Hatinya makin tenggelam dalam kalimat demi kalimat doa yang hendak dirapal. Dia kembali merapalnya, “Ya Allah. Ampunilah dosa yang telah kami lakukan. Ampuni kami yang belum bisa menjadi hamba-Mu yang shalih, yang baik, dan yang taat.”
Hafiz al-Qur’an 28 juz ini tak kuat menahan sedih. Pertahanannya jebol. Tangisnya pecah. Sesunggukan. Isak tangis itu terdengar jelas dari balik pengeras suara di beberapa selasar ruang yang megah dan luas. Meski terlihat dia ingin melanjutkan doa, tapi tak kuat. Butuh beberapa detik untuk menormalkan isi hatinya kembali.
Kedua matanya sembab oleh air mata. Bulir bening itu jatuh. Keduanya pipinya basah. Dari atas panggung, ustaz yang punya segudang ilmu agama tapi kalem dan tawadhu ini tampak menyeka air matanya dengan tangan kanannya sekenanya. Suara tangis juga terdengar dari balik orangtua. Pecah.*
Penulis: Syaiful Anshor, humas SD-SMP AISBa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.