Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Efifa Chamalia

Atasan vs Bawahan

Guru Menulis | Tuesday, 02 Nov 2021, 14:01 WIB
Atasan dan bawahan harusnya memiliki keselarasan yang seiring sejalan sehingga mampu menciptakan keindahan dan kenyamanan di sekitarnya. Dalam dunia kerja sering terjadi konflik ataupun perang dingin antara atasan dan bawahan. Namun tidak jarang juga kita dengar hubungan yang sangat harmonis antara atasan dan bawahan. Bahkan ada yang sampai terjalin akrab bak saudara sedarah atau bahkan sampai ada yang memiliki hubungan spesial antara atasan dan bawahan tersebut hm, mengerikan bukan tapi begitulah kenyataannya.

Atasan yang baik tentu memiliki kepemimpinan yang baik yaitu leadership. Leadership adalah salah satu fungsi manajemen untuk mempengaruhi, mengarahkan memotivasi dan mengawasi orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi atau sebuah pekerjaan. Keterampilan leadership akan sangat mempengaruhi kinerja organisasi atau sebuah kegiatan di tempat kerja, khususnya dalam hal mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu seorang atasan tidak boleh pilih kasih atau ngeblok dengan sebagian bawahannya karena dia adalah sosok yang harusnya mampu memanajemen anggotanya dengan baik sehingga semua bawahan bisa bersatu dengan kompak.

Berbagai karakter dan tipe manusia, ada yang tetap low profil dan rendah hati meski ia seorang atasan, ada pula yang angkuh dan tinggi hati dengan jabatan yang ia miliki. Padahal dunia kerja bukanlah segalanya, namun karakter yang terbentuk memang kadang mengalahkan kehebatan jabatan yang dimiliki. Bawahan kerap kali dianggap rendah dan tidak selevel dengan atasan. Dianggap tidak memiliki kemampuan melebihi kemampuan atasan, hal ini yang terkadang membuat atasan selalu merasa paling hebat meski kenyataannya mereka tidak bisa bekerja tanpa bawahan. Kenyataannya banyak ditemui atasan yang tidak memahami dunia kerjanya sendiri, hanya bisa memerintah dan mengoreksi kesalahan-kesalahan dari apa yang dikerjakan oleh bawahan tersebut. Apakah semua atasan seperti itu? jawabannya tentu saja tidak tapi tidak berkemungkinan banyak yang seperti itu.

Bahkan banyak pula ditemui atasan yang takut bersaing dengan bawahan, jika memiliki bawahan yang multi talenta maka atasan yang takut bersaing akan mendiskriminasi bawahan tersebut dengan berbagai alasan agar bawahan tersebut tidak bisa mengembangkan diri di tempat kerja. Padahal jika ia mau bersinergi bersama tentu pekerjaan mereka akan jauh lebih baik lagi. Hal ini terkadang memicu ketidak adilan bagi bawahan yang merasa tertindas dan didiskriminasi. Tak pelak lagi akan muncul perang dingin atau terjadinya pembangkangan di dunia kerja. Saling menjatuhkan dan bahkan sampai saling serang dengan berbagai cara tentu saja yang menjadi korban adalah pekerjaan yang hasilnya menjadi tidak sempurna atau bisa jadi terbengkalai.

Tidak sedikit pula bawahan yang tidak dapat dipercaya, mudah berkhianat dan bermuka dua. Wah ini tentu sangat berbahaya dan menakutkan di dunia kerja. Namun hal ini juga banyak terjadi di dunia kerja, tidak sedikit bawahan yang kadung dipercaya berkhianat pada atasannya, bahkan ada juga yang memang memiliki sifat penjilat rela melakukan apa saja asalkan dekat dan dapat kepercayaan atasan meskipun untuk urusan kerja tak memiliki kompetensi apapun. Bawahan dengan karakter penjilat tentu saja lebih rendah dibanding bawahan dengan karakter pembangkang. Mengapa begitu? karena seseorang dikatakan pembangkang karena tidak mau menerima perintah yang tidak sesuai dengan hati nuraninya atau tidak sesuai dengan standar operasional pekerjaan (SOP). Sedangkan seorang penjilat adalah seseorang yang rela melakukan apa saja demi menyenangkan hati atasannya meskipun dalam hatinya menolak. Keduanya sama-sama tidak baik dan jangan sampai menjadi sifat turunan pada generasi muda yang masih mengenyam dunia pendidikan.

Ibarat pakaian atasan dan bawahan akan terlihat indah dipandang jika dipadu padankan dengan baik. Jika atasan kebaya tentu akan indah dipandang jika dipadu padankan dengan bawahan yang berupa kain songket atau rok sepan dengan warna senada. Pandangan masyarakat umum akan setelan atasan dan bawahan memang sangat berpengaruh pada sudut pandang masing-masing. Meski begitu di era zaman now ini tidak sedikit stelan atasan dan bawahan yang dipadu padankan dengan nyeleneh namun tetap enak dipandang seperti kebaya dipadu padankan dengan celana jins dan lainnya. Pada dasarnya jika atasan dan bawahan itu sejalan dengan warna senada yang nyaman dipandang maka sah-sah saja. Begitu juga dengan dunia kerja jika atasan dan bawahan bisa selaras, seide dan sepemikiran dengan bawahan meski dengan karakter yang berbeda maka pekerjaan akan selesai dengan indahnya.

Karena pada hakikatnya atasan dan bawahan diciptakan saling berkaitan dan saling membutuhkan. Oleh karena itu hendaknya terjalin hubungan emosional yang konsudif sehingga apapun masalah di dunia kerja akan mampu terselesaikan dengan baik. Bukankah atasan tanpa bawahan akan terlihat buruk ibarat seseorang memakai baju mahal sekalipun tanpa bawahan, maka auratnya akan terlihat kemana-mana dan mahalnya baju tersebut akan terlihat murah. Begitu juga dengan bawahan tanpa atasan ibarat seseorang memakai rok atau celana tanpa atasan masih mending jika yang memakai laki-laki jika perempuan?.

Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan untuk siapa saja baik itu atasan maupun bawahan. Pekerjaan dengan jabatan apapun itu harus disyukuri bukan untuk disombongkan. Jabatan hanya titipan sebagai apresiasi untuk seseorang di dunia. Kelak semua akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Subhanahu Waatala. Jadilah manusia yang tawadhu' karena tidak selamanya kita berada di atas dan tidak selamanya juga kita berada di bawah. Hendaklah kita bisa menempatkan diri untuk tetap berada di tengah-tengah tidak ke atas dan juga tidak ke bawah agar seimbang dan sejalan. Jadilah makhluk sosial yang sesuai dengan kodrat masing-masing tidak berlebih-lebihan dengan apa yang dimiliki di dunia yang fana ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image