Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Wabah PMK Menjelang Idul Adha

Agama | 2022-07-07 23:55:13

Bulan Dzulhijjah bukan hanya momennya haji, tapi juga kurban. Semua muslim berbondong-bondong membuktikan cinta dan pengorbanannya pada Allah dengan berkurban. Sayangnya, kala idul adha menjelang, Indonesia ditempa wabah PMK.

Wabah PMK

Adalah wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak termasuk sapi juga kambing. Sejak awal bulan Juni kemarin ribuan hewan ternak mati karenanya.

Dilansir dari republika.co.id (8/6/2022), di daerah Jawa Timur, berdasarkan data Dinas Peternakan (Disnak) Jatim per 5 Juni 2022, ada sebanyak 32.949 sapi yang terpapar virus PMK. 164 diantaranya mati, 3.821 dinyatakan sembuh, sisanya masih terjangkit penyakit ini.

Peternak mengeluhkan lambannya pemerintah menanggulangi wabah PMK ini. Hingga pemerintah menggandeng kampus untung menangani wabah ini.

Bukan kali pertama Indonesia ditempa wabah PMK, sejarah mencatat Indonesia pertama kali terinfeksi wabah PMK sejak tahun 1887 melalui impor sapi perah Belanda. Tahun 90an, Indonesia bebas dari wabah ini salah satunya dengan ikhtiar vaksin hewan ternak.

Kini, wabah PMK datang lagi, fasilitas, tenaga kesehatan yang dulu sudah berganti. Pemerintah beralasan butuh waktu untuk kembali menyediakan fasilitas penanggulangan wabah ini termasuk vaksin. Dilansir dari laman republika.co.id (5/7/2022), Direktur Perbibitan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menyatakan 200 ribu dosis vaksin akan selesai akhir Agustus nanti.

Cukupkah?

Wajar jika muncul pertanyaan, cukupkah vaksin jadi satu-satunya solusi atas wabah ini? Bagaimana dengan jalur lintas ternak perdagangan hewan ternak antar daerah? Bagaimana juga dengan jalurnya dari dan keluar negeri? Bukankah pemerintah juga harus mengevaluasi importasi hewan dan daging dari negara yang belum bebas wabah PMK?

Banyak yang harus dilakukan. Program serius harus dijalankan. Karena ini masalah keamanan dan keselamatan rakyat. Juga menyangkut perputaran roda ekonomi dan ibadah kurban setiap tahunnya.

Tak cukup status darurat dan menunggu vaksin dalam negeri selesai akhir Agustus nanti. Pemerintah harus gerak cepat karena kaum muslim akan melaksanakan kurban di tanggal 10-13 Dzulhijjah. Bukan hanya itu, rakyat juga punya kebutuhan akan daging yang harus dipenuhi negara. Apalagi kebutuhan akan daging dan susu negeri ini terus meningkat setiap tahunnya. Pemerintah harus menyusun roadmap pemberdayaan peternakan nasional menuju swasembada daging. Agar kita tak terus bergantung pada hewan dan daging impor.

Solusi dari Islam

Islam sebagai agama mayoritas negeri ini ternyata punya solusi atas semua permasalahan kehidupan, termasuk masalah wabah PMK ini. Dalam Islam yang jadi sistem kehidupan, akidah jadi landasan. Keimanan yang menghujam pada Allah, ingat akan hari pertanggungjawaban, teladan dari Rasulullah saw juga hadits-hadits yang disampaikan selalu jadi pegangan.

Salah satunya hadist, "Imam adalah pengurus, dan ia bertanggungjawab atas rakyat yang diurusnya. " ( HR. muslim dan Ahmad)

Dengan bekal iman, pemimpin akan bersungguh-sungguh melakukan tugasnya mengurusi rakyatnya. Memenuhi semua kebutuhannya, salah satunya pangan. Seperti yang kita ketahui daging memiliki nilai gizi tinggi. Ditambah dengan manfaatnya dalam mencerdaskan generasi.

Pemimpin yang beriman akan bersungguh-sungguh memfasilitasi pengelolaannya dari hulu ke hilir. Pemberdayaan peternak agar hewan-hewan ternaknya sehat, memiliki daging yang berkualitas, susu juga berkualitas. Pemerintah juga akan memfasilitasi kesehatan pada ternaknya baik itu vaksinasi, vitamin, dan semisalnya. Kualitas pakan ternak, kemampuan peternak, modal usaha, kondisi pasar, semuanya akan diperhatikan oleh pemerintah.

Apalagi dalam Islam, hewan kurban memiliki syarat sahnya, salah satunya harus sehat. Maka, pemimpin beriman akan mengusahakan secara optimal agar kaum muslim bisa berkurban dengan nyaman, tak khawatir hewan kurbannya sakit.

Inilah potret lengkapnya penjagaan islam. Akidah tak bisa disepelekan. Ia jadi landasan, motivasi terbesar dalam bertindak, termasuk mengurus urusan umat. Tidakkah kita rindu islam diterapkan sebagai sistem kehidupan?

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image