Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Johanes Sutanto

Cut Loss itu Menyakitkan, Tapi Bisa Jadi Keputusan Terbaik

Bisnis | Friday, 05 Nov 2021, 10:35 WIB

Tak satu pun trader atau investor saham yang menyukai kerugian. Berapa pun besarnya nilai kerugian yang dialami, pada dasarnya mereka membenci kehilangan uang. Mereka tak mau kehilangan uang, meski hanya sedikit.

Secara psikologi setiap orang memang punya pandangan subyektifnya terkait dengan nilai uang. Pun dalam hal kehilangan uang. Bagi mereka yang tergolong kaya, kerugian Rp100.000,- mungkin tidak menjadi masalah karena cuma receh, tapi bagi mereka yang miskin atau pas-pasan, kehilangan Rp100.000,- bisa terasa sangat berat.

Sama halnya dalam hal keuntungan. Keuntungan juga ditanggapi secara berbeda. Bagi yang hidupnya pas-pasan atau miskin, cuan atau untung Rp50.000,- tentu sudah terasa gede, tapi beda halnya bagi yang kaya atau super kaya, cuan saham Rp50.000,- terasa hanya seuprit.

Namun menariknya, terkait dengan kerugian dalam investasi saham, baik itu untuk mereka yang kaya maupun miskin pada dasarnya sama-sama tidak ingin memgalami kerugian sekecil apa pun. Mau kaya atau miskin tidak suka dengan rugi. Rugi sama dengan kehilangan. Kehilangan uang itu menyakitkan.

Menurut sebuah studi psikologi, reaksi otak saat kehilangan uang ternyata seperti saat ia bereaksi pada rasa sakit. Tak mengherankan, saat memiliki saham yang sedang atau terus merugi maka kerugian itu juga tak beda dengan rasa sakit. Rugi sama dengan rasa sakit.

Lebih menyakitkan lagi, ternyata banyak trader yang justru suka memegang saham rugi berlama-lama dengan harapan akan kembali naik atau pulih. Dengan begitu, rasa sakit itu justru semakin lama dirasakan.

Banyak trader yang bertobat menjadi investor untuk jangka panjang justru karena kerugian atas saham yang dipilihnya dengan harapan sahamnya akan kembali pulih.

Nah, karena siapa pun pada dasarnya tidak ingin rugi maka upaya keras dilakukan untuk menghindari kerugian. Menariknya, dalam teori disposition effect orang cenderung melepas saham untung terlalu cepat dan memegang saham rugi lebih lama.

Ini tentu yang sangat disayangkan, investor atau trader tidak melakukan investasi dan tradingnya dengan cerdas.

Toh, saat ini sudah ada fitur yang akan membantu profit taking dan cut loss (stop loss) dengan saat mudah, semisal dengan fitur Robo Trading yang tersedia di aplikasi IPOT yang dipunyai sekuritas karya anak bangsa dengan tagline #SemuaBisaInvestasi.

Profit taking dan cut loss (stop loss) secara otomatis akan dilakukan tepat waktu oleh sistem sesuai dengan yang diinginkan. Otomatisasi sistem ini membantu trader atau investor melakukan pengawasan (monitoring) atas kondisi dari pasar keuangan dan pasar modal di Indonesia dan dapat membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan dengan kondisi-kondisi yang telah ditentukan sebelumnya.

Berkat fitur ini investor tidak perlu repot memantau market setiap saat, karena sistem sudah akan melakukan eksekusi profit taking dan stop loss secara otomatis sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan trader atau investor sebelumnya. Investasi saham pun menjadi semakin mudah.

Robo Trading adalah salah satu upaya konkret yang bisa dilakukan agar trader atau investor tidak menderita kerugian yang semakin dalam karena berlama-lama dalam kerugian yang dalam itu menyakitkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image