Analisis Jenis Tindak Tutur pada Berita Alasan Tali Toga Dipindah ke Kanan saat Wisuda
Eduaksi | 2022-06-27 18:51:41Penulis:
Dr. Aida Azizah. S.Pd., M.Pd. (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unissula)
Dewi Maharani Cahaya Ningrum (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula)
Sejalan dengan perkembangan zaman, jejaring sosial kini menjadi salah satu media informasi bagi masyarakat untuk mendapatkan berita dengan cepat. Baik berita di bidang pendidikan, sosial, budaya, dan maupun lainnya. Seperti saat ini, beredar berita terkini di bidang pendidikan mengenai tali toga dipindah ke kanan saat wisuda, apa alasannya?
Toga adalah kostum yang identik dengan upacara kelulusan usai menempuh pendidikan. Pakaian toga terdiri dari topi, jubah, dan identitas kampus. Pada saat upacara wisuda, terdapat prosesi pemindahan tali yang ada di topi toga dari kiri ke kanan.
Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Slamet Widodo menjelaskan, perpindahan tali toga dari kiri ke kanan berkaitan dengan fungsi otak kiri.
"Selama ini kuliah berada di otak kiri untuk berpikir. Kenapa dipindahkan ke kanan? Itu simbolis. Anak-anakku diserahkan kembali ke masyarakat dan berkiprah menerapkan ilmunya," ujarnya dikutip dari laman UM Metro, Minggu (26/6/2022).
Prof. Slamet melanjutkan, otak kiri memiliki fungsi untuk kecerdasan manusia, berpikir secara kritis dan berlogika. Sebagai mahasiswa, otak kiri menjadi lebih dominan. Kemudian setelah lulus, akan ada perpindahan sebagai simbol perubahan status dari mahasiswa menjadi anggota masyarakat. Artinya, mahasiswa tak lagi hanya menggunakan otak kiri.
"Ketika tali toga secara simbolis telah dipindahkan pada bagian kanan, ada perubahan besar yang terjadi. Mahasiswa akan kembali pada masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya. Setiap ilmu yang diperoleh bukan hanya sebatas teori, namun praktik nyata," jelasnya.
Prof. Slamet juga berpesan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. "Pada hari wisuda harus move on, yang tadinya belajar tidak produktif dan malas-malasan, mulai setelah wisuda mindset harus berubah mempersiapkan masa depan," tutup Prof. Slamet.
Dalam dunia pendidikan juga terdapat ilmu pragmatik yang membahas mengenai jenis-jenis tindak tutur. Jenis-jenis tindak tutur yaitu konstatif, perfomatif, lokusi, ilokusi, perlokusi, representatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi atau isbati, langsung, tidak langsung, harfiah, dan tidak harfiah. Dalam berita mengenai toga di atas, terdapat tindak tutur jenisre presentatif dan direktif. Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Dalam berita mengenai toga di atas, yang menunjukkan tindak tutur representatif yaitu kalimat “Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Slamet Widodo menjelaskan, perpindahan tali toga dari kiri ke kanan berkaitan dengan fungsi otak kiri”. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata “menjelaskan”. Selain tindak tutur representatif, terdapat juga tindak tutur direktif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam berita di atas, kalimat “Prof. Slamet juga berpesan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.” merupakan jenis tindak tutur direktif, yaitu ditandai dengan adanya kata “berpesan”.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.