Sudah 30 Tahun, Kenapa Dewa 19 Masih Bertahan?
Musik | 2022-07-23 08:05:15Apakah Dewa 19 layak menyandang status sebagai band legend? Tentu ada pro dan kontra, minimal soal selera. Tetapi bahwa Dewa 19 mampu bertahan 30 tahun di belantika musik tanah air, tentu bukan prestasi yang mudah. Betapa banyak band-band yang sukses menggebrak di awal dengan satu dua lagunya yang ngehits, selanjutnya tak diketahui lagi rimbanya. Di aspek ini, Dewa 19 sudah tentu lolos, karena sudah tiga dekade mampu mempertahankan eksistensinya, meski sudah beberapa kali gonta ganti personel. Bahkan menariknya, Dewa 19 mungkin menjadi satu-satunya band besar yang tetap eksis meski tanpa vokalis. Kalau Anda sesekali melihat Dewa 19 manggung, lalu ada Ari Lasso, atau Once, Virza, serta yang terbaru Ello, empat orang ini statusnya hanya pinjam pakai, featuring.
Eksistensi Dewa 19 sebagai band papan atas Indonesia memang sulit untuk disangkal, setidaknya dengan beberapa indikator dan data yang tak kaleng-kaleng pula. Selama dua tahun pandemi Covid-19 misalnya, di saat para musisi kelimpungan karena job manggung yang nyaris nol, Dewa 19 terutama dengan kreativitas Ahmad Dhani justru menjadi yang paling aktif menghibur para baladewa (sebutan untuk fans Dewa 19) maupun secara umum penikmat musik Indonesia melalui konser-konser virtual hingga rilis lagu-lagu lama dengan vokal dan aransemen baru. Konser-konser tersebut bahkan sukses mengundang sejumlah sponsor. Belum lama ini mereka juga merilis lagu baru “Juliette” dengan vokal Ahmad Dhani dan Ello, dan tetap dengan aransemennya yang kaya.
Tahun 2005, Majalah Hai menempatkan Dewa 19 sebagai band terkaya di Indonesia dengan penghasilan mencapai Rp 14 miliar dalam setahun. Bahkan, puncaknya adalah ketika majalah music bergengsi Rolling Stone menempatkan Dewa 19 termasuk Ahmad Dhani sebagai “The Immortal: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa”. Lantas, apa yang membuat Dewa 19 tetap bertahan di usianya yang menginjak 30 tahun saat ini?
Untuk menegaskan eksistensinya, Dewa 19 bahkan menggelar tour besar: 30 kota, membawakan masing-masing 30 lagu. Dua mantan vokalisnya yang ikonik, Ari Lasso dan Once Mekel, diikutsertakan dalam konser 30 tahun Dewa 19 ini, plus featuring dua vokalis barunya: Virza dan Ello. Dan setelah 30 tahun, nyatanya konser mereka di setiap kota tak pernah sepi, tetapi sebaliknya selalu penuh sesak. Tiketnya selalu sold out, dari yang kelas festivalsampai VVIP. Padahal tiketnya tidaKLah murah, mulai Rp 500 ribu sampai Rp 5 juta untuk VVIP. Bahkan jadwal konser mereka di Malaysia untuk September mendatang nyatanya ludes hanya dalam hitungan kurang dari 60 menit sejak dibuka. 90 ribu orang. Dewa akhirnya memutuskan menambah satu hari jadwal konsernya untuk mengobati penggemarnya di Negeri Jiran. Pun tidak lebih dari tiga jam ludes lagi.
Nah, terkait dengan konser 30 tahunnya ini, dalam sebuah konferensi pers semua personel Dewa 19 pernah ditodong pertanyaan yang sama dengan judul tulisan ini. Jawabannya pun beragam. Ada yang menyebut faktor chemistry dari setiap personel lah yang membuat Dewa 19 bertahan sampai saat ini. Meskipun alasan ini tak bisa menjelaskan soal sejarah Dewa 19 sejak pertama kali merilis album bertajuk “19” di 1992, yang beberapa kali reshuffle personel. Salah satu yang paling menyita perhatian tentu saja hengkangnya sang vokalis pertama, Ari Lasso, akibat ketergantungannya pada narkoba. Belum lagi hengkangnya Wawan (generasi awal Dewa 19), Erwin yang sempat keluar masuk dan keluar lagi, Wong Aksan, Tyo Nugros, hingga Once sendiri. Apakah Dewa 19 bubar ditinggal personel ikoniknya? Ternyata masih bertahan kan.
Personel lain menyebut lagu-lagu dewa yang enak didengar, sehingga masih langgeng di telinga penikmatnya sampai saat ini. Alasan ini cukup logis, mengingat banyak lagu-lagu Dewa 19 yang jadi hits dan tetap terawat di memori para penggemarnya. Sebut saja lagu Kangen, Cukup Siti Nurbaya, Aku Milikmu, Tak Akan Ada Cinta yang Lain, Kirana, Kamulah Satu-satunya, Aku di Sini untukmu. Lalu album di era Once, Bintang Lima menjadi album pembuktian bagaimana Dewa 19 mampu bertahan dari bayang-bayang vokalis sebelumnya, Ari Lasso. Semua lagunya dalam album yang terjual jutaan kopi itu juga nyaris menjadi hits seluruhnya. Pun dengan album-album setelahnya di era Once.
Sementara itu, sang karakter utama Dewa 19, Ahmad Dhani, seperti biasanya memberikan jawaban semaunya. Dia menyebut Queen sebagai faktor utama yang membuat Dewa 19 tetap bertahan setelah 30 tahun. Kebetulan sebagai founding fathers tersisa, dia dan Andra Ramadan adalah penggemar Queen, salah satu band rock legend asal Inggris yang diakui Dhani banyak mempengaruhi lagu-lagu Dewa 19. Bahwa dalam setiap album Dewa 19 banyak lagu-lagunya yang jadi hits, tidak hanya satu dua, diKLaim Dhani karena belajar dari Queen, yang selalu menjaga kualitas dalam memproduksi lagu.
“Dari Queen kita dapat banyak pelajaran, bahkan nasibnya kita pun sama dengan Queen: ditinggal penyanyinya. Queen itu punya resep-resep ngetop yang bisa dipelajari. Salah satunya, membuat satu album yang banyak lagu enaknya...”, begitu kurang lebih jawaban Dhani. Semua penggemar Dewa 19 tentu mafhum, bahwa Dhani adalah penggila berat Queen, sudah mendengarkan lagu-lagu Queen sejak usia 8 tahun, mengoleksi banyak albumnya.
Jawaban ini mungkin bersinggungan dengan penilaian banyak orang bahwa Dewa 19 tak pernah main-main dalam menjaga kualitas karyanya. Lagu-lagu Dewa 19 konon selalu memakai chord yang kaya dan tidak biasa, plus aransemennya yang kaya dengan isian. Bahkan karena kualitas pula, Dhani sempat memilih puasa mencipta lagu untuk Dewa 19 sejak 2010, tepatnya usai lagu yang menurutnya berkualitas amat bagus “Bukan Cinta Manusia Biasa” tak terlalu laku di pasaran musik Indonesia yang gemar dengan genre balad yang easy listening dan mendayu-dayu. Mungkin seperti saat ini, lagu-lagu dengan nada-nada ala-ala Melayu yang mendayu-dayu juga kembali viral di media sosial, menjadi backsound reels Instagram dan Facebook sampai tiktok. Tetapi seperti biasa, Dhani tetap ogah menurunkan standar kualitas lagu-lagu Dewa 19. Lagu Juliette yang nge-beat abis cukuplah jadi contoh.
Sampai sini, apakah kualitas lagu-lagu Dewa 19 menjadi faktor utama yang menjaga eksistensi mereka selama 30 tahun? Mungkin ada benarnya, karena faktanya lagu-lagu Dewa 19 memang diakui banyak pihak cukup berkualitas. Tetapi menurut penulis, faktor kualitas juga tidak selamanya jadi penentu eksistensi sebuah grup band di belantika musik Indonesia.
Salah satu contohnya adalah KLa Project, band berkualitas yahud yang banyak mempengaruhi Dewa 19 (terutama Dhani) dalam menyeriusi aransemen lagu. Dhani sering blak-blakan ngefans dengan KLa Project, yang beranggotakan para mestro: Katon, Lilo dan Adi (di formasi awal ada drummer Ari Burhani, tetapi memutuskan hengkang usai album ketiga). KLa Project memang identik dengan lagu-lagu romantik yang tidak kacangan, liriknya puitis dan mendalam lewat sentuhan Katon Bagaskara, serta aransemen jempolan Adi Bersama Lilo. Menyaksikan aksi penggung KLa Project ibarat menonton suguhan orkestra yang syahdu. KLa Project pula yang dianggap sebagai pionir dalam kaitannya kontrak degan major label. Pun KLa Project pula yang menjadi band pertama yang berani rekaman live unpluge saat manggung. Sayangnya, band yang disebut Dhani bergenre pop tapo sophisticated ini pada akhirnya bubar, masing-masing memilih berkarir sendiri (Meski akhirnya Kembali Bersatu, tetapi mereka tak lagi seproduktif dulu). Padahal, ketiganya dianggap punya chemistry yang saling mengisi. Lantas, kalua bukan kualitas karya, faktor apa sih yang menjaga Dewa 19 tetap eksis selama tiga dekade ini?
Jawabannya adalah leadership atau kepemimpinan. Loh loh, kok?
Coba saja sih, tanpa maksud mengecilkan peran Andra dan yang lainnya, bayangkan Dewa 19 tanpa Ahmad Dhani. Sosok ini memang kontroversial, ngomongnya ceplas-ceplos, dituding otoriter, angkuh, dan sekawannya, tetapi visi kepemimpinannya amat membantu Dewa 19 hingga mampu bertahan di usia profesional mereka yang sudah 30 tahun. Dengan rata-rata usia personelnya yang memasuki 50 tahun, Dewa 19 tetap mampu menggelar tour konser 30 tahun, membawakan 30 lagu untuk setiap kota yang dikunjungi. Dari konser yang sudah jalan di beberapa kota, kita juga melihat bagaimana aura Dewa 19 sebagai band legend adalah nyata adanya. Aura penonton tidak bisa berbohong. Itulah hasil dari sebuah kepemimpinan.
Secara kasat mata, bukankah Dewa 19 lah yang berpotensi bubar duluan ketimbang KLa Project yang semua personelnya seolah memiliki chemistry yang kuat? Dalam konteks kepemimpinan ini, maka harus diakui bahwa justru sosok Ahmad Dhanilah yang membuat nasib Dewa tetap bertahan meski sering didera dinamika internal antar personelnya.
Kesimpulan ini juga pernah disampaikan pentolan KLa Project, Katon Bagaskara. Bagi Katon, kelemahan KLa Project adalah pada ketiadaan pemimpin di tengah tiga personelnya yang sama-sama keras. Sementara pada kasus Dewa 19, kerasnya kepempinan Dhani justru mampu menjaga dan menggerakkan 'organisasi' Dewa sehingga tetap bertahan cukup panjang di belantika musik Indonesia. Dari kasus bubarnya KLa Project dan bertahannya Dewa 19, kita menjadi tahu betapa pentingnya aspek kepemimpinan dalam menjaga keberlangsungan organisasi atau kelompok. Dan Dewa 19 adalah salah satunya. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.