Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Eduaksi | 2021-11-05 09:56:50

Pendidikan menjadi ukuran utama kemajuan sebuah bangsa. Hal itu sudah disadari oleh pendiri republik ini yang kemudian mendorong mereka untuk bersikap terhadap kebijakan pemerintah kolonial yang diskriminatif. Tidak semua orang bisa mendapatkan pendidikan pada masa itu. Hanya mereka yang orangtuanya berpangkat dan berharta yang bisa sekolah.

Ki Hajar Dewantara termasuk salah satu yang tergerak hatinya untuk memperjuangkan pendidikan yang bebas, bermutu dan terjangkau bagi rakyat Indonesia pada masa itu. Perhatian terhadap nasib rakyat sudah diperlihatkannya saat memprakarsai pendirian Indsche Partij bersama EFW Dewwes Dekker dan Cito Mangunkusumo pada tahun 1912. Ki Hajar bahkan rela dibuang ke negeri Belanda karena keberaniannya mengkritik pemerintah melalui tulisan Als Ik Nederlander was. namun begitu dalam masa pembuangan beliau tetap produktif dan peduli dangan perjuangan pergerakan. hal itu nampak dalam keterlibatannya dalam proses pendirian Indonesche Vereneging yang kemuadian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Selama pembuangan juga Suwardi Suryaningkrat, nama kecil Ki hajar mendapatkan ilham untuk konsep pendidikan yang kemudian diterapkannya di Taman, lembaga pendidikan yang didirikannya sekembali ke tanah air pada tahun 1922. Konsep pendidikan yang menghamba pada murid terilhami dari pengalamannya setelah menelantarkan Asti, anak perempuannya diluar rumah di negeri Belanda yang dingin. Ki Hajar tersadar dan bertekad bahwa ia akan menghamba selamanya kepada Asti, sang anak.

Pengalaman semasa pembuangan agaknya memberi banyak pelajaran dalam diri Ki hajar yang turut memberi warna dalam pemikiran-pemikirannya terutama dalam pendidikan. Dalam pandangan Ki hajar pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pemikiran Ki hajar tersebut menyiratkan fungsi guru yang esensial yakni sebagai penuntun. Penuntun bagi kodrat alam yang sudah dimilikinya sejak lahir berupa bakat dan kondisi dimana ia dilahirkan. seorang anak harus diajarkan sesuai dengan kodrat alam dimana ia tinggal dan dibesarkan. Pendidikan yang memperhatikan konteks sosial budaya seperti itu diyakini akan lebih membahagiakan si anak. Terkait dengan situasi pendidikan saat ini pemikiran Ki hajar rasanya sangat sesuai terlebih mengingat Indonesia merupakan negara yang majemuk, beragam dan terpisah oleh pulau-pulau.

Masih menurut Ki Hajar kedudukan sebagai penuntun menuntut guru harus menjadi contoh saat berada didepan (tut Wuri handayani). Untuk itu guru diharapkan belajar lebih dari murid agar murid bisa meneladani si guru. Proses belajar guru sebagai penuntun agar ia bisa menyesuaikan diri dengan kodrat zaman yang oleh Ki hajar aspek penting dalam keberhasilan pendidikan. Zaman berubah, situasi berubah menghadapi siswa juga harus berubah. Guru dituntut untuk ikut mempelajar dan mengetahui yang diketahui oleh generasi yang dihadapinya. istilahnya jangan sampai guru gatek, gagap teknologi.

Berangkat dari tujuan pendidikan yang sampaikan oleh Ki Hajar diatas dapat pula kita simpulkan bahwa pendidikan hendaknya mampu mencetak generasi yang tidak saja pintar, berilmu melainkan juga peduli pada lingkungan masyarakatnya. masyakat menjadi tempat kembali murid yang telah didik guru disekolah. untuk itu guru harus mampu juga membelakli murid-muridnya untuk kembali hidup dimasyarakat. Pendidikan budi perkerti hal penting sebagai bekal murid karena nilai manusia terletak pada budi pekertinya tersebut.

Ki Hajar telah meletakkan dasar pendidikan yang harus dicapai, namun berhasil tidaknya tentu terletak ditangan kita yang hidup hari ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image