Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Akmalia A.

Terbentur oleh Bahasa

Sastra | Friday, 29 Oct 2021, 20:26 WIB

Manusia memang diberikan akal untuk dapat bertahan hidup, namun kehidupan manusia tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya komunikasi dengan manusia lain. Oleh karenanya, manusia kerap disebut sebagai makhluk sosial, sebab kehidupannya tidak bisa lepas dari orang lain. Lantas bagaimana cara manusia berkomunikasi?

Dalam kehidupan manusia, penggunaan bahasa tentu memiliki perannya tersendiri. Seperti yang dikatakan Zaim (2004 : 9), bahasa adalah unsur yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk menjalankan aktifitasnya. Dengan kata lain, bahasa menjadi jembatan antarmanusia untuk berkomunikasi. Bisa dibilang, bahasa ini merupakan alat komunikasi manusia, baik itu dipergunakan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Sebagai salah satu negara dengan kekayaan budaya yang berlimpah, Indonesia tentunya memiliki keragaman bahasa, mengingat banyaknya suku bangsa di Indonesia. Sebut saja misalnya Suku Batak, Suku Sunda, Suku Betawi dan masih banyak lainnya. Tak heran, bila Indonesia dijuluki sebagai negara yang multikultural. Meski hal ini terdengar baik, bukan berarti tidak menimbulkan efek negatif sama sekali bagi kehidupan masyarakat.

Betapa tidak, keragaraman bahasa tersebut justru bisa menjadi benturan bagi masyarakat antarsuku untuk dapat berkomunikasi satu sama lain. Benturan ini terjadi ketika seseorang yang berasal dari suku A tidak bisa berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku B, padahal keduanya sama-sama Warga Negara Indonesia (WNI). Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi?

Kemungkinan besar hal ini terjadi akibat masyarakat kurang menguasai bahasa Indonesia. Padahal, bahasa Indonesia ini berfungsi sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya; serta sebagai alat pemersatu suku, budaya, dan bahasa (Arifin, 2008 : 12).

Bahasa sebagai Alat Pemersatu Suku, Budaya, dan Bahasa

Salah satu fungsi bahasa Indonesia yakni sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa. Artinya, bahasa Indonesia menjadi faktor pendorong terbentuknya persatuan dan toleransi di antara suku-suku, budaya, dan bahasa di Indonesia. Tentunya, tanpa harus menghilangkan indentitas kesukuan dan loyalitas pada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah masing-masing individu. Terlebih dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sudah sepatutnya masyarakat lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentinggan daerah atau golongan.

Melihat keragaman suku, budaya dan bahasa di Indonesia kita tak bisa menyangkal bahwa perselisihan atau perdebatan mungkin saja terjadi, di mana hal tersebut berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa. Hadirnya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku, budaya dan bahasa seharusnya cukup untuk menyelesaikan masalah kesulitan menjalin komunikasi antarwarga dari berbagai suku bangsa. Akan tetapi, saat ini yang menjadi persoalan adalah apa jadinya bila orang kita tidak mengenal bahasanya sendiri? Di manakah letak kesalahannya? Apa hal yang menjadi pemicu masyarakat kurang menguasai bahasanya sendiri?

Pendidikan di Indonesia Belum Merata

Berdasarkan survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, data pendidikan Indonesia menunjukkan bahwa kelompok penduduk yang memiliki Angka Melek Huruf (AHM) lebih rendah adalah penduduk yang tinggal di daerah perdesaan, penduduk berjenis kelamin perempuan, penyandang disabilitas, dan penduduk yang tinggal di rumah tangga dengan status ekonomi terbawah. Selain itu, dalam data tersebut disebutkan bahwa angka putus sekolah di perdesaan cenderung lebih tinggi, dibandingkan angka putus sekolah di perkotaan. Perbedaan kesenjangan pendidikan di daerah perkotaan dan perdesaan ini dapat disebabkan karena kondisi ekonomi di pedesaan yang kurang atau minimnya akses terhadap sarana pendidikan (Hunt, 2008).

Dari hasil survey tersebut kita melihat bahwa pendidikan di Indonesia masih terbilang kurang merata. Inilah yang kemudian bisa menjadi salah satu pemicu kurangnya pemahaman masyarakat akan bahasanya sendiri yakni bahasa Indonesia. Bukan tanpa alasan, masih banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, terutama orang-orang yang tinggal di pedesaan. Mereka cenderung memilih menggunakan bahasa daerah mereka karena keterbatasan pemahaman mereka akan bahasa Indonesia. Alhasil, komunikasi masyarakat antarsuku tidak bisa terjalin seperti yang diharapkan.

Untuk itu sebaiknya pemerintah mulai memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan bahasa Indonesia akibat dari pendidikan yang belum merata. Fokus pemerintah jangan hanya meningkatkan akses pendidikan di perkotaan saja, sebab permasalahan pendidikan di Indonesia justru lebih banyak muncul di pedesaan. Tentunya, kita tidak ingin orang asing memandang kita sebagai negara yang tidak menjaga lambang kebanggaan bangsanya, bukan? Oleh karenanya, pendidikan yang merata perlu segera direalisasikan oleh pemerintah, agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mengenal bahasanya sendiri. Dengan demikian, kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural ini tak lagi terbentur oleh bahasa ketika berkomunikasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image