Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Intan Zakiyyah

DI BALIK SEMARAK MAULID ERA DIGITAL ADA ESENSI YANG MELEKAT

Agama | Tuesday, 19 Oct 2021, 21:49 WIB
Abi Drs. KH. Oman Syahroni dan Umi Hj. Haryanti (Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Khairul Ummah Jakarta Utara) - Sumber Foto : Koleksi Pribadi

Di Era Digital 4.0 menuju 5.0 semarak maulid tidak menurun, tetapi semakin meningkat antusias Muslim merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Tak terkecuali di zaman digital inipun Muslim merayakan maulid sangat kreatif mulai dari lomba literasi digital berupa membuat karya tulis, mendesain twibbon, poster yang berisi kalam penuh manfaat sebagaimana meneladani akhlak Rasulullah.

Ada pula masyarakat modern berkreasi di media sosial berupa perayaan maulid virtual, seperti yang di adakan di YouTube Channel Permata HD yang menghadirkan Maulid Virtual dengan tema “Bergembira Bersama di Hari Maulid – Gambus & Maulid” yang dihadiri oleh Habib Zaidan Bin Yahyaa dan Channel YouTube yang lain yang menyemarakkan maulid bukan hanya lewat dunia nyata/ reality, tetapi juga menyemarakkan lewat virtual, guna mengisi kebermanfaatan media sosial. Sebagian besar masyarakat Indonesia setiap harinya tidak lepas dari media sosial, tidak menutup kemungkinan dakwah virtual lebih banyak menjangkau masyarakat untuk lebih mencintai dan mengenal Nabi Muhammad SAW.

Tradisi maulid di kalangan umat Islam beragam cara menyemarakkannya. Ada yang berupa bagi-bagi sedekah kepada yatim dan fakir serta miskin sambil mengenang kisah teladan dan inspiratif Rasulullah yang membawa ajaran Islam dan Rahmat bagi semesta alam. Tradisi maulid di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya karena menyesuaikan adat istiadat mereka masing-masing. Seperti contohnya Kirab Ampyang di Jawa Tengah, Ritual Bisoq Menik Adat Bayan Lombok, Muludhen di Jawa Timur dengan pembacaan barzanji (riwayat hidup Nabi), upacara grebeg Maulud, Shalawatan, Bungo Lado di Padang Pariaman dengan menyumbang uang dan dihias seperti bunga/pohon dan uangnya disumbangkan untuk pembangunan masjid dan sebagainya. Ada juga yang menggelar acara makan-makan untuk para yatim dan hal-hal lain yang membuat orang bahagia di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang bertepatan dengan 12 rabi’ul awal (bulan Hijriah) setiap tahunnya.

Terlepas dari fenomena itu semua, ada esensi maulid yang terus melekat dari dulu hingga sekarang, sebagai mana dikatakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Khairul Ummah yakni Drs. KH. Oman Syahroni (Penjaringan, Jakarta Utara). Setidaknya ada tiga hal esensi Maulid Nabi, di antaranya adalah: pertama, Maulid Nabi sebagai bentuk kecintaan kepada Baginda Muhammad SAW. Kedua, bertujuan untuk memuliakan dan menghormati Baginda Muhammad SAW. Dan terakhir sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image