Semangat Guru Berbagi Tanpa Batas untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Teknologi | 2021-11-11 11:25:52Teman-teman pasti pernah mendengar ungkapan âGuru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasaâ. Apakah teman-teman setuju? Sayangnya saya tidak!
Dari dulu saya mempunyai mimpi menjadi salah satu pengajar di Indonesia Mengajar (IM). Saya suka sekali mengajar anak-anak, namun saya tidak melanjutkan studi menjadi Sarjana Pendidikan. Oleh karenanya saya, melalui Indonesia Mengajar ingin mengabdi di berbagai daerah pelosok Indonesia sebagai Pengajar Muda. Sayangnya mimpi itu kandas.
Guru Adalah Pahlawan yang BerjasaâMendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.â Anies Baswedan, Indonesia Mengajar.
Maka saya menjadi tidak setuju bila peran penting seorang guru dalam mencerdaskan bangsa menjadi tanpa tanda jasa. Setiap guru adalah pahlawan negara. Jasa para guru seharusnya terus melekat pada diri setiap warga negara yang pernah dididiknya.
"Kita semua tahu bahwa kita semua yang ada di sini membawa jasa guru. Saya tidak setuju guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa karena setiap hari kita membawa tanda (jasa) itu," Anies Baswedan.
Apalagi saat ini, semenjak pandemi Covid 19. Apakah teman-teman pernah memahami sedikit saja bagaimana tanggung jawab dan amanah seorang guru yang semakin berat?
Pendidikan Daring Selama Pandemi Covid 19
Pendidikan adalah garda terdepan dalam memajukan sebuah bangsa. Tanpa adanya pendidikan yang baik maka sebuah negara tak akan bisa maju dan berkembang. Pendidikan yang dilakukan di sekolah sebelumnya adalah sistem pembelajaran tatap muka di mana anak didik harus datang ke sekolah dan mengikuti proses belajar mengajar bersama guru di dalam kelas. Peran guru sangat dominan dan bertanggung jawab atas efektifitas belajar mengajar di mana guru menjadi sumber belajar yang dominan.
Kini, akibat pandemi Covid 19 banyak hal terpaksa berubah sesuai keputusan pemerintah terkait kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah. Salah satunya proses belajar mengajar yang kini harus menggunakan sistem daring (dalam jaringan) atau biasa disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sistem pembelajaran PJJ ini membuat guru harus mengubah banyak hal terutama dalam metode belajar. Tentu saja belajar dilakukan dari rumah dan secara daring (online). Mengajar tetap harus menarik entah bagaimana caranya sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Kalau tatap muka dalam kelas, temen-temen ingat kan, durasinya bisa jadi sangat panjang. Kita dulu sekolah dari pagi sampai hampir sore. Tapi kalau daring, durasinya bisa menjadi sangat terbatas dan sulit sekali membangun suasana interaktif dengan siswa. Proses pembelajaran harus direncanakan sedemikian rupa mulai dari penyusunan materi, penggunaan media pembelajaran, penggunaan metode pengajaran sampai media pembelajaran.
Apa saja media dalam proses pembelajaran daring?
Zoom: aplikasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran secara virtual. Dalam aplikasi ini dapat mempertemukan antara pendidik dan peserta didik secara virtual atau audio sehingga proses pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik (Yuliani, dkk, 2020)
WhatsApp: aplikasi yang sangat populer di mana aplikasi ini salah satu fitur aplikasi gratis yang mudah digunakan dan telah menyediakan fitur enkripsi yang membuat komunikasi lebih aman. Dalam aplikasi WhatsApp juga menyediakan fitur yang dapat melakukan percakapan dengan baik secara teks pesan suara, atau video (Yuliani dkk, 2020).
Youtube: Aplikasi ini bisa untuk mengupload dan menonton video. Youtube ini dapat digunakan sebagai sumber belajar atau media pembelajaran (Yuliani dkk, 2020).
Google Meet: aplikasi untuk konferensi percakapan baik secara video maupun audio online. Aplikasi ini dibuat langsung oleh Google.
Tidak semudah yang dibayangkan karena ada juga berbagai permasalahan teknis terkait sistem pembelajaran daring ini. Tak hanya dihadapi guru, namun juga siswa dan orang tua. Di sinilah seorang guru, siswa, dan orang tua diuji, di masa pandemi ini. Sebuah sistem baru yang membuat kita semua harus beradaptasi dengan cepat.
Permasalahan yang dialami guru adalah kemampuan guru dalam menggunakan teknologi dan mengakses internet dalam pembelajaran daring. Belum semua guru menguasai berbagai platform belajar yang mendukung proses pembelajaran. Permasalahan orang tua, banyak juga orang tua yang bekerja di luar rumah sehingga tidak optimal dalam mendampingi anak-anak belajar di rumah. Masalah siswa sendiri juga harus beradaptasi menggunakan platform belajar baru dan jadwal belajar yang baru.
Dampak Pembelajaran Daring Timbul di Wilayah Terpencil
Teknologi memang menjadi alat bantu yang dapat digunakan manusia dalam mempermudah melakukan tugas dan pekerjaan. Peran penting ini yang membuat teknologi membawa peradaban manusia memasuki era digital.
Tak sedikit saya mendengar kisah teman saya sebagai guru yang terkendala masalah pembelajaran daring ini. Bagaimana masalah jaringan untuk mengakses internet adalah poin yang paling krusial. Siapa pun tahu, pembelajaran online (daring) berarti kamu harus mempunyai akses internet yang baik.
Masalahnya masih banyak siswa yang tinggal di wilayah terpencil. Pertama kalinya bagi ibu saya, yang notabene seorang guru Sekolah Dasar, melaksanakan pembelajaran daring bermodal kuota internet tanpa wifi. Kadang sinyal tak bersahabat, sedangkan jadwal online menumpuk. Mulai dari memberi tugas anak-anak sampai rapat guru. Kebutuhan internet semakin menjadi-jadi apalagi bukan hanya Ibu yang menggunakan akses internet. Kebijakan pemerintah untuk tetap di rumah saja, membuat semua orang di dalam rumah membutuhkan wifi. Menggunakan kuota hanya semakin membuat pengeluaran bengkak, karena kebutuhan kuota tiap orang pun berbeda.
Kebutuhan Jaringan Internet Untuk Aktivitas Tanpa Batas
Akhirnya, ibu berinisiatif memasang wifi IndiHome di rumah. Karena wilayah rumah Ibu di kabupaten, dan memang hanya IndiHome saja yang ternyata bisa menjangkaunya. Alhamdulillah setelah memakai IndiHome segala urusan menjadi lebih mudah. Ibu bisa mengajar dengan lancar tanpa kendala buffering, bahkan adik saya pun bisa mengerjakan tugas sambil berjualan online.
Setelah Ibu memasang wifi, ternyata banyak tetangga yang tertarik karena mengeluhkan sinyal yang kadang tak bersahabat. Bukan hanya keluarga kami yang mengalami kendala susahnya mengakses jaringan internet, beberapa tetangga juga mengalami keluhan yang sama. Kebutuhan aktivitas tanpa batas memang menuntut kita bersahabat dalam mengakses jaringan internet. Memilih IndiHome sebagai sahabat dalam mengakses jaringan internet menang tidak berlebihan. Karena di saat kami butuh, IndiHome sebagai internetnya Indonesia yang bisa menjawab keluhan kami. Bukan tidak mungkin bila IndiHome dinobatkan sebagai pahlawan digital Indonesia.
Semoga semangat para guru dalam mendidik anak bangsa bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus belajar dan berkembang di era digital ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.