Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fay Shalamar

Program Merdeka Belajar, Dulu dan Kini

Edukasi | 2022-07-24 08:39:01

Tren Program Belajar Dari Rumah (BDR) atau yang disebut belajar dari rumah mulai dikenal semenjak pemerintah menggalakannya demi melindungi para siswa dari ancaman virus Covid-19. Sekolah-sekolah diminta untuk menyesuaikan pembelajaran yang dapat dijangkau melalui ketersediaan fast internet provider. Segala bentuk dukungan diberikan oleh pemerintah, maupun para stakeholder. Mulai dari subsidi bernama paket internet belajar, hingga perangkat laptop demi mendukung program penanganan kejadian luar biasa yang terjadi.
Dengan tuntutan BDR yang tetap harus terus berjalan, kebutuhan Internet di setiap rumah pun meningkat. Guru terutama tidak bisa hanya mengandalkan pulsa Internet biasa. IndiHome menjadi pilihan banyak para pendidik untuk mendukung pembelajaran tetap berjalan. Presiden pun memberikan mandate, terutama bagi Telkom Indonesia untuk mengawal ketersediaan internet di seluruh Indonesia. Guru juga didorong untuk lebih kreatif dalam memberikan stimulasi kepada siswa. Hingga akhirnya Program Merdeka Belajar pun disosialisasikan.
Prototipe dari Program ini pertama kali muncul pada akhir 2020. Lantas kemudian, untuk memaksimalkan pembelajaran dengan media yang mudah dan lebih mendorong anak untuk mandiri menggali potensi diri Merdeka Belajar menjadi Kurikulum yang diberlakukan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pun akhirnya berubah nama menjadi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Dibandingkan dengan banyak tuntutan administratif, Kemendikbud menghendaki guru lebih fleksibel dalam memberikan pembelajaran. Fungsi guru yang selama ini hanya menjadi pengajar didorong untuk menjadi fasilitator di mana mendorong anak berfikir kritis dan kreatif.

Pemberlakuan Merdeka Belajar dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan. Mulai dari PAUD hingga SMA/K. Guru pun dibebaskan dalam penyampaian materi, tidak melulu hanya menggunakan buku teks, namun juga media audio visual. Ruang Belajar anak pun menjadi luas, tidak hanya di rumah kelas, namun juga dalam ranah online. Guru dapat memadukan pembelajaran di kelas antara online dan offline yang disebut hybrid. Guru dibolehkan menggunakan media YouTube untuk memberikan provokasi atau pancingan pada anak, lalu anak menggali ide untuk melakukan kegiatan sesuai dengan daya imajinasinya sendiri dan mempraktekan langsung menjadi sebuah proyek.

Tentunya kelas hybrid membutuhkan jaringan fast internet provider yang cepat, agar kelas berjalan efektif. Guru diminta untuk memberikan pembelajaran yang menyenangkan, tidak hanya dengan penjelasan verbal belaka, namun dapat menggunakan video-video penunjang yang tentunya saat ini tidak terbatas dalam ranah online. Musik dan lagu menjadi warna dalam media pembelajaran untuk memaksimalkan kemampuan otak anak. Anak tidak diminta untuk mengejar akademik belaka, namun semua kegiatan anak harus mengandung Kompetensi Dasar yaitu Nilai-Agama-Moral, Sosial-Emosional, Fisik-Motorik, Bahasa, Kognitif dan Seni.

 

Berbagai sumber

Program Merdeka Belajar juga diminta untuk menghadirkan unsur STEAM. Di mana di dalamnya harus ada Sains yaitu pengetahuan yang tak terbatas, Technology yaitu memanfaatkan media belajar yang limitless, Engineering yaitu kegiatan berbasis proyek atau berinovasi, Arts di mana unsur seni juga tercakup di dalamnya dan yang terakhir adalah Math, kemampuan yang mendorong fungsi kognitif anak. Pada dasarnya, Program Merdeka Belajar berfokus pada capaian Perkembangan anak.

Dengan Program Merdeka Belajar, anak tidak harus hanya menggunakan teks tulis, namun sosial media juga menjadi sarana anak menuangkan ide juga unjuk kemampuan. Bebasnya sarana anak belajar ini mendorong banyak anak memaksimalkan kemampuan akademiknya yang mulanya hanya pembelajaran yang membosankan dengan banyaknya buku teks yang harus dibaca anak, menjadi bebas dalam berekspresi karna sekolah tidak hanya berfokus pada intrakurikuler namun juga ekstrakurikuler. Dengan demikian jaringan fast internet provider menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam pendidikan dewasa ini. Apalagi dengan dorongan pemerintah yang mempercepat Kurikulum Merdeka Belajar yang semula akan dilaksanakan pada tahun 2024, tapi meminta semua lembaga untuk mengadopsi dengan segera di setiap jenjang lembaga pendidikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image