Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tasya Kania

Bunda, Ajarkan Anak Bahasa Indonesia!

Eduaksi | 2021-10-29 15:03:20
ilustrasi ibu dan anak (pixabay/nastya_gepp)

“No, Baby! Listen to Mommy, Okey!” atau “Mama, what is this?” ini adalah dua contoh kalimat sederhana yang mungkin pernah kita dengar dari sebuah film dengan audio bahasa Inggris. Akan tetapi, di Indonesia, dua kalimat itu dapat kita dengar dari anak-anak balita yang tinggal di kota besar. Benar, secara nyata beberapa persen anak usia dini di kota urban menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia.

Apakah ini salah? Tidak. Lantas apa hal ini dapat dimaklumi? Tidak.

Anak-anak yang memilih berbicara dengan bahasa asing, mereka (anak-anak) tidak bersalah. Namun, anak-anak yang menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi sehari-hari pun tidak bisa dimaklumi secara benar. Kemudian, apa akar masalah dan jawabannya? Hanya satu kata yang dapat penulis katakan yaitu orang tua.

Orang tua bisa menjadi jawaban maupun pertanyaan tentang anak-anak mereka yang lebih fasih dan lebih ‘nurut’ untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris, dibandingkan bahasa ibu atau bahasa pertama mereka yaitu bahasa Indonesia.

Anak-anak adalah tanggung jawab dari orang tua. Mereka cenderung meniru dan belajar apa yang diucapkan atau dilakukan orang tua mereka ketika di rumah. Terutama dalam komunikasi. Namun, apakah salah mengajarkan anak bahasa asing? Tentu tidak. Selagi hal tersebut dapat dimanfaatkan secara baik, maka berikan yang terbaik.

Namun, bagaimana perasaan orang tua yang anaknya tidak fasih bahasa Indonesia ketika mendengar pernyataan ini “Orang Indonesia, kok nggak bisa bahasa Indonesia?”

Mengenal dan belajar bahasa Indonesia adalah yang utama

Penulis melihat bagaimana fenomena anak-anak yang fasih bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia terjadi di sekitar. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan anak-anak yang berasal dari orang tua public figure atau mereka yang memiliki keadaan ekonomi menengah ke atas.

Hal tersebut seharusnya menjadi kekhawatiran bangsa, bagaimana jika generasi selanjutnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Hilang sudah identitas sebuah negara.

Namun, Bunda, kita adalah orang Indonesia, yang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, bahasa Indonesia juga menjadi simbol sebuah negara dan pemersatu bangsa. Mengenalkan dan mengajarkan bahasa Indonesia yang baik menjadi salah satu cara menghormati bangsa.

Boleh saja memperkenalkan anak dengan bahasa asing. Bahkan, banyak yang beranggapan jika anak-anak cepat belajar bahasa, dan tidak salah juga mengajarkan bilingual pada anak, tetapi sebagai orang tua pun harus cermat dan paham tentang perkembangan otak anak.

Bahkan, menurut Dr. Meta Hanindita dilansir dari detikhealth.com bilingual menjadi salah satu faktor terjadinya speech delay pada anak.

Perlu diketahui juga anak-anak usia dini hanya perlu diperkenalkan dengan bahasa Inggris. Sehingga, yang harus mereka pahami dan mengerti di awal perkembangan ialah kosa kata dan kalimat dari bahasa pertamanya.

Memang, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang sangat dibutuhkan di zaman modern ini. Akan tetapi, bahasa Indonesia menjadi ciri khas di mana anak Anda dilahirkan.

Fenomena anak yang tidak bisa bahasa Inggris pun tidak bisa dianggap sebelah mata. Mengapa? Balik lagi sebagai bentuk identitas diri. Bagaimana jika si anak harus berbicara dengan orang lain yang lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia, mengerjakan soal bahasa Indonesia di sekolahnya? Mungkin akan terasa lebih sulit.

Kemudian fenomena-fenomena tersebut tidak terjadi begitu saja. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak tidak bisa berbahasa Indonesia. Yang pertama ialah faktor lingkungan, berada di lingkungan dengan bahasa Inggris yang dominan juga membuat anak bingung dengan bahasa apa yang harus ia gunakan, terkadang mereka memilih mengikut arus yang ada karena anak ̶ mengikuti dan belajar dari orang yang sudah dianggap dewasa oleh mereka.

Faktor yang kedua ialah akses tontonan yang mereka gunakan, tidak dipungkiri di zaman sekarang banyak orang tua yang memberikan screen time pada anak-anak mereka, bahkan sebelum mereka dapat berbicara. Namun, penulis melihat bagaimana ibu muda di sekitar penulis memberikan tontonan berbahasa Inggris kepada mereka. Kartun hingga lagu anak-anak juga diputarkannya yang berbahasa Inggris. Sedangkan, masih banyak lagu anak berbahasa Indonesia yang tidak kalah populer.

Tidak berhenti di sana, menyekolahkan anak ke sekolah internasional dengan bahasa pengantarnya bahasa Inggris juga dapat menyebabkan anak lebih paham dengan bahasa Inggris. Apalagi jika kasusnya adalah ketika anak tersebut sejak usia dini belum paham dengan bahasa Indonesia. Maka, akan sulit bagi mereka untuk beradaptasi di lingkungan non-bahasa Inggris.

Jadi, belajar mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi anak-anak usia dini sangatlah penting dan peran orang tua di sini juga harus aktif. Aktif dalam hal mengkurasi konten, buku bacaan, dan bahasa yang anak-anak Anda peroleh.

Silakan, ajarkan anak Anda semua bahasa yang harus dimengerti. Namun, utamakan kuasai bahasa Indonesia dahulu agar anak-anak tidak kehilangan identitas dirinya.

“Orang Indonesia, kok nggak bisa bahasa Indonesia?” Berikut adalah salah satu stigma yang akan keluar dari masyarakat ketika melihat seorang anak yang tidak fasih dengan bahasa Ibu atau bahasa pertamanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image