Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Menjadi Viral itu seharusnya Bervisi dan Bermoral

Agama | Friday, 29 Oct 2021, 20:31 WIB

SAMPAI tulisan ini selesai disusun, penulis belum memperoleh sumber yang akurat tentang asal-usul kata viral. Jika menelusuri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), viral berarti berkenaan dengan virus; bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus.

Viral juga bisa merupakan akronim dari virus virtual. Kata ini bermakna upaya penyebaran kegiatan yang dilakukan seseorang agar dapat dikenal di dunia maya secara cepat laksana virus yang memiliki kecepatan dalam penyebarannya.

Sejak merebaknya beragam media sosial, kata viral menjadi incaran para pengguna media sosial, meskipun mereka sendiri tak memahami arti yang sebenarnya. Hanya satu yang terbayang di benak mereka, viral itu identik dengan terkenal. Satu lagi yang menjadi incaran para pengguna media sosial setelah postingannya viral adalah menjadi selebritis dadakan.

Tak sedikit para aktivis media sosial yang bermimpi, kelak apa yang diposting di akun media sosial miliknya menjadi perbuatan viral. Hasrat ingin terkenal dan populer terkadang menguasai perasaannya. Tak sedikit pula netizen yang menyewa biro jasa marketing online atau membentuk tim kerja yang dapat memviralkan apa yang telah dilakukannya. Tak peduli dengan sejumlah uang yang harus dikeluarkan, yang penting bisa viral dan terkenal di jagat maya.

Yasraf Amir Piliang (2011 : 253) dalam karyanya, Bayang-bayang Tuhan, Agama. dan Imajinasi, menyebutkan, kecanggihan teknologi komunikasi telah mendorong nafsu seseorang untuk memenuhi hasrat liarnya. Hasrat sendiri selalu menggiring manusia kepada culture narcissim, selalu mencari ketenaran, popularitas, dan publisitas.

Apapun yang dimiliki orang-orang di abad millenium ini dibeli, dimiliki, kemudian digunakan untuk memperlihatkan status dan gaya hidup. Diciptakan kebutuhan hidup untuk memperlihatkan diri kepada orang lain melalui benda-benda. Menjadi populer, menjadi terkenal, dan menjadi selebritas merupakan impian manusia-manusia kontemporer pada saat ini.

Sayangnya, untuk mencapai viralitas tersebut, tak sedikit netizen yang melakukan perbuatan nyeleneh, jelek yang bertentangan dengan agama, norma, atau budaya. Ironisnya, mereka merasa bangga, bahkan seolah-olah menjadi selebritas ketika perbuatan jeleknya menjadi viral, terkenal di jagat maya.

Apabila kita kembali menelusuri sejarah Arab masa lampau, sebenarnya mereka sudah lebih dulu mengenal perbuatan viral untuk mempopulerkan diri seseorang. Perbuatan nyeleneh, mencari sensasi, melanggar norma dan budaya agar menjadi terkenal sering mereka lakukan.

Contohnya, semua kalangan orang Arab menganggap sumur zam zam sebagai sumber mata air yang suci dan sakral. Siapapun tak boleh merendahkannya. Namun, dahulu kala ada seseorang yang ingin terkenal, ia mencari sensasi. Salah satu perbuatan yang ia lakukan adalah dengan merendahkan keberadaan sumur zam zam. Ia dengan sengaja buang air kecil di atas sumur zam-zam.

Sejak melakukan perbuatan tersebut, ia menjadi terkenal. Popularitasnya bukan karena perbuatan baik, tapi karena perbuatan nyeleneh yang melanggar norma yang dihormati masyarakat Arab. Dari perbuatan nyeleneh tersebut lahirlah pribahasa Arab bul ‘ala zam zam fa tu’raf, “kencingilah sumur zam zam, nanti kamu akan menjadi orang terkenal.

Tak menjadi masalah jika kita berupaya menjadi orang terkenal, karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari naluri manusia. Namun demikian, selayaknya kita tidak melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar, norma hukum, budaya, apalagi agama hanya demi sebuah popularitas. Sebaliknya, popularitas, perbuatan viral yang kita tularkan harus benar-benar merupakan perbuatan yang memberikan motivasi dan menjadi inspirasi bagi orang lain untuk berbuat kebaikan.

Perbuatan viral yang kita lakukan tidak hanya laksana virus di dunia virtual saja, tapi harus merupakan perbuatan berviral alias bervisi dan bermoral.” Sederhananya, bervisi berarti memiliki niat baik. Sedangkan bermoral berarti apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan norma, hukum, budaya baik, dan agama. Perbuatan yang kita lakukan harus bermanfaat bagi kehidupan seluruh manusia, tingkat paling minimal bermanfaat bagi diri sendiri.

Perbuatan yang bervisi dan bermoral, sudah pasti merupakan perbuatan baik. Kaidah umumnya, siapapun yang melakukan perbuatan baik, suatu saat ia akan menuai hasil yang baik pula. Dari sudut pandang agama, perbuatan baik yang berviral akan berpahala di sisi Allah. Ia tak akan menyia-nyiakan pahala bagi siapapun yang berbuat suatu kebaikan.” Kami tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang mengadakan perbaikan” (Q. S. Al-A’raf : 170).

Sejatinya, apapun yang kita perbuat di dunia ini harus bernilai ibadah yang niatnya lillahi ta’ala. Adapun popularitas yang kita peroleh merupakan bonus yang Allah berikan karena niat baik kita. Sebaliknya jika hanya popularitas yang kita cari, masih mendingan jika popularitas di dunia ini tercapai, namun jika tidak, kita hanya akan memperoleh kerugian di dunia dan akhirat. Terlebih-lebih jika hasrat untuk viral tersebut, seseorang menjadikan agama sebagai komoditi atau pijakannya.

Sangatlah bijak yang apa yang dikatakan, Bisyri Al-Hafi, salah seorang ulama sufi, tidaklah aku mengetahui terhadap orang yang mencari popularitas (lewat agama), kecuali agamanya itu akan rusak, dan tidak akan merasakan manisnya akhirat bagi orang yang tujuannya hanya mencari popularitas di dunia.

Ade Sudaryat, Penulis Lepas. Tinggal di Kampung Pasar Tengah Cisurupan Garut Jawa Barat.

sumber gambar : internetmarketing.co.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image