Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novita Mahera Putri

Kebiasaan Konsumsi Junk Food Menyebabkan Gizi Berlebih Pada Remaja, Benarkah?

Gaya Hidup | 2022-06-12 12:52:35

Fenomena konsumsi junk food akhir-akhir ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia, terutama bagi remaja. Terlebih lagi, dengan adanya trend berswafoto bersama dengan menu junk food yang lagi viral. Remaja akan cenderung untuk mengikuti trend tersebut dan membagikan foto makanannya di media sosial, berharap mendapatkan banyak like dan komentar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab tingginya konsumsi junk food di kalangan remaja.

Junk food atau makanan olahan sering dianggap sebagai makanan yang tidak sehat, mengandung kalori tinggi, dan memiliki kandungan gizi yang rendah. Hampir semua orang, terutama remaja pasti sudah mengetahui makanan apa yang termasuk dalam kategori junk food. Pada kenyataannya, menu junk food tersebut tetap diminati dan hampir setiap hari dikonsumsi. Sebenarnya remaja mungkin sadar terkait dampak dan bahaya dari junk food yang sering mereka konsumsi, namun mereka cenderung mengabaikannya. Perlu disadari bahwa mengonsumsi junk food yang berlebihan akan memberikan dampak kurang baik bagi kesehatan. Sedangkan anak remaja membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung tumbuh kembangnnya. Kebiasaan konsumsi junk food pada remaja akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan risiko terhadap gizi lebih.

Junk food umumnya dipandang negatif karena banyak mengandung gula, lemak trans, lemak jenuh, garam serta zat pengawet atau pewarna, tetapi rendah serat dan gizi mikro. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi junk food dengan status gizi seseorang, terutama pada remaja. Jika junk food dikonsumsi secara terus-menerus akan mengakibatkan gizi lebih pada remaja. Beberapa junk food tergolong dalam pengganti makanan pokok, seperti fried chicken, pizza, hamburger, sandwich, dan kentang goreng.

Perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor beberapa remaja lebih memilih untuk mengonsumsmi junk food dengan alasan rasa yang nikmat dan cepat. Perilaku konsumtif pada remaja akan berpengaruh pada pola makan dengan gizi yang kurang seimbang. Gaya hidup modern juga akan cenderung mempengaruhi gaya hidup remaja saat ini. Remaja akan cenderung memiliki sifat mudah terpengaruh dengan perkembangan zaman dan menyukai proses yang instan. Selain itu, kebiasaan makan junk food pada remaja juga dipengaruhi oleh kemudahan dalam memperoleh makanan siap santap. Perilaku tersebut akan berpengaruh pada kebiasaan konsumsi junk food karena penyajian yang cepat, dapat didapatkan dengan mudah, dan dianggap sebagai makanan yang kekinian

Remaja yang memiliki kebiasaan mengonsumsi junk food dapat meningkatkan faktor resiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan berlebih. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Lemak tersebut akan terakumulasi di dalam tubuh dan akan meningkatkan risiko remaja terhadap obesitas. Selain itu, gizi lebih juga disebabkan karena kurangnya aktivitas remaja sehingga energi yang masuk akan lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan dalam bentuk aktivitas fisik.

Berdasarkan hasil laporan Riskesdas Tahun 2010, prevalensi gizi lebih pada kelompok usia diatas 15 tahun mencapai 19,1%, sedangkan pada remaja umur 16 – 18 tahun secara nasional yaitu 1,4%. Frekuensi remaja yang tinggi dalam mengonsumsi junk food dapat meningkatkan timbunan kalori dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau gizi lebih pada remaja. Tingginya nilai IMT atau gizi lebih menggambarkan bahwa terdapat pola konsumsi makanan tinggi energi yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik. Dalam penelitian lain menunjukkan sebagian besar remaja yang mengalami gizi lebih, adalah remaja yang memiliki frekuensi makan junk food hingga >4 kali/minggu. Jenis junk food yang paling sering dikonsumsi adalah jenis makanan fried chicken, snack, dan minuman ringan. Kebiasaan untuk mengonsumsi junk food salah satunya disebabkan karena zat adiktif yang terdapat dalam junk food dapat menyebabkan ketergantungan. Zat adiktif ini dapat menyebabkan over eating dan akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih. Hal tersebut dapat menjadi perhatian khusus mengingat gizi lebih yang terjadi pada masa remaja cenderung akan berlanjut hingga orang tersebut dewasa. Selain itu, gizi lebih dapat menjadi salah satu faktor risiko seseorang terhadap adanya penyakit degeneratif.

Oleh karena itu, remaja perlu mengontrol pola makan dengan tidak terlalu sering mengonsumsi junk food. Selain itu, remaja juga harus memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi. Apabila ingin mengonsumsi junk food sebaiknya cari tahu terlebih dahulu kandungan nutrisi yang ada dalam makanan yang akan kita konsumsi. Apabila ingin menyantap junk food sebaiknya diimbangi dengan konsumsi sayur dan mengganti minuman dengan kandungan gula tinggi dengan air putih. Salah satu cara agar terhindar dari gizi lebih juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan gizi seimbang dan memilih jajanan yang menyehatkan bagi tubuh. Terakhir, asupan junk food seberapapun harus diimbangi dengan aktivitas fisik. Dalam hal ini aktivitas fisik penting dilakukan agar tidak berpengaruh pada status gizi dan dapat mempertahankan berat badan ideal dengan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari.

Sumber:

Amalia, R. N., dkk. 2016. Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Status Gizi Lebih pada Siswa SD Pertiwi 2 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(1): 185-190.

Izhar, M. Dodi. 2020. Hubungan Antara Konsumsi Junk Food, Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 1 Jambi. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati. 5(1): 1-7.

RISKESDAS. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image