Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adithia

Perjuangan Tuna Netra Lansia Duafa Belajar Alquran Braille

Eduaksi | 2021-10-26 07:23:22

Sudah setahun terakhir, ma Ikah, punya kebiasaan baru. Tuna netra lansia berusia 70 tahunan ini memiliki aktivitas sehari-hari sebagai pengemis tuna netra, akan tetapi setiap hari Sabtu, ma Ikah meluangkan waktunya untuk menghadiri Majelis Taklim (MT) Firdaus. Ma Ikah ditemukan oleh Yulianti Rahayu, ketua Titian Bangsa Foundation di jalanan kota Cimahi. Berdasarkan komunikasi inilah, ma Ikah diajak untuk bergabung dengan MT Firdaus, untuk mendalami ilmu Al Quran.

Ma Ikah tidak sendirian, ada sekitar 90 orang lansia tuna netra duafa di seputar Bandung Raya yang bergabung dalam MT Firdaus. Para tuna netra lansia ini, merupakan duafa dengan berbagai macam latar belakang ekonomi, mulai dari terapis pijat yang terdampak wabah corona, pengemis , musisi jalanan dan pedagang keliling. Tidak jarang mareka membawa barang dagangan nya seperti keripik maupun kopi seduh untuk ditawarkan kepada anggota MT yang lain. “Lumayan lah, untuk tambahan penghasilan” imbuh mereka.

Mereka berasal dari lingkungan Bandung Raya, mulai dari Lembang, Cicaheum, Soreang hingga Padalarang. Menggunakan angkot carteran, mereka dijemput satu persatu dan diantarkan ke lokasi Titian Bangsa Foundation, Jalan Lurah nomor 364/J Kota Cimahi.

Bagi mereka, kehadiran MT Firdaus bagaikan seteguk air penghilang dahaga. Ditengah kesulitan ekonomi yang mereka hadapi, keterbatasan pemahaman ilmu agama Islam serta teknik belajar ilmu Al Quran braille yang tidak mudah, mereka membutuhkan tuntunan khusus dalam mendalami ilmu Al Quran. Bagi mereka, Al Quran braille merupakan barang mewah karena harganya yang mahal, sangat sulit bagi mereka untuk memilikinya, sehingga hadir dalam MT Firdaus menjadi solusi bagi mereka yang ingin membaca Al Quran braille. Belum lagi perlunya tenaga pengajar yang memahami teknik membaca Al Quran braille sebagai pembimbing mereka. Sebagian dari mereka bahkan tidak tersentuh pendidikan formal, sehingga mereka tidak bisa membaca huruf braille. Dibutuhkan teknik khusus dalam mengajarkan Al Quran kepada mereka.

Bagi para pembimbing, teknik yang diterapkan untuk lansia tuna netra ini berbeda dengan para hafiz muda. Selain kemampuan daya ingat yang lebih terbatas, para lansia ini dipengaruhi banyak faktor beban hidup lainnya. Bagi hafiz muda, asal cukup makan untuk hari ini, mereka bisa fokus dalam untuk belajar Al Quran seharian, akan tapi bagi para lansia tuna netra duafa ini, permasalahan keluarga, ekonomi, kesehatan membebani pundak mereka, sehingga sulit mendapatkan semangat, konsentrasi dan fokus mereka secara konsisten.

Titian Bangsa Foundation, sebagai Pembina dari MT Firdaus berupaya memberikan fasilitas atas semua semangat yang mereka miliki. Bekerjasama dengan LSM Ummi Maktum Voice sebagai penyedia Al Quran braille, Titian Bangsa Foundation memberikan fasilitas “Rumah Disabilitas MATA” yang berlokasi di Jalan Lurah nomor 364/J Cimahi miliknya untuk digunakan oleh MT Firdaus sebagai lokasi kajian Al Quran. Karena jumlah peserta yang cukup banyak, MT Firdaus menyebar waktu kegiatan ke dalam 3 hari, mulai dari hari Jumat, Sabtu hingga Minggu. Titian Bangsa Foundation juga memberikan fasilitas carteran angkot untuk antar jemput peserta, makan siang serta tenaga pembimbing. Anggaran kegiatan ini bersumber dari para donator dan relawan yang menyisihkan sebagian rizkinya untuk para pejuang Al Quran Tuna Netra.

Tidak berhenti sampai disitu, Titian Bangsa Foundation berupaya mengembangkan aktivitas MT Firdaus bukan hanya untuk kajian Al Quran semata, akan tetapi ditambahkan dengan aktivitas pelatihan untuk peningkatan ekonomi mereka. Inisiatif kegiatan seperti ini perlu dilakukan untuk meningkatkan semangat para tuna netra lansia dalam belajar Al Quran sekaligus untuk mengurangi beban ekonomi yang mereka hadapi. Kombinasi program pesantren tadarus Al Quran dengan pelatihan pembuatan keset dari kain majun pernah dilakukan oleh Titian Bangsa Foundation. Akan tetapi butuh komitmen program pelatihan dari para relawan sehingga program dapat berkesinambungan dan terintegrasi dengan para stakeholder terkait.

Yulianti mengatakan, beberapa hambatan dalam mengembangkan program peningkatan ekonomi seperti penentuan jenis usaha yang cocok dengan kemampuan dan keterbatasan disabilitas netra, bantuan mendapatkan rantai pasok/supply chain material untuk produksi, bantuan link pemasaran produk serta akses permodalan.

Untuk itu perlu kepedulian dan peran serta kita semua dalam membantu para tuna netra lansia duafa belajar Al Quran sekaligus mengurangi beban ekonomi mereka.

Jazakallah khairan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image