Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Valencia Tesalonika

ONLINE SHOPPING: 3M "MUDAH, MENYENANGKAN, MERUSAK"

Gaya Hidup | Wednesday, 15 Jun 2022, 21:32 WIB

Hidup di zaman serba modern dengan berbagai tawaran kemudahan teknologi tentu membuat hidup banyak orang terasa lebih mudah dan praktis. Bagaimana tidak? Dengan kemajuan teknologi saat ini, orang dapat membeli kebutuhannya hanya dengan menyentuh layar smartphone sembari duduk santai di rumah. Aktivitas tersebut dikenal dengan istilah online shopping atau kegiatan pembelian produk dan layanan melalui media internet. Online shopping tentu membawa segudang manfaat, baik bagi penjual maupun pembeli. Dari sisi pembeli, aktivitas online shopping memudahkan mereka dengan tidak perlu mengunjungi toko, melainkan cukup mengunjungi website atau e-commerce melalui smartphone dan memilih barang yang dikehendaki. Selain itu, manfaat lainnya adalah pembeli dapat memilih barang dari rumah, kantor, bahkan dimana saja sehingga pembelian bisa dilakukan berjam-jam tanpa harus keluar rumah. Manfaat lain yang tidak kalah memudahkan yaitu pembeli dapat membandingkan harga produk yang ingin dibeli secara cepat untuk menemukan harga yang paling murah tanpa harus berkeliling dari toko ke toko. Manfaat bagi penjual antara lain membantu menekan ongkos pembukaan toko karena melalui belanja daring, penjual cukup memasarkan produknya melalui media internet. Pemasaran produk pun dapat mencapai seluruh daerah di Indonesia bahkan dunia dengan mudah dan murah.

Tahukah Anda bahwa dibalik aktivitas online shopping yang mudah dan menyenangkan, terdapat sisi kelam dibaliknya. Kegiatan berbelanja online turut andil dalam menggunungnya sampah plastik di Indonesia. Gaya hidup dengan aktivitas online shopping semakin hari semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Ditambah dengan masa pandemi yang telah mengubah gaya hidup konsumen. Berdasarkan hasil riset United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menunjukkan terjadinya peningkatan volume belanja di platform digital hingga 65% dalam satu tahun terakhir sejak pandemi. Hal ini tidak terlepas dari dampak pandemi COVID-19 yang membatasi mobilitas masyarakat. Masyarakat dihimbau untuk tidak beraktivitas di luar rumah, sehingga banyak yang memilih untuk belanja online dan pesan antar (delivery), mulai dari membeli makanan, pakaian, hingga berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari.

Aktivitas belanja online diperkirakan akan terus meningkat, mengingat kemudahan dan manfaat yang ditawarkannya. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan tersebut, dampak buruk bagi lingkungan juga turut meningkat dan perlu menjadi perhatian. Sampah plastik banyak dihasilkan dari kemasan pembungkus produk belanja online. Sampah, utamanya sampah plastik telah menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia sejak lama. Hal ini kian diperburuk dengan penggunaan bubble wrap dan selotip plastik yang begitu tebal untuk melindungi produk belanja online agar tidak rusak selama proses pengiriman.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan rencana Pengelolaan Sampah Nasional melalui sejumlah kebijakan, salah satunya yaitu kebijakan pengurangan sampah industri yang dipetakan melalui Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Pemerintah mentargetkan pengelolaan sampah plastik yang baik dan benar hingga 100% pada 2025 mendatang.

Sungguh terlihat bahwa krisis sampah plastik di Indonesia kian menjadi tantangan. Sebagai masyarakat yang baik, kita harus menjadi konsumen dan produsen yang bijak. Mengurangi sampah plastik hasil aktivitas online shopping dapat dimulai dengan mengganti penggunaan bubble wrap dengan koran bekas atau kertas bekas lainnya yang tentu lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik. Head of Corporate Responsibility L'Oréal Indonesia, Mohamad Fikri, menyatakan bahwa L'Oréal telah memulai upaya pengurangan sampah plastik dengan membuat kemasan kirim yang lebih ramah lingkungan, yaitu menghentikan pemakaian plastik sebagai pembungkus tambahan. Tiga komponen utama kemasan kirim tersebut antara lain adalah mengganti bubble wrap menjadi flute liner berbahan dasar kertas, mengganti selotip plastik menjadi selotip kertas, serta menggunakan kardus yang telah menerima sertifikasi CoC (Chain of Custody) dari FSC (Forest Stewardship Council). Kemajuan teknologi juga dapat turut berperan dalam mengurangi sampah plastik yang kian menggunung, antara lain Smart Trash Tracking System (STTS) dengan pemanfaatan Internet of Things Technology (IoT), aplikasi online seperti e-Recycle yang dapat mengenali macam-macam plastik hanya dengan memindai barcode pada sampah plastik. Mengurangi sampah plastik sebenarnya juga dapat dimulai dari sendiri, seperti mengurangi frekuensi berbelanja online, memilih penggunaan kardus sebagai pembungkus barang jika jarak pengiriman tidak terlalu jauh, serta mendaur ulang sampah plastik bekas pembungkus produk belanja online.

“Buy less, choose well, make it last.” Mari bersama mewujudkan Indonesia Bersih dan Bebas Sampah 2025.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image