Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Jika Belum Mampu Berkurban Setiap Tahun, Berkurbanlah Setiap Minggu

Agama | Wednesday, 06 Jul 2022, 12:15 WIB

Ketika Rasulullah saw beserta para sahabat berhasil membebaskan kota Makkah (fathu Makkah), Ikrimah putra Abu Jahal melarikan diri, sementara istrinya Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam masuk Islam seraya meminta jaminan keamanan untuk suaminya. Ia berjanji akan membawa pulang suaminya dan mengajaknya masuk Islam.

Kemudian ia pergi menemui suaminya di tempat persembunyiannya. Setelah sekian hari mencarinya, akhirnya ia menemukan suaminya, dan mengatakan bahwa dirinya telah masuk Islam dan diperlakukan baik oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Ia mengajak suaminya untuk segera ikrar mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Rasulullah saw.

Singkat cerita Ikrimah bin Abu Jahal masuk Islam. Ia bersumpah setia kepada Rasulullah saw akan selalu membela kemuliaan Islam. Sebelum ikrar kesetiaan, ia memohon kepada Rasulullah saw memaafkan segala kesalahannya. Rasulullah saw memaafkannya dan memohonkan ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan Ikrimah.

Sebagai wujud keseriusan sumpahnya untuk membela kemuliaan Islam, Ikrimah berkata, “Wahai Rasululah, demi Allah, kalau dulu aku suka menginfakkan harta untuk menghalangi jalan Allah, maka sekarang aku akan menginfakkan harta berkali-kali lipat di jalan Allah. Kalau dulu aku berperang dalam rangka menghalangi jalan Allah, maka sekarang aku akan berperang berkali-kali lipat di jalan Allah“ (Imam Al Hakim, Al Mustadrak ‘ala Shahihain, Juz III : 269, Dzikru Manaqib Ikrimah bin Abi Jahal).

Terdapat pelajaran penting dari kisah Ikrimah tersebut diantaranya, ia menyiapkan diri untuk melakukan kebaikan yang lebih banyak untuk menebus atau menutup segala kesalahannya sebelum ia menjadi seorang muslim. Ia berupaya mencari amal kebaikan yang pahalanya lebih banyak agar dosa-dosanya benar-benar terhapus.

Sudah sepatutnya apabila kita meniru terhadap amal kebaikan yang dilakukan Ikrimah. Setiap saat kita harus menambah pundi-pundi pahala kebaikan yang dapat menutup segala perbuatan dosa kita.

Kita sepatutnya bersedih ketika meninggalkan perbuatan baik, dan merupakan sebuah perbuatan terpuji manakala kita melakukan perbuatan baik lainnya sebagai pengganti atas perbuatan baik yang kita tinggalkan.

Kita mengenal qadha mengganti kewajiban ibadah yang kita tinggalkan, baru sebatas ibadah shaum. Alangkah baiknya apabila kita selalu berupaya mengganti setiap perbuatan baik yang kita tinggalkan dengan perbuatan baik lainnya yang pahalanya setara atau lebih baik dari pahala kebaikan yang telah kita tinggalkan.

Kita harus mewaspadai akan kematian hati yang salah satu tandanya adalah tidak bersedih ketika tidak dapat menunaikan suatu amal kebaikan, dan tidak menyesal ketika terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Syaikh Ibnu ‘Athaillah, salah seorang ulama sufi dalam salah satu karyanya Al Hikam mengatakan, “Sebagian dari tanda matinya hati, yakni jika tidak bersedih ketika meninggalkan perbuatan baik, dan tidak menyesal ketika terjerumus ke dalam perbuatan dosa.”

Dengan kata lain, setiap perbuatan baik yang kita lakukan merupakan upaya memperpanjang hidupnya hati. Sebaliknya, setiap kita berbuat dosa, kita tengah berupaya mematikan cahaya murni yang ada di hati kita.

Menyembelih hewan qurban bukan sekedar hanya prosesi ibadah melalui penyembelihan hewan. Namun dibalik semua itu terdapat hikmah besar, diantaranya menghidupkan hati; mengenyahkan segala sikap perbuatan yang selama ini mengahalangi kemurniaan cahaya hati. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap bahimiyah (kebinatangan) seperti rakus, tak berperasaan, dan selalu bersikap iri-dengki, serta ingin menang sendiri.

Surga akan menjadi pahala utama bagi orang yang ikhlas dalam melaksanakan ibadah qurban sebab ia telah berhasil mengendalikan sikap bahimiyah yang bersemayam pada jiwanya. Berbahagialah orang-orang yang setiap tahun mampu melaksanakan ibadah qurban dengan ikhlas. Surga sudah pasti merindukannya. Namun bagaimana dengan orang yang tidak atau belum mampu melaksanakan ibadah qurban?

Jangan khawatir, jika kita benar-benar belum atau tidak mampu melakukannya, selayaknya kita bijak seperti yang dilakukan Ikrimah. Kita harus mencari dan melakukan amal-amal kebaikan yang pahalanya setara dengan ibadah qurban. Salah satu amal yang pahalanya setara dengan ibadah qurban adalah sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah shalat Jum’at.

“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabat (mandi karena hadats besar), kemudian ia pergi ke masjid, seolah-olah ia berqurban seekor unta, orang yang pergi pada saat kedua seolah-olah ia berqurban lembu, orang yang pergi pada saat ketiga seolah-olah ia berqurban kambing yang bertanduk, orang yang pergi pada saat keempat seolah-olah ia berqurban ayam, dan orang yang pergi pada saat kelima, seolah-olah ia berqurban telur. Dan apabila imam telah duduk, maka hadirlah semua malaikat untuk mendengarkan khutbah” ( H. R. Jama’ah selain Ibnu Majah dikutif dari Sayid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, Juz I, hal. 216).

Inti dari hadits ini menyatakan, Allah akan memberikan pahala setara pahala qurban bagi orang-orang yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah shalat Jum’at. Alangkah berbahagianya orang-orang yang mampu melaksanakan ibadah qurban seraya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah shalat Jum’at.

Orang-orang belum mampu berqurban janganlah berkecil hati, bersungguh-sunggulah dalam melaksanakan ibadah shalat Jum’at. Dengan kata lain, jika kita belum mampu berqurban setiap tahun, kita bisa meraih pahala ibadah qurban setiap minggu melalui sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah shalat Jum’at.

ilustrasi : hewan qurban

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image