Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Tidak Ada Perayaan Jika Tidak Ada Ibadah Besar Dipersembahkan Kepada Allah

Agama | 2022-07-10 17:54:27
Dr. Tgk. H. Mutiara Fahmi, Lc MA Khatib Idul Adha 1443 H di Masjid Babul Maghfirah, Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. (Ahad, 10/07/2022). Foto Jufri

Aceh Besar - Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Dr. Tgk. H. Mutiara Fahmi, Lc, MA mengingatkan bahwa tidak ada perayaan semisal Hari Raya Idul Adha jika sebelumnya tidak ada ibadah besar yang dipersembahkan kepada Allah Swt.

Hal itu dikatakan Mutiara Fahmi dalam tausiyahnya saat memberikan khutbah Hari Raya Idul Adha 1443 H, Ahad, 10 Dzulhijjah 1443 H/10 Juli 2022 Miladiyah di Masjid Babul Maghfirah, Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar.

Mutiara Fahmi menjelaskan, "ibadah besar yang mengiringi hari raya (perayaan) seperti halnya hari Raya Idul Fitri, dimana sebelumnya kita telah menunaikan ibadah puasa selama sebulan dengan penuh dengan keimanan dan keikhlasan yang kita persembahkan kepada Allah Swt".

Begitu pula halnya dengan hari raya Idul Adha, sesungguhnya ada peristiwa besar yang disyariatkan sebagai ibadah kepada Allah Swt yang juga mengiringi perayaan Idul Adha yakni ibadah haji.

Oleh karena itu tidak perayaan hari raya Idul Adha bila tidak selesainya menasik haji yang utama yaitu melakukan wukuf di Arafah.

"bahwa tidak ada perayaan, tidak ada kesyukuran, tidak ada rasa wujud syukur sebelum ada usaha yang besar dipersembahkan kepada Allah Swt," ujar Tgk Mutiara Fahmi yang juga Wakil Ketua MPU Aceh.

Ibadah haji adalah sebuah peristiwa besar. Haji bisa dikatakan sebagai miniatur hari akhirat (yaumul mahsyar) karena ada beberapa kemiripan. Rasulullah Saw telah mensyariatkan ibadah haji sebagai bagian dari Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang mampu.

Dalam manasik haji penuh dengan nilai-nilai kehidupan akhirat. Ketika seseorang berangkat menunaikan haji, maka ia perlu mempersiapkan diri dan bekal yang akan dibawanya. Bahkan meninggalkan wasiat kepada keluarganya. Persis seperti seseorang yang akan pergi meninggalkan dunia ini.

Kemudian sesampai di sana, ia hanya menggunakan dua helai kain putih sebagai pakaian ihram. Ini juga menyerupai seseorang yang meninggal dunia ia hanya berpakaian kain kafan.

Apalagi saat berada di Padang Arafah tempat semua jamaah haji berkumpul. Hal ini juga sarat dengan nilai bahwa ketika nanti manusia dibangkitkan dari kubur mereka, dan semuanya dikumpulkan pada satu tempat. Saat itu semua manusia menanti waktu hisab.

Maka selain ibadah haji yang kita persembahkan kepada Allah Swt. Ada juga ibadah besar yang mengiringi perayaan Idul Adha yakni penyembelihan hewan kurban. Sehingga perayaan hari raya idul Adha itu akan selalu terikat dengan dua ibadah tersebut.

Kurban artinya taqarrub yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Melalui penyembelihan hewan tertentu, pada waktu tertentu dan syarat tertentu diharapkan kita akan semakin dekat kepada Allah.

Peristiwa besar (penyembelihan) yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as bersama putranya Ismail serta Siti Hajar merupakan bentuk kepasrahan yang sepenuhnya kepada Allah. Ketika mereka sudah berada dalam kepasrahan yang tidak ada sesuatu kecuali Allah, saat itulah kurbannya diterima. Sebelum Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor kibas. Maka, berkurban bermakna menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Ditambahkan, "setiap perayaan tidak selalu bernilai ubudiyah semata namun dalam setiap perayaan juga ada dimensi sosial kemasyarakatan. Kita dapat melihat pada perayaan Idul Fitri yang juga ada ibadah fitrah (zakat fitrah). Maka pada perayaan Idul Adha ada ibadah kurban atau penyembelihan kurban yang dagingnya dibagikan kepada masyarakat," tutur Mutiara Fahmi.

Pelaksanaan shalat Idul Adha 1443 H di Masjid Babul Maghfirah berlangsung tertib dan lancar. Shalat dilakukan tepat pada waktu 07:35 Wib yang dipimpin oleh Imam Masjid Drs. Tgk. H. M. Aji Adam dengan cuaca yang cukup cerah. (*) ini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image