Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Purwanto,M.Pd

Memilih Pelatihan yang Tepat Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru

Eduaksi | 2021-10-16 15:30:44
Gambar: IHT (dokpri)

Salah satu fenomena lama yang muncul kembali di era Pandemi Covid-19 yaitu kesukaan orang mengumpulkan sertifikat. Saya masih ingat ketika awal mula program sertifikasi guru diluncurkan. Salah satu instrumen penilaian berdasarkan portofolio guru. Fenomena guru mengumpulkan sertifikat pada pandemic Covid 19 hadir kembali. Banyak pelatihan, seminar atau webinar diselenggarakan secara virtual, ada yang berbayar dan banyak banget yang free. Dengan uang Rp 20.000 peserta bisa mendapatkan sertifikat.

Gambar: Sharing Kompetensi (DokPri)

Pertanyaannya, “Apakah kompetensi yang dikembangkan berbanding lurus dengan sertifikat yang dikumpulkan?” Sebuah pertanyaan kritis yang harus direfleksikan secara jujur oleh semua pihak.

Mengapa saya memulai tulisan ini dengan fenomona banyaknya pengumpulan sertifikat? Bagi saya sertifikat seharusnya menunjukkan kompetensi orang yang memegang sertifikat, dan kompetensi ini akan menenentukan perubahan dalam diri guru (pemegang sertifikat). Perubahan yang disasar adalah sebuah perubahan pesar pada diri guru menjadi pemimpin perubahan itu sendiri, bukan sekadar pelaku (agent) perubahan.

Dalam dunia sekolah atau pendidikan formal, setiap guru harus mampu menjadi pemimpin perubahan. Semua pelatihan, webinar, seminar yang bertebaran setiap hari sejak Pandemi Covid 19 menyerang dunia harus mengubah paradigma dan sikap guru dalam pengajaran. Mutlak dan mendesak adalah perubahan dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teachers centered) menjadi pengajaran yang berpusat kepada peserta didik. Dulu pada era Menteri Pendidikan Bapak Wardiman Djojonegoro terkenal dengan sitilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Namun sampai saat ini perubahan itu belum menjadi cara berpikir semua guru di dalam pengajaran. Kompas Online 26 Juni 2020 memberitakan bahwa 53% guru masih mementingkan penuntasan kurikulum. Ini menunjukkan pusat pembejaran belum berfokus pada peserta didik masih berfokus pada konten. Tidak mengherankan jika para siswa merasa kurang mendapatkan bimbingan dari guru ketika mereka mengikuti Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (https://retizen.republika.co.id/posts/15235/guru-dan-komitmen-tanpa-batas-pada-masa-pandemi)

Lalu bagaimana agar guru bisa memfokuskan pembelajaran pada siswa? Jawaban pertanyaan ini akan membantu guru menentukan pilihan yang tepat seminar, atau pelatihan atau webinar apa yang musti diikuti. Semua pelatihan, seminar dan webinar adalah baik, tetapi tidak semua pelatihan harus diikuti. Karena kalau setiap seminar, pelatihan dan webinar diikuti akan membuat kita seperti dibombardir informasi dan malah tidak ada yang menetap menjadi kompetensi pokok untuk mempimpin perubahan pembelajaran di dalam kelas.

Pengembangan Kompetensi Pedagogi Guru

Prof. Dr. Arief Rachman dalam sebuah kesempatan seminar menyebutkan 10 kemampuan paedagogik yang harus dipunyai guru. Sepuluh kompetensi yang membentuk kompetensi pedagogi guru yaitu:

1) Kemampuan guru memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual

2) Guru mampu memahami teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3) Mampu mengembangkan kurikulum bidang ajarnya

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

5) Mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan yang mendidik

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

7) Mampu berkomunikasi secara empatik, efektif dan santun dengan peserta didik

8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses danhasil belajar

9) Mampu menggunakan hasil penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar untuk peningkatan pembelajaran

10) Mempu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Sedikit berbeda dengan Zulfikar Alimuddin (HOTS Untuk Natural Science: 2019) menyebut delapan elemen dasar yang menjadi kerangka dasar pengajaran (Teaching Mastery Framwork), yaitu: Pedagogical contenct knowledge (pengetahuan konten pedagogi), Higher Order Thinking Skills (HOTS), Lesson Plan (perencanaan pembelajaran), Teaching tactics (taktik pengajaran), Classroom Management (manajemen kelas), Softskills (keterampilan halus), Teaching Scenario (skenario pengajaran), Teaching Grading (penilaian pengajaran) Delapan elemen ini menjadi kompetensi substantif bagi guru menjadi pemimpin perubahan pada saat pengajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Misalnya, didalam elemen Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang yag berpusat kepada peserta didik akan memberikan konten pengajaran sesuai dengan kondisi peserta didik, guru tidak akan menyampaikan materi/konten yang sama untuk semua perserta didik. Karena itulah pengajaran HOTS disesuaikan dengan kondisi peserta. Guru dituntun membuat lesson plan yang kontektual dibarengi dengan taktik pengajaran yang relevan baik dengan kondisi siswa maupun dengan konten pengajarannya. Dengan delapan elemen dasar ini seorang guru akan melakukan pengajaran yang interaktif, efektif dan kolaboratif. Inilah yang sebenarnya dimaksudkan dengan student centered atau CBSA

Kemampuan pedagogi guru akan membedakan guru yang satu dengan guru yang lain. Guru yang asik dengan guru yang konservatif. Guru yang inspiratif dengan guru yang feodal.

Pandemi Covid 19 membawa misi besar kepada setiap orang apapun bidang kerjanya, bahwa setiap orang harus menjadi pemimpin perubahan dalam bidang kerja dan layanannya. Untuk bisa menjadi pemimpin perubahan, guru harus meningkatkan kompetensi pedagogi. Kompetensi pedagogi itu membuat guru menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered) di kelas. Guru mampu memperlakukan setiap siswa sesuai dengan kondisi/karakteristik siswa. Ketika siswa mendapatkan perlakuan susuai kondisinya, mereka akan merasa Bahagia (well-being). Ketika peserta didik bahagia niscaya mereka akan melakukan apa yang memang seharusnya mereka lakukan. Dengan begitu akan terjadi perubahan pada diri siswa. Itulah hakikat pendidikan. Semoga!

#Gurupemimpinperubahan

#GuruHebatbangsakuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image