Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Windi Rini Yuliani

Paham Syiah dan Khawarij

Agama | Tuesday, 19 Oct 2021, 21:30 WIB

Aliran aliran yang muncul menjadi problem baru di Indonesia setelah ratusan tahun hidup bersama. Saat ini, perlakuan terhadap aliran aliran yang muncul sudah mengarah pada bentuk pelanggaran terhadap prinsip kebebasan beragama.

Seperti halnya Syi’ah dan khawarij yang memiliki kesamaan yaitu menyimpang dari aturan islam yang seharusnya. Tidak hanya berkembang di dalam negeri Iran sendiri, Syiah dan khawarij juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada negara-negara Arab dan termasuk Indonesia. Oleh karena itu penelitian terhadap paham paham syiah dan khawarij perlu dilakukan untuk mengkaji permasalahan syiah dan khawarij dilihat dari kesamaan paham paham yang mereka anut.

Syiah sendiri memiliki arti dari segi Bahasa (etimologi) berarti pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan kepada ide, individua tau kelompok tertentu. Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan kata Tasyayu’ yang berarti patuh/menaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang ditaati dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan.

Ada beberapa paham yang dianut oleh syiah yang menjadikan syiah bukan bagian dari islam, yakni yang Pertama adalah Mereka mengaku bahwa mereka tidaklah sama dengan Ahlus Sunnah dalam ilah (sesembahan), Nabi dan Imam. Mereka menyatakan bahwa Rabb yang disembah Abu Bakr dan Nabinya tidak sama dengan mereka. Kedua, Mereka memiliki keyakinan bahwa Allah tidaklah dilihat pada hari kiamat. Allah tidak disifati dengan tempat dan waktu. Bahkan mereka menyatakan bahwa siapa yang mengakui Allah turun ke langit dunia dan Allah akan dilihat oleh penduduk surga seperti mereka melihat rembulan (dengan begitu jelas) atau semacamnya, maka ia termasuk kafir. Ketiga, Mereka menyatakan bahwa pada hari ‘Arofah pada waktu zawal (matahari tergelincir ke barat), Allah akan turun ke bumi di atas unta lalu membuang kotoran (berak), lalu orang-orang yang berada di ‘Arofah di kanan dan kiri yang akan menyapu (membersihkan) kedua paha-Nya. Keempat, Mereka meyakini bahwa menghadap kubur saat berdo’a adalah suatu kelaziman dan tidak perlu menghadap kiblat. Peziarah kubur ketika berdo’a dengan menghadap kubur, itu sendiri dianggap seperti menghadap wajah Allah dan arah demikian yang diperintahkan ketika berdo’a. Kelima, Mereka menyatakan bahwa nama “Aah (آه)” adalah di antara asmaul husna. Siapa yg menyebut “آه”, maka ia berarti telah beristighotsah pada Allah. Keenam, Allah akan mengunjungi Husain bin ‘Ali, lalu akan menyalaminya dan duduk bersamanya di atas ranjang.

Syiah mengatakan dalam kitabnya salah satu paham yang menyebutkan bahwa “Siapa saja yang tidak mengimani imamah, imannya tidaklah sempurna sampai ia beriman kepada imamah dan beri’tiqod padanya.” Syi’ah berkata, “Imamah adalah kelanjutan dari kenabian. Wajib rasul dan nabi itu diutus. Setelah rasul, wajib mengimani imamah. Yang mana hal itu berarti syiah mengkafirkan siapa saja yang tidak mengikuti imam mereka.

Disamping terkait dengan sejarah Syiah yang menjadi bagian dari sejarah Islam, diskursus kepemimpinan dalam islam secara serius juga terkait dengan sejarah sekte Khawarij di awal Islam. Secara etimologis kata khawarij berasal dari Bahasa arab kharaja yang berarti keluar. Nama ini diberikan kepada mereka karena mereka keluar dari barisan ali. Sekte khawarij pada mulanya adalah bagian dari sayap militer Khalifah Ali yang menolak abritrase di dumatu al-jandal.

Khawarij tidak berbeda dengan syiah yang memiliki beberapa paham terkait ajarannya, khawarij juga memiliki paham paham yang mereka anut melalui nama julukan yang diberikan kepada khawarij. Pertama, yakni mereka keluar dari kepemimpinan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dan jamaah kaum muslimin di bawah kepemimpinan ‘Ali disebabkan karena masalah tahkim (usaha perdamaian). Kedua, mereka menganggap dan menyangka bahwa tindakan mereka membunuh kaum muslimin mereka tukar (شَرَى) dengan keridhaan Allah Ta’ala. Ketiga, mereka selalu mengkafirkan (mukaffir) sesama kaum muslimin yang terjatuh dalam dosa besar (yang bukan termasuk dosa kekafiran kufur akbar). Mereka juga memvonis kafir kaum muslimin yang menyelisihi keyakinan dan manhaj mereka. Keempat, mereka memasang (naashaba) khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dan keluarganya sebagai musuh yang harus diperangi, mereka terang-terangan membenci khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Ucapan (perkataan) khawarij tentang “vonis kafir bagi pelaku dosa besar” adalah ucapan mereka pertama kali yang memecah belah kaum muslimin. Ini adalah di antara pokok (ushul) ‘aqidah kaum khawarij.

Oleh karena itu, kaum khawarij pun mengangkat pemimpin (khalifah) bagi kelompok mereka sendiri. Karena mereka menganggap bahwa kelompok merekalah yang masih beriman, sedangkan selain mereka (khalifah ‘Ali dan kaum muslimin yang bersamanya) adalah orang-orang kafir. Dengan demikian, kesamaan paham yang dianut oleh kedua aliran tersebut yakni syiah dan khawarij yaitu mudah mengkafirkan orang yang tidak mengikuti ajaran mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image