Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

MENCANDRA SUMPAH PEMUDA DI GENERASI NOW

Guru Menulis | Wednesday, 27 Oct 2021, 01:22 WIB
Kartun : Pendidikan Jaman Now. google.com

Melihat kalender yang terpajang di depan meja kerja terkadang kita hanya mengingat tanggal-tanggal penting yang memiliki dampak langsung dengan kehidupan keseharian, tanggal satu bagi pegawai bisa jadi akan selalu di tunggu karena berhubungan dengan gajian atau hanya minghitung berapa jumlah tanggal merah untuk rebahan. Melihat minggu akhir di bulan Oktober, penulis teringat satu peristiwa penting yang terjadi di masa lalu, 28 Oktober 1928.

Menampilkan sebuah peristiwa masa lalu di era kekinian, mungkin kurang menarik untuk di baca apalagi penulisnya hanya memaparkan fakta-fakta tanpa berusaha menampilkan makna yang tersirat di balik peristiwa. Opini ini berusaha menampilkan wajah masa lalu di zaman now kampung sejuta informasi. Sejarah akan terus di tulis oleh setiap generasi dengan berbagai persi sesuai dengan ruh jamannya, tentu dengan tidak mengabaikan faka-fakta. Kita tidak menghakimi peristiwa masa lalu karena setiap kisah akan memiliki warna yang berbeda.

Tanggal 28 Oktober 2021 kita di ingatkan dengan satu peristiwa penting dalam sejarah bangsa “Sumpah Pemuda”. Pertistiwa ini terjadi di 93 tahun yang lalu dimana kita belum terbentuk menjadi sebuah nagara. Sumpah Pemuda merupakan embrio dari lahirnya bangsa Indonesia, dimana kesadaran akan adanya “kita” sebagai sebuah bangsa mulai terbangun. Munculnya kesadaran memang melewati lintasan waktu yang panjang setelah perjuangan dengan ego primordial selalu terkalahkan.

Kongres pemuda ke-3, dengan melewati peristiwa-peristiwa penting, perdebatan dan pandangan kebangsaan dari beberapa tokoh, maka lahirlah Sumpah Pemuda yang berisi tiga point penting :

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia

3. Kami Putra dan Putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tiga point ini cerminan kesadaran akan sebuah bangsa, pentingnya persatuan yang lahir dari para pemuda tercerdaskan. Lalu apa dan bagaimana kita kaum milenial yang lahir di jaman now abad-21. Sebuah jaman yang dipenuhi dengan sejuta informasi, bagaimana tidak setiap hari kita akan menerima puluhan ribu informasi baik di group-group WhatsApp maupun di beranda-beranda media sosial.

Kita memang tidak bisa menghakimi generasi now dengan memakai sudut pandang jaman old, akan tetapi setidaknya ada standar nilai baku yang kita pakai sebagai bentuk kesamaan yang digunakan. Setiap generasi yang lahir dari rahim pertiwi sebuah bangsa berkewajiban untuk membaktikan dirinya. Dari peristiwa yang ditampilkan, memberikan gambaran bahwa kesadaran akan sebuah bangsa sudah mulai terbangun, di bawah penekanan kaum kolonial, putra puri Indonesia memperlihatkan idealisme dan semangat kebangsaan. Bagaimana dengan generasi now yang hidup di kampung global, jangan sampai idealisme terkubur di bawah ketiak-ketiak kenyamanan.

Dari peristiwa Sumpah Pemuda memperlihatkan hilangnya primordialisme, persatuan menjadi panglima pergerakan. Ego kedaerahan dan organisasi melebur dalam ikrar tanah air satu dan bahasa persatuan Indonesia. Kaum milenial jangan sampai tersekat oleh kepentingan individu dan kelompok-kelompok yang menghilangkan tujuan bersama. Kita merindukan tokoh-tokoh muda yang mampu berteriak lantang menyuarakan pikiran dan kehendak rakyat, dengan tidak mebawa kepentingan kelompok tertentu.

Kesederhanaan para tokoh jaman old, sebut saja Bung Hatta sebagai wakil presiden dan pernah menjabat sebagai perdana menteri. Dengan jabatan yang strategis, tentu saja sangat mudah untuk beliau mampu memperkaya diri, akan tetapi sampai akhir masa hayatnya tidak mampu membeli sepatu Bally idamannya terpajang di etalase toko. Muhammad Natsir yang pernah menjabat sebagai perdana menteri sering mengenakan baju-baju tambalan. Inilah gambaran kesederhanaan para tokoh pergerakan. Di tengah gerak jaman yang semakin materialistis di era generasi now, kesederhanaan sudah mulai terkikis. Kita terlalu larut dalam pergumulan keseharian, didominasi kapitalisme baru yang menuntut libido kepemilikan. Tidak jarang di abad ini kita menyaksikan para tokoh muda yang terjerat kasus hukum karena menyalahgunakan jabatan dan anggaran. Pemakaian baju orange tahanan terhadap pejabat sudah menjadi tontonan keseharian.

Kita tidak menghakimi siapa dan jaman yang mana, akan tetapi idealisme, semangat kebangsaan, persatuan dan keteladanan harus tetap terjaga dan menjadi kaca mata pembanding diantara dua jaman. Tanggal 28 Oktober 2021 sebagai momentum untuk terus berkarya untuk negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image