Jadilah Pendamping Sosial yang Nyenengin, Bukan yang Nyebelin
Edukasi | 2022-06-17 21:01:41JADILAH PENDAMPING SOSIAL YANG NYENENGIN, BUKAN YANG NYEBELIN
“Kok lama tidak mampir ke rumah saya, Pak?” ucapnya suatu hari.
“Pertemuan kelompok libur sebulan saja terasa begitu lama”, ungkap salah seorang KPM lewat pesan singkat.
“Kalau FDS yang ngisi Bapak, kami mudah paham lho karena njelasinnya gamblang dan nggak ribet”, kata mereka tulus saat pertemuan kelompok. “Kami juga merasa bahagia dan terhibur karena Bapak pandai bercerita dan suka humor”, sambung yang lain.
“Setelah Bapak pindah desa dampingan, rasanya gimanaaa gitu!” bisik seorang lansia terdengar pilu.
Pernah mendengar ungkapan-ungkapan di atas bukan? Itu hanya sekedar ilustrasi saja, barangkali masih banyak ekspresi-ekspresi lain yang bersifat positif terhadap seorang Pendamping Sosial. Hal itu merupakan bentuk apresiasi dari para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan sosial. Apresiasi bisa berupa penghargaan, pujian, kepuasaan, kerinduan, dan sebagainya.
Kehadiran kita memang diharapkan oleh mereka. Kehadiran kita memang memberi manfaat kepada mereka. Ketiadaan kita mereka rindukan. Ketiadaan kita mereka cemaskan. Kita sangat berarti bagi mereka. Mengapa bisa begitu?
Barangkali kita sebagai Pendamping Sosial adalah orang yang “ringan tangan”, mudah memberikan pertolongan kepada KPM yang membutuhkan, baik diminta maupun tidak diminta. Kita melayani mereka dengan sepenuh hati. Kita menjadi pendengar yang baik terhadap segala keluh-kesah mereka. Kita merespon dengan cepat setiap permasalahan yang mereka hadapi.
Selain itu, bisa juga kita termasuk orang yang memiliki sifat-sifat positif dan produktif. Ramah, sopan, egaliter, dermawan, humoris, friendly, dll. Kita juga pandai membangun hubungan personal dengan KPM dampingan kita. Rajin bersilaturrahmi, lebih senang melayani daripada dilayani, dan memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan persuasif.
Pendamping Nyebelin
Istilah nyebelin identik dengan ngeselin. Dalam artian tidak disenangi oleh KPM dampingannya. Apa pasal?
Sudah barang tentu pendamping tersebut memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dari yang sudah dibahas di atas. Maunya dilayani. Sering meminta KPM atau ketua kelompok datang ke kantor, jarang sekali mau homevisit atau terjun langsung ke lapangan. Cuek dan masa bodoh, tidak segera merespon terhadap pertanyaan atau keluhan KPM. Itung-itungan, ketika diminta tolong KPM suka meminta imbalan.
Saat pertemuan kelompok, semua KPM diam membisu, mematung. Bukannya diam menyimak atau mendengarkan, tapi mereka merasa ketakukan dan tertekan, atau bahkan trauma. Sebab sebelumnya si pendamping sering marah-marah, menyalahkan, atau berkata yang “nyelekit”. KPM mau bicara pun tidak berani, mau menyampaikan usul juga takut.
Atau ada model pendamping yang datang ke pertemuan kelompok “say hello only”, hanya sekedar mampir sejenak. Datang sekedar minta tanda tangan untuk membuat laporan. Atau minta data-data. Atau lebih dari itu, datang hanya untuk meminta “upeti” ketika usai masa pencairan bantuan. Nyebelin banget bukan? Hehe
Dengan kata lain, si Pendamping Sosial ini hanya sekedar menjalankan tugas secara formalitas semata, atau bahkan secara asal-asalan. Kehadirannya di tengah-tengah KPM dampingannya tak membawa pengaruh apa-apa. Tidak terjadi perubahan sikap maupun perilaku KPM, termasuk perubahan taraf ekonomi mereka. Seandainya para KPM itu bisa memilih, barangkali ia akan memilih pendamping yang lain.
Epilog
Mari kita tunjukkan bahwa kita bisa menjadi Pendamping Sosial yang baik dan berkualitas. Ayo kita bangun hubungan dan komunikasi yang efektif dan harmonis dengan para KPM dampingan kita. jadikan kehadiran kita di tengah-tengah mereka membawa manfaat dan maslahat. Dan jadikan pula setiap ucapan dan tindakan kita, membawa kesan yang begitu mendalam bagi mereka, agar kelak sekalipun kita sudah tidak lagi menjadi pendamping, mereka tetap mengenang kita dan mengingat kebaikan kita.
Wallahu a’lam bish-shawab.
(Bandung-Beji, 17 Juni 2022; 08.45p.m.)
PANTUN:
Bukan tebing sembarang tebing,
Puncaknya terjal lagi mendaki;
Bukan pendamping sembarang pendamping,
yang mampu berkreasi dan menginspirasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.