Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Johanes Sutanto

Gengs, Jual-Beli Saham Jangan Modal Kepedean Doang, Ya

Curhat | 2021-10-28 10:18:59

Keputusan jual-beli saham seharusnya didasarkan pada analisis yang komprehensif baik secara fundamental maupun secara teknikal. Analisis yang demikian ini penting untuk mendapatkan saham yang terbaik dan timing yang tepat untuk jual-beli saham.

Namun faktanya, dalam keputusan jual-beli saham banyak investor yang lebih banyak mendasarkan keputusannya pada asumsi dan keyakinan, bukan rasionalitas keputusan berdasarkan analisis yang komprehensif. Alhasil, investasi saham bukannya mendatangkan cuan, tetapi justru kerugian.

Begitulah, dalam investasi atau trading saham ada kecenderungan besar investor terjebak dalam bias konfirmasi (confirmation bias). Bias konfirmasi adalah kondisi dimana seseorang cenderung mencari dan membenarkan keyakinannya dan mengabaikan bukti dan fakta yang bertentangan dengan keyakinan tersebut.

Bias konformasi ini tentu saja masuk pada tataran psikologi seseorang yang sepertinya hanya memakai kacamata kuda, sehingga banyak hal didasarkan pada perspektif dan pandangannya sendiri yang benar-benar subyektif.

Secara lebih simpel seorang investor yang demikian ini hanya mencari fakta yang membenarkan dan sesuai dengan keyakinannya saja. Mereka kurang pertimbangan yang detail dan komprehensif dalam keputusan atas saham. Karena bias inilah maka banyak fakta bertentangan langsung diabaikan dan dipelintir untuk membenarkan keyakinannya.

Terkait dengan investasi atau trading saham yang saat ini sudah mudah dan terjangkau, semisal dengan aplikasi IPOT milik Indo Premier Sekuritas, bias konfirmasi itu biasanya berupa pembenaran keyakinan pada keputusan tertentu. Banyak fakta yang dikumpulkan hanya digunakan sebagai pembenaran dan mengesampaikan fakta lain yang bertentangan.

Investor yang bias konfirmasi biasanya juga menjadi tidak obyektif, karena membuang fakta-fakta negatif yang bertentangan dengan upaya pembenaran keyakinan tersebut.

Tak hanya sebatas pembenaran, kalau pun ada proses analisis teknikal, langkah ini diambil hanya untuk mencari pembenaran untuk suatu keputusan transaksi saham yang sudah diputuskannya. Berbagai indikator yang digunakan untuk menganalisis juga sudah terkondisikan untuk pembenaran.

Investor yang demikian ini cenderung hanya mengumpulkan data dan fakta yang mendukung apa yang diyakininya, bukan untuk obyektivitas.

Nah, keputusan transaksi jual-beli saham menjadi tidak obyektif lagi. Lantas apa yang sebaiknya dilakukan biar tidak bias konfirmasi? Satu-satunya tip adalah mencari fakta secara berimbang dari dua sudut yang berbeda dan upaya pencarian ini tidak sekadar mendukung keputusan transaksi, tetapi justru sebagai pertimbangan sebelum sampai pada keputusan akhir.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image