Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Annisa Reva

Sepatu Tua Pemberi Makna Dalam Hidup

Eduaksi | Monday, 22 Nov 2021, 17:46 WIB

Judul Buku : Sepasang Sepatu Tua

Pengarang : Sapardi Djoko Damono

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit : 2019

Edisi : Cetakan Pertama, Maret 2019

Halaman : 114 halaman

Harga : Rp 68.000,-

Peresensi : Annisa Reva Rahmawati*)/101/Farmasi C

Sastrawan Sapardi Djoko Damono, mengemukakan bahwa selera atau kesukaan ialah sebuah rasa. Ketika hal tersebut muncul sudah pasti dari dalam hati. Orang lain mestinya tidak bisa meremehkan dengan memandangnya hal tersebut sebagai suatu yang buruk. Memilih sepatu ialah tentang jodoh, tentang kecocokan, dan pada akhirnya tentang rasa yang berbeda pada diri setiap orang. Sebuah sepatu yang dibeli seseorang dan terpilih pada hakikatnya sama sekali tidak berkaitan dengan gengsi seseorang atau pun seberapa tinggi selera yang mencerminkan keadaan sosial seseorang.

Sapardi mengemukakan pandangan yang ia lihat ke dalam cerita pendek yang ia beri judul Sepasang Sepatu Tua. Sepasang sepatu ini bercerita mengenai jatuh cinta nya sepatu pada telapak kaki pemiliknya dan sebaliknya, si empunya sepatu yang langsung jatuh hati pada sepatu tersebut sejak pertama kali melihat dan mencobanya lalu memutuskan untuk membeli.

Tulisan yang ditulis oleh Sapardi seperti mewakili perasaan banyak orang pada saat memilih dan memutuskan membeli sepatu atau barang berharga lainnya. Orang seringkali menilai sepatu berdasarkan seberapa mahal harganya, seberapa terkenal merek barangnya, hingga seberapa bagus model juga warna yang bisa mewakili selera orang-orang kelas sosial tertentu. Apabila berbeda dengan selera kelas sosial, maka seringkali dianggap jelek dan tidak berkelas.

Ketika menggambarkan sepatu yang saling bercerita dengan bahasanya yang sulit bahkan tidak dimengerti oleh siapapun, atau bahkan juga sering bertengkar karena berbagai alasan. Sang penulis ingin mengajak para pembaca agar lebih bisa menghargai juga menyayangi barang-barang yang dimiliki. Bahwa untuk menghargai barang-barang tersebut tidak hanya sekadar memperlakukan mereka seperti benda mati dan membuangnya kapan saja kita mau ketika sudah ada benda baru untuk menggantikan yang sudah usang.

Sama hal nya dengan sepasang sepatu tua, Sapardi menceritakan tentang berbagai benda juga makhluk hidup lain yang berada di sekeliling kita yang menjelma menjadi pencerita yang handal, seperti tentang kertas dan cicak pada bagian bab yang berjudul Arak-Arakan Kertas, tentang rumah yang kita tempati dan dihuni oleh orang lain pada bagian bab novel yang berjudul Rumah-Rumah.

Dalam bab lainnya Sapardi juga mengajak pembaca untuk untuk melihat orang gila dengan cara yang berbeda dan memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda pula. Dalam bab ‘Seorang Rekan di Kampus Menyarankan Agar Aku Mengusut Apa Sebab Orang Memilih Menjadi Gila’, Supardi memberi gambaran bahwa setiap orang gila memiliki alasan mengapa ia memilih gila.

Seseorang bahkan boleh memilih menjadi seorang yang waras, orang yang sakit, orang yang bingung, orang yang selalu merasa tidak ada yang memberi perhatian dan karenanya stress, orang yang suka marah-marah karena pangkatnya tidak naik-naik, dan sebagainya. Dalam hal ini menyatakan bahwa benda dan makhluk hidup lain itu bisa bercerita dan menandakan bahwa semuanya punya jiwa. Bahkan dengan jiwa orang yang dinilai dan dipandang masyarakat umum sebagai orang gangguan atau gila Sapardi mengajarkan untuk melihat dengan keadaan sebaliknya dan memperlakukan mereka dengan layak dengan menggunakan hati dan nurani.

Selain sudut pandang dalam hal rasa, menghargai apa saja di luar diri manusia, dan cara menghargai, Sapardi juga menyampaikan sajian kesan bahwa sesungguhnya menyajikan cerita dengan amanat yang tersirat adalah sesuatu yang sangat asik. Tidak harus seperti standar yang berlaku pada saat menulis, seperti halnya berapa banyak jumlah baris kalimat, berapa paragraf, dan beberapa banyak kata. Cerita yang disampaikan bisa saja amat pendek dalam beberapa baris saja. Seperti cerita pada bagian bab ‘Dalam Tugas’, beliau hanya menyajikan dalam empat paragraf. Dalam empat paragraf yang dituliskan, terdapat satu paragraf yang hanya terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama terdiri dari enam kata dan kalimat kedua terdiri dari tiga belas kata.

Selain memiliki kelebihan dan menyajikan amanat juga pesan-pesan yang tersirat, novel Sepasang Sepatu Tua ini juga memiliki beberapa kekurangan dari sudut pandang peresensi sebagai pembaca, yakni gaya bahasa yang digunakan kadang sedikit berbelit sehingga maksud yang disampaikan oleh penulis sedikit susah untuk dimengerti dengan gaya bahasa yang tinggi. Selain itu juga, dalam sudut pandang orang ketiga sedikit sulit ditentukan, dan kadang kala membuat pembaca kebingungan dalam menentukan orang ketiga dalam beberapa bab dalam novel.

Dibalik kekurangan dari novel Sepasang Sepatu Tua yang didapati oleh peresensi, tentu kekurangan tersebut lebih sedikit dibanding dengan kelebihan dan berbagai amanat yang disampaikan hingga pesan-pesan tersirat yang dimasukkan kedalam berbagai cerita yang terdapat pada novel Sepasang Sepatu Tua ini. Karena di tangan sastrawan Sapardi, sebuah sastra berubah menjadi lebih indah dan semua yang dituliskan di buku ini mencerminkan kematangan beliau sebagai penulis. Karya yang beliau tulis sangat direkomendasikan untuk dibaca siapa saja bagi siapa pun yang menginginkan cerita bermutu dan memiliki banyak amanat.

*) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Nama : Annisa Reva Rahmawati

Tempat Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 20 Agustus 2003

Alamat : Jl. M. Pandjaitan, Gang 8c No.186,

Penanggungan, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.

Email : [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image