Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmadi Yahya

Timur Lenk: Pembangunan Menara dan Piramida Simbol Kemenangan

Sejarah | 2021-11-14 03:21:07
Sumber gambar : eastroute.com

Timur Lenk merupakan keturunan dari bangsa Mongol. Nama Timur Lenk memiliki arti yaitu Timur si Pincang. Ia memiliki keberanian sejak usianya yang masih sangat muda. Ia sering ditugaskan untuk menjinakkan kuda-kuda yang sulit untuk dikendalikan dan berburu hewan-hewan liar. Saat usianya menginjak 12 tahun, ia sudah terlibat di dalam peperangan sehingga namanya menjadi terkenal dan mengharumkan di kalangan bangsanya. Setelah Jagatai wafat, banyaknya Amir yang melepaskan diri dari pemerintahan yang terpusat. Timur Lenk mengabdikan dirinya kepada Amir Qasaghan yang merupakan Gubernur Transoxiana. Pada saat Qasaghan wafat, Transoxiana diserang dan diduduki oleh pasukan Tughluq Temur Khan yang merupakan pemimpin dari bangsa Moghulistan. Akan tetapi, adanya perlawanan yang dipimpin oleh Timur Lenk demi memperjuangkan kaum yang tertindas.

Tughluq Temur Khan melihat keberanian yang dimiliki oleh Timur Lenk sehingga ia ditawarkan sebuah jabatan untuk menjadi gubernur di tanah kelahirannya, ia pun menerima tawaran tersebut. Setahun setelah Timur Lenk menjadi gubernur, pada tahun 1361 M Tughluq Temur Khan mengangkat puteranya untuk menjadi gubernur Samarkand yang bernama Ilyas Khoja dan Timur Lenk menjadi wazir. Hal ini membuat Timur Lenk menjadi sangat marah. Ia melakukan pemberontakan terhadap Tughluq Temur Khan bersama Amir Husain yang merupakan cucu dari Qasaghan. Akhirnya, Tughluq Temur Khan dan Ilyas Khoja itu tewas dalam pertempuran. Timur Lenk memiliki sebuah ambisi yaitu menjadi penguasa besar. Dengan ambisinya tersebut, ia berbalik menyerang Amir Husain yang merupakan iparnya sendiri, sehingga Amir Husain kalah dan tewas di Balkh. Kemudian, ia menyatakan dirinya sebagai penguasa satu-satunya di Transoxiana yang melanjutkan Dinasti Chagatai dan juga keturunan dari Jenghis Khan pada tanggal 10 April 1370 M.

Di sepuluh tahun pertama pada masa pemerintahannya, Jata dan Khawarizm mampu ditaklukkan oleh Timur Lenk dengan sembilan ekspedisinya. Kekuasaannya pun mulai kokoh dan Timur Lenk menyusun sebuah rencana ambisinya tersebut yaitu menjadi penguasa besar dan berusaha untuk menaklukkan daerah yang pernah diduduki oleh Jenghis Khan. Timur Lenk pernah berkata bahwa hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka hanya ada seorang raja di bumi ini.

Pada tahun 1381 M Timur Lenk berhasil dalam menguasai Khurasan dan melakukan penyerangan ke arah Herat. Ia juga terus melakukan penyerangan ke negara-negara lain dan berhasil menguasai negara-negara lain, seperti Afghanistan, Persia, Kurdistan dan Fars. Ia melenyapkan wilayah yang melakukan perlawanan di negeri yang ditaklukkannya tersebut. Timur Lenk membangun sebuah menara yang tersusun dari 2000 jenazah manusia yang dicampur dengan tanah liat dan batu di Sabzawar, Afghanistan. Ia juga melenyapkan kurang lebih 70.000 penduduk yang tinggal di Isfa. Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Syria, Irak, dan Anatolia (Turki). Dinasti Muzhaffari yang berada di Fars dihancurkan oleh Timur Lenk pada tahun 1393 M serta menghabisi amir-amirnya yang dalam keadaan masih hidup. Di tahun tersebut ia juga menguasai Baghdad dan setahun kemudian berhasil menguasai Mesopotamia. Sultan Ahmad Jalair merupakan penguasa Baghdad yang melarikan diri ke Syria dan kemudin menjadi vassal dari Kesultanan Mesir yang bernama Al-Malik al-Zahir Burquq yang merupakan penguasa Dinasti Mamalik. Dinasti Mamalik adalah dinasti yang sulit ditaklukkan. Utusan-utusan Timur Lenk dikirimkan ke Mesir untuk melakukan perjanjian damai. Akan tetapi, utusannya tersebut sebagian ada yang dihabisi dan diperhinakan, kemudian disuruh pulang. Mesir selamat dari serangan Hulagu Khan dan juga kembali selamat dari serangan bangsa Mongol. Ahmad Jalair berada dalam perlindungan Sultan Burquq. Kemudian, Timur Lenk menginvasi ke Asia Kecil dan menjarah kota-kota, seperti Takrit, Mardin, dan Amid. Takrit merupakan kota kelahiran Salahuddin al-Ayyubi dan ia juga membangun piramida yang tersusun dari tengkorak jenazah para korban.

Timur Lenk melakukan penyerbuan ke Qipchak pada tahun 1395 M dan menguasai Moskow selama satu tahun lebih. Tiga tahun kemudian, ia menyerang India karena penguasa muslim sangat toleransi terhadap agama Hindu. Ia berpendapat bahwa seharusnya penguasa muslim tersebut mengislamkan penduduknya secara paksa. Ia melenyapkan 80.000 tawanan di India. Timur Lenk memiliki rancangan pembangunan masjid di Samarkand dan sangat membutuhkan batu-batu yang berukuran besar. Akhirnya, sebanyak 90 ekor gajah pun terlibat untuk membawa batu-batu besar tersebut dari Delhi menuju Samarkand. Setelah masjid tersebut dibangun, ia berangkat untuk melakukan penyerangan kepada Dinasti Mamalik. Di perjalanan, ia menaklukkan Georgia serta mengubur para tentara Armenia yang berjumlah sekitar 4000 tentara dalam kondisi hidup-hidup di Sivas, Anatolia, dengan sumpah tidak akan terjadinya pertumpahan darah jika mereka menyerah.

Ia juga memasuki wilayah Syria bagian utara pada tahun 1401 M. Dalam jangka waktu tiga hari ia dapat menghancurkan Aleppo. Dibangunnya piramida yang tersusun dari kepala sebanyak 20.000 penduduk dengan tinggi 10 hasta dan kelilingnya adalah 20 hasta dengan posisi wajah jenazah yang menghadap ke luar. Dihancurkannya Bangunan-bangunan zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi. Hamah, Horns, dan Ba'labak berturut-turut ditaklukkannya. Pada pertempuran yang dahsyat pasukan dari Sultan Faraj yang berasal dari Kerajaan Mamalik dapat dihancurkan sehingga Damaskus jatuh kepada pasukan Timur Lenk pada tahun 1401 M. Akibatnya, rusaknya bangunan bersejarah yaitu Masjid Umayyah dan pekerja-pekerja ahli dibawa ke Samarkand. Ulama pun diperintahkan oleh Timur Lenk untuk mengeluarkan sebuah fatwa membenarkan segala tindakannya. Kemudian, Baghdad pun diserang dan berhasil ditaklukkan oleh Timur Lenk. Ia melenyapkan 20.000 penduduk dengan alasan balas dendam karena tentaranya banyak yang tewas dan ia juga mendirikan sebanyak 120 piramida dengan menggunakan kepala jenazah sebagai simbol kemenangan.

Timur Lenk menganggap Kerajaan Usmani sebagai suatu tantangan yang besar. Kerajaan ini menguasai wilayah bekas dari kedudukan Jenghis Khan dan Hulagu Khan. Sultan Bayazid merupakan penguasa tertinggi yang sebelumnya menaklukkan wilayah kekuasaan yang telah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Ia memiliki ambisi untuk menaklukkan kerajaan ini, sehingga ia mengerahkan pasukannya untuk menyerang pasukan Bayazid I. Terjadi peperangan yang hebat di Sivas dan Timur Lenk berhasil menghabisi putera Bayazid I yang bernama Erthugrul dalam pertempuran tersebut. Terjadi peperangan dalam menentukan Ankara pada tahun 1402 M. Pasukan dari Kerajaan Usmani mengalami kekalahan. Sultan Bayazid pun melarikan diri, tetapi tertangkap oleh pasukan Timur Lenk dan Bayazid pun meninggal dalam tawanan. Timur Lenk pun melanjutkan untuk menyerang Broessa yang merupakan ibu kota lama Turki dan Syria. Lalu, ia pun kembali ke Samarkand dan membuat sebuah rencana untuk melakukan invasi ke Cina. Akan tetapi, saat diperjalanan yaitu di Otrar ia jatuh sakit dan pada akhirnya ia meninggal pada tahun 1404 M. Ia wafat pada usia 71 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Samarkand dengan upacara kebesaran.

Sumber :

Masruri, MH (2011). POLITIK ISLAM MONGOLIA: Mencermati Strategi Ekspansi Timur Lenk. El-HARAKAH (TERAKREDITASI) , 13 (1), 82-96.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image