Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tulis Aja

Apa itu Dewasa?

How To | Saturday, 16 Jul 2022, 21:38 WIB
Sumber: Unsplash

Apa itu Dewasa?

"Dewasa" merupakan “simbol" dari segala organisme makhluk hidup yang telah matang, dalam hal ini umumnya ditujukan pada organisme makhluk hidup yang kita sebut “kita”, manusia. Maka secara harfiah dewasa adalah perubahan masa manusia dari masa anak-anak menjadi masa yang sudah seharusnya “melestarikan anak”. Istilah tersebut merupakan definisi “dewasa” dari aspek Biologi, yaitu sudah akil baligh atau setidaknya sudah berusia 16 tahun ke atas.

Dari aspek lain disebutkan bahwa seseorang sudah dewasa apabila sudah berusia 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita serta memiliki karakter pribadi khusus, yaitu: “kematangan” dan tanggung jawab. Pernyataan ini berdasarkan Undang-undang Perkawinan di Republik Indonesia.

Namun pada kenyataannya berbagai aspek yang membahas tentang “kedewasaan” ini sering tidak konsisten dan kontradiktif. Seseorang bisa dikatakan dewasa secara biologis, memiliki karakteristik tubuh orang dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak-anak jika berada di bawah umur dan dihadapkan dengan masalah hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak mencerminkan kematangan dan tanggung jawab yang menunjukkan karakter dewasa atau dalam hal ini seseorang yang berkebutuhan khusus.

Sedangkan dalam bidang ilmu Psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang berawal di akhir usia belasan tahun atau di awal usia duapuluhan dan berakhir di usia tigapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian secara pribadi dan finansial. Dalam bidang ilmu Psikologi ini juga meliputi masa perkembangan karier, pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

Sumber: Canva

Lalu dalam konteks yang sudah umum disiarkan di banyak media sosial, istilah "dewasa" berarti "tidak dianggap cocok untuk anak-anak", terutama tentang istilah yang berkaitan dengan perilaku seksual, seperti hiburan dewasa, video dewasa, majalah dewasa, dan konten-konten dewasa lainnya.

Sedangkan pada kebanyakan kasus yang terjadi, khususnya di Indonesia adalah banyak anak-anak yang sudah bisa mengakses “konten dewasa” tersebut. Jika begini bisa jadi di kemudian hari nanti setiap orang baik itu yang masih anak-anak maupun yang sudah dan sedang “melestarikan anak” disamaratakan ke dalam kategori “dewasa”.

Sumber: Freepik

Nah, setelah penjelasan di atas yang sama sekali tak sinkron dengan judul tentu saja semakin membiaskan pemahaman kita tentang apa itu dewasa? Jawaban dari apa itu dewasa sebenarnya relatif. Jika dewasa itu berdasarkan usia, masih banyak orang yang secara postur dewasa tapi masih memiliki jiwa kekanak-kanakan. Sedangkan tak sedikit juga anak-anak yang bisa lebih bijak bertindak dan berbicara dibandingkan dengan orang yang lebih tua darinya.

Fakta yang banyak terjadi saat ini, kebanyakan dewasa diukur dari tempat di mana ia tinggal. Jika ia dilahirkan di kota maka ia bisa dikatakan dewasa karena ia lebih baik dalam mendapatkan fasilitas dan bisa dikatakan tahu tentang banyak hal dibandingkan orang lain yang dilahirkan dan tinggal di kampung. Disamping itu juga soal pendidikan, orang yang tinggal di kota “kadang” menganggap dirinya “lebih dewasa” karena bisa dengan mudah mendapatkan pembelajaran yang lengkap dari sekolah atau kursus dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di desa.

Padahal sejatinya, dewasa adalah soal sikap dan pembiasaan. Bukan hanya berdasarkan rambut yang sudah mulai memutih, tempat tinggal yang berbeda ataupun pembelajaran di sekolah. Sebagai manusia yang berkodrat salah tentunya siapapun memiliki sikap dewasa dan sikap tidak dewasa di dalam dirinya. Benar jika dewasa adalah sesuatu yang berbanding lurus dengan usia, karena semakin tua seseorang maka ia harus dituntut untuk menjadi dewasa. Itulah yang menyebabkan seorang bijak yang “dipaksa” bijak oleh kesalahannya sendiri berkata: “Jangan mau menjadi dewasa, karena dewasa adalah jebakan”.

Poin pentingnya, dewasa itu tidak serta merta dapat dinilai oleh diri sendiri atau pun orang lain. Dengan kata lain, “dewasa” adalah sesuatu yang tak perlu dihitung, tapi tetap harus ditanamkan dalam diri. Dan mau tidak mau kita harus menerima bahwa menjadi “dewasa” itu sulit.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image