Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Karena Musibah tidak Membutuhkan Alasan

Agama | 2021-11-03 12:28:52
Foto Republika.co.id

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang pasti pernah mengalami berbagai peristiwa yang datang silih berganti. Adakalanya kebahagiaan, kesenangan, dan tidak jarang pula kondisi kemalangan, dan juga musibah.

Aneka peristiwa yang dirasakan seseorang tersebut meski senang, bahagia, ataupun sedih, dan menderita, tentu bukanlah keinginan sendiri. Secara hakikat suatu keadaan terjadi hanya Allah yang mengaturnya.

Adapun manusia, suka atau tidak, ia harus melihatnya sebagai kadarullah atas apa yang terjadi. Artinya segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa izin Allah (bii iznillah).

“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS, At-Taghabun, 11).

Begitulah pula sekiranya seseorang ditimpa musibah. Entah sakit, bencana kebakaran, banjir, ataupun kecelakaan di jalan raya, semuanya adalah takdir Allah yang sudah tertulis di lauhul mahfudz.

Menjalani musibah yang memang tidak diinginkan oleh siapapun itu, manusia diperintahkan untuk selalu mengucapkan innalilahi wainnailaihi raji'un, dan Allah menyebut mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 156).

Dalam ayat berikutnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 157).

Nah, ketika seseorang ditimpa musibah yang datang kepadanya dan ia menerima dengan ikhlas, dan seraya memohon bantuan kepada Allah agar sabar menghadapinya, maka pintu-pintu rahmat serta kebaikan akan menjadi milik orang tersebut.

Rasulullah SAW bersabda,“Sungguh ajaib keadaan orang beriman, sesungguhnya semua urusan mereka berada dalam keadaan baik. Dan tiada yang memperoleh keadaan ini melainkan orang yang beriman saja. Sekiranya dia dianugerahkan sesuatu, dia bersyukur. Maka jadilah anugerah itu baik untuknya. Sekiranya dia ditimpa musibah, dia bersabar. Maka jadilah musibah itu baik untuknya.” (HR. Muslim).

Sesungguhnya Ikhlas, sabar dan bersyukur adalah 3 kunci kehidupan dalam menghadapi musibah. Tidak mudah memang, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan mencoba untuk menjalaninya dengan ridha dan sabar.

Musibah memang bisa datang kapan dan dimana saja tanpa perlu permisi. Musibah juga hadir tanpa memberi alasan mengapa ia datang.

Saya sendiri baru saja mengalami hal tersebut. Kecelakaan lalulintas di jalan raya. Kadarullah, kendaraan kami dihantam oleh mobil saudara kami yang melaju kencang dari belakang.

Padahal, posisi saya saat itu sudah pada posisi berhenti karena menunggu antrian kendaraan lain bergerak. Kebetulan kondisi lalulintas sedikit padat karena jam sibuk di siang hari.

Begitulah, meskipun kita sudah menjaga segala sesuatu dengan sebaik-baiknya agar tidak mengalami kecelakaan. Namun musibah tidak memerlukan itu. Musibah akan Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan itulah kadarullah.

Semoga ujian yang Allah berikan kepada setiap hamba Nya melalui musibah, akan di balas dengan berjuta kebaikan melebihi penderitaan atas musibah itu sendiri.

Tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Ujian yang diberikan pertanda bahwa Dia ingin menguji hamba Nya itu agar menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan pandai bersyukur. Aminnn. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image