Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image L

Ketika Orang Yang Kita Kenal Merupakan Kaum LGBT, Harus Bagaimana

Curhat | Thursday, 04 Nov 2021, 22:56 WIB
https://www.google.com/amp/s/99designs.com/blog/creative-inspiration/lgbt-graphic-design/amp/
https://www.google.com/amp/s/99designs.com/blog/creative-inspiration/lgbt-graphic-design/amp/

"Jijik gw sekelas ama orang kayak gini"

"Jangan deket deket gw, gw masih normal"

" Gw takut sekelas sama lu, pindah aja"

Itu kalimat respon yang masih saya ingat dari teman teman ketika salah satu teman di kelas kita yang disebut saja dengan inisial M mengaku bahwa dirinya seorang Gay.

Sedikit cerita saya dan teman teman lainnya kenal dengan si M ini saat baru memasukki SMA. Kita semua mengenal bahwa si M ini sebagai cowo yang agak sedikit feminim dan lebih sering berbaur sama perempuan, Biasanya dia sering diejek sama kakak kelas lainnya dengan sebutan “bencong”. Awalnya kita semua udah gak kaget dan aneh lagi karena emang sering beberapa kali ketemu cowo kayak gini, Jadi saya dan beberapa teman perempuan lainnya merasa fine fine aja setiap dia pengen ikutan kelompok, gabung istirahat, malah nongkrong sama kita.

Tapi setelah setengah tahun berteman, kita semua merasa ada yang aneh dengan si M ini. Mulai dari ketahuan pake wallpaper cowo di HP, godain sosmed cowo cowo disosmed, yang paling parah lagi suka megang megang murid laki laki dikelas kita. Karena beberapa teman saya juga udah curiga akhirnya salah satu teman kita ada yang bilang "eh lo gay ya? Demen ama cowo kan lo?" tadinya kita semua kira ini cuman lagi candaan tapi gak lama kita semua kaget dengan jawaban dia “ iya gw sebenarnya gay “ dan gak lama setelah itu dia nangis, banyak dari teman teman saya yang mulai menjauhi, membully, bahkan saat diluar lingkungan sekolah. Namun beberapa teman lainnya masih juga berteman karena merasa kasihan.

Dan beberapa hari kemudian masalah ini terdengar sampai keguru guru lainnya dan dia mengakui bahwa dia merupakan anak single parent yang dibesarkan oleh ibunya sejak kecil namun karena dulu ibunya sering ingin punya anak perempuan jadinya dia sering diperlakukan layaknya anak perempuan mulai dari pakaian, bicara, bahkan cara jalan, dan karena inilah yang membuat dia merasa bahwa dia ini sebenarnya perempuan dan menjadi tertarik dengan laki laki.

Semenjak dari masalah keributan itu saya menjadi sadar, apakah sebenarnya itu merupakan salah mereka seutuhnya? Bagaimana jika mereka terpaksa harus menerima keadaan seperti itu dari lahir? dan apa mereka layak mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi?

Lantas bagaimana sikap kita seharusnya terhadap mereka ?

Menurut saya sebenarnya LGBT ini adalah suatu tindakan yang jika diliat dari sudut pandang agama sudah tidak dibenarkan oleh ajaran agama apapun karena merusak martabat kemanusiaan yang apalagi di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai dan ajaran agama.

Tapi bukannya kita seharusnya sebagai masyarakat yang beragama, kita justru harus dapat mencoba membantu merangkul mereka agar tidak lagi menyimpang dari ajaran agama manapun? Agar dapat mengurangi orang orang yang mengalami penyimpangan perilaku tersebut apalagi jika yang mengalaminya adalah orang yang kita kenal. Lalu bagaimana cara kita seharusnya agar dapat merangkul mereka ?

Pertama, Memberikan Pencerahan Mengadakan Diskusi LGBT dalam Pembinaan Iman.

Kita sebagai masyarakat yang justru beragama seharusnya dapat memberikan pencerahan menurut prinsip agama masing masing agar membantu mengubah pemikiran mereka tentang penyimpangan tersebut. Bukan dengan memberikan sanksi sosial seperti mengucilkan ataupun melakukan bullying mereka. Yang paling penting adalah kita tidak boleh terlalu terang terangan melontarkan kebencian dan dengan begitu mereka tidak akan merasa dihakimi oleh kita.

Kedua, Memperlakukan Kaum LGBT dengan Manusiawi.

Kita harus dapat menyikapi mereka sama juga seperti kita menyikapi orang lain pada umumnya. Mungkin memang pasti kita merasa terkejut saat mendengar pengakuan dari mereka dan itu tidak bisa dihindari. Namun bagaimanapun juga jika kita saja bisa mempunyai hak untuk menjalankan hidup seperti apa dan bebas mengekspresikan bagaimana pandangan kita mengenai mereka kaum LGBT, Pasti mereka juga pun mempunyai hak seperti kita dan manusia lainnya yang berhak untuk hidup dengan cara yang mereka mau.

Ketiga, Menawarkan bantuan Institusi Agama Menyediakan Panti Rehabilitasi Kaum LGBT. Kita bisa menawarkan bantuan terhadap orang tersebut karna menurut pengalaman yang ada dilingkungan sekitar saya mereka mempunyai alasan atau penyebab tertentu. Karena juga tak jarang dari merekapun sebenarnya banyak yang ingin keluar dari penyimpangan tersebut. Kita bisa membantu mereka dengan menyarankan mereka untuk berkonsultasi dengan psikologis ataupun menjadi teman cerita yang baik untuk mereka untuk mengurangi sedikit beban mereka. Dengan begitu kita bisa memahami bagaimana sulitnya ingin bertahan dilingkungan sekitar dan di samping sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat.

Kesimpulannya adalah kita tidak bisa melihat kaum LGBT hanya dari kesalahan penyimpangan saja, karena disisi lain mereka juga banyak melakukan banyak hal lainnya di dalam kehidupan mereka seperti bersekolah ataupun bekerja seperti manusia yang lainnya. Selain itu mereka sendiri pun tidak boleh memberikan pengaruh buruk pada siapapun disekitar mereka dan alangkah baiknya jika kita tetap menerima keberadaan mereka. Karena mereka juga makhluk sosial yang terkadang dapat membutuhkan kita sebagai orang di luar dari kehidupan mereka.

Jika kita saja sudah terlalu mengucilkan atau mendiskriminasikan mereka secara terang terangan itu akan membuat mereka kesulitan untuk berinteraksi ataupun meminta bantuan dan kita pun akan tambah kesulitan juga untuk membantu mengurangi para kaum LGBT untuk bisa keluar dari penyimpangan tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image