Tolong, Saya Lagi belajar Qonaah
Agama | 2022-07-27 22:31:00Tolonh, Saya Lagi Belajar Qonaah
Saudara.. saya mungkin bukan orang baik. Tetapi percayalah, saya juga terus belajar menjadi orang baik. Begitu dulu Kangjenge Agus Riyanto mantan Bupati Tegal sering berujar. Dan entah kenapa akhir-akhir ini, saya juga merasakan situasi batin yang sama dan keprucut pengin mengucapkannya.
Mas, saya lagi belajar qonaah. Sumpah! Berat banget, tapi harus terus dilakukan. Harus kuat !!! Karena paling tidak, saya sedang mengulang ajaran kedua orang tua saya, yang sedari saya kecil terus-terusan mengingatkan.
"nak, harta itu tak ada ujungnya, kaya tidak ada batasnya, semakin dikejar semakin jauh. Seperti air laut, semakin diminum malah semakin haus saja. Jadi kamu harus belajar merasa cukup!!, Mensyukuri sama apa yang ada. Dan kalau itu kamu lakukan dengan keihklasan. Insya Allah, Gusti Allah bakal ngasih yang belum ada. Itu tadi namanya sifat qonaah". Kurang lebih begitu orang tuaku sering mengingatkanku sejak dulu. Belajar merasa cukup dengan apa yang ada, sambil berikhtiar, usaha, kerja, nyari rejekine Gusti Allah. mulai tak ajarkan kepada anak istriku, dan Nilai-nilai semacam ini pula, yang coba saya wariskan ke istri dan anak-anaku sedini mungkin.
Jadi ingat dawuhe Kanjeng Nabi lewat para kyai dan ustadz di kampung. Redaksi haditsnya indah nian.“Siapapun yang ingin menjadi seorang pemilik, maka Allah SWT cukup baginya. Siapapun juga yang menginginkan ketenangan, maka Al-Quran akan mencukupinya, dan siapapun yang menghendaki kekayaan, maka cukuplah dengan Qanaah. Lalu, barangsiapa yang menginginkan sebuah nasihat maka cukuplah dengan kematian, dan siapapun yang merasa tidak cukup dengan keempat perkara tersebut, maka nerakalah yang akan mencukupinya.”
Kata Gus Baha, perkara istighna, ngrasa cukup, pancen ora gampang. Makanya Imam Syafii ngendika, konsep tercukupi itu terjadi bukan dengan memenuhi semua keinginan, tetapi justru dengan mengurangi keinginan-keinginan. Karena pada dasare menungsa kuwe nggone tamak, selalu ora cukup. Maka manusia yang hebat itu saat pikiran dan lakunya tidak didikte materi, begitu kata Gus Baha.
Pada praktiknya memang berat. Kita sering abai dengan pesan Kanjeng Nabi, qaul ulama. Padahal dengan qanaah sebetulnya hidup kita akan lebih tenang, lebih bahagia. Karena apapun yang kita lakukan tidak diombang-ambing oleh orang lain, oleh keinginan, gengsi, nafsu. Ridha dengan apa yang ada, itulah qanaah. Bukankah sikap ini pula yang diajarkan guru-guru kita, para kyai dan ustadz, para mursyid.
"Selain itu, sifat Qanaah juga menjadikan manusia untuk selalu bersyukur dan tidak tidak mudah putus asa terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Maka dari itu, sifat Qanaah sangat penting diterapkan dalam keadaan apapun supaya mendapatkan rasa ketenangan".
Pada kenyataannya, di zaman akhir kaya kiye, ketika urip menungsa semakin gemrungsung, selalu diburu hasrat, sikap qonaah justru menjadi obat modern yang ampuh. Kalau banyak orang kaya stres dan depresi karena berbagai dinamika hidupnya, maka qanaan justru menenangkannya. Karena rasa stres, frustasi, depresi, toh pada dasarnya berurat akar pada hasrat dan keinginan yang dirasa tak terpenuhi. Sebab kenyataan tidak selalu harus tunduk pada keinginanmu, keinginan kita. Maka cukuplah dengan ridha atas takdir Allah saat ini, sambil terus mengikhtiarkan hari esok yang lebih baik.
Tapi semua itu, kembali kepada diri kita sendiri. Kalau lihat teman atau tetangga beli mobil baru. Pilihannya hanya dua. " Duh dia beli mobil baru. Sedangkan mobilku masih seperti ini. Atau alhamdulilah mobilku kaya gini juga tidak apa-apa. Yang penting sudah punya mobil. Siapa tahu, gusti alloh memberiku mobil baru." Ahh,,, bicara Tah memang mudah, tapi prakteknya sulit banget. Ya, sulit itu kualitas. Artinya bisa dilakukan!!! Buktinya tiap hari tiap menit kita ngopi ngrokok. Bahkan kalau pagi-pagi tidak ngopi pun, badan terasa kurang enak. Tapi pas saat bulan puasa buktinya bisa tidak ngopi da ngrokok sampai bedug maghrib. Jadi, tolong. Saya lagi belajar qonaah
.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.