Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Lailiyah

Library 4.0 : Perpustakaan Untuk Generasi Milennial

Eduaksi | Saturday, 11 Jun 2022, 14:14 WIB

Perkembangan peradaban serta teknologi yang semakin modern memberikan dampak kecenderungan bagi kaum generasi milenial saat ini. Menurut (Yuswohady, 2016) dalam Generasi Milenial (Millennial Generation) adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1980 hingga tahun 2000. Generasi ini biasa disebut dengan Gen-Y, Net Generation, Generation WE, Boomerang Generation, Peter Pan Generation, dan sebagainya. Alasan mengapa mereka disebut sebagai generasi milenial adalah karena mereka hidup di pergantian milenium dan secara bersamaan era teknologi digital mulai masuk kedalam sendi-sendi kehidupan.

Sedangkan menurut dua pakar sejarah dan penulis asval Amerika yang memperkenalkan istilah generasi millennial untuk pertama kalinya yaitu William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya, Millennial generation atau generasi Y atau biasa disebut dengan generation echo boomers“adalah kelompok demografi setelah generasi X (Gen-X) dan dikelompokkan antara kelahiran 1980-2000. Bisa disimpulkan bahwa manusia yang menjadi bagian dalam golongan ini adalah yang memiliki rentang usia 15-34 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial di Indonesia mencapai angka 34% pada tahun 2025 yang kemudian akan mengisi seluruh instansi baik di pemerintah ataupun di non pemerintah akan dikuasai oleh generasi milenial.

Menurut Aditya dalam Hipwee (Aditya, 2017) terdapat beberapa karakteristik dari generasi milenial anatara lain sebagai berikut:

1. User Generated Content (UGC), kaum milenial lebih percaya kepada UGC daripada informasi dari satu arah. Sekarang kaum milenial sudah tidak percaya dengan adanya iklan untuk percaya dengan adanya produk iklan atau perusahaan besar, mereka sudah tidak percaya kepada arus informasi yang bersifat satu arah. Mereka lebih percaya pada User Generate Content, merupakan konten informasi yang dibuat oleh individu.

2. Kaum milenial harus mempunya sebuah akun sosial media yang digunakan untuk alat komunikasi dan pusat mendapatkan serta menyebarkan informasi. Perkembangan teknologi digital membuat komunikasi antara dua arah atau lebih tidak harus saling bertatap muka. Hal ini dikarenakan kecanggihan teknologi melalui media sosial yang bisa menghubungkan seseorang tanpa batasan wilayah dan waktu. Hal inilah yang dimanfaatkan kaum milenial untuk menunjang salah satu aspek dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kaum milenial juga memanfaatkan teknologi informasi, google sebagai alat pencarian sumber informasi yang cepat.

3. Preferensi membaca secara konvensional telah menurun diakibatkan Generasi milenial lebih banyaj membaca melalui sarana elektronik seperti smartphone. Budaya membaca secara konvensional tidak menghilang begitu saja, namun masih banyak peminat membaca buku secara konvensional yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai koleksi. Namun karena perkembangan teknologi yang semakin pesat, memberikan kemudahan bagi generasi milenial untuk membaca secara digital melalui smartphone yang dimiliki. Misalnya saja E-book yang sekarang ini lebih dipilih oleh generasi milenial, karena beranggapan tidak susah payah untuk datang ke perpustakaan atau pusat informasi terdekat, ini bisa disebut sebagai pergeseran perilaku yang menjadikan kaum milenial lebih menyukai segala sesuatu secara visual.

Dari ketiga karakteristik-karakteristik ciri diatas, bisa disimpulkan bahwa Generasi milenial melibatkan teknologi informasi, google sebagai keluarga untuk pusat pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini disebebkan lantaran berdasarkan google mereka menerima banyak pendapat tentang permasalahan mereka dari seluruh dunia, sehingga menjadi adviser bagi mereka.

Ilustrasi Generasi Milenial. (Freepik.com/pikusuperstar)

Generasi milenial yang mempunyai kemampuan dalam bidang teknologi dan sarana yang ada akan mempunyai banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Namun, jika dilihat saat ini dimana teknologi menguasai bukan yang dikuasai menyebabkan generasi milenial cenderung apatis, tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya, keadaan sosial termasuk politik dan ekonomi. Generasi milenial lebih cenderung kepada gaya hidup yang bebas dan hedonisme, menginginkan hal yang instant dan tidak menghargai proses.

Di era sekarang ini dimana segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas, informasi dapat diperoleh dengan mudah di mana saja dan oleh siapa saja. Generasi milenial harus siap menghadapi segala kemungkinan yang ada, tingginya persaingan nantinya menuntut generasi milenial untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki kreativitas tanpa batas. Oleh karena itu, pendidikan menjadi sangatlah penting, pengalaman juga tak kalah penting. Didalam sebuah pendidikan tak luput dari sumber pengetahuan, baik dari buku ataupun lainnya. Buku menjadi sebuah informasi yang dibaca secara konvensional, keberadaan buku menjadi salah satu sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepustakaan. Untuk menjamin keamaan dan tersusunya buku, maka buku dikelola oleh perpustakaan.

Perpustakaan secara umum adalah sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku-buku dan terbitan lainnya yang biasanya di simpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca (pemustaka) untuk mencari sebuah informasi dan tidak diperjualbelikan (Basuki, 1991). Tugas utama sebuah perpustakaan yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa adalah dengan memberikan pelayanan informasi terbaik bagi penggunanya. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, peran perpustakaan semakin dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Kondisi perpustakaan sekarang ini memberikan gambaran bahwa inovasi layanan yang terapat mulai tumbuh dan berkembang seiring dengan lahirnya pengguna, yakni generasi millennial. Apalagi saat ini sangatlah mudah mencari suatu informasi dengan menggunakan teknologi mesin pencarian bernama Google, dengan memanfaatkan keyword dari apa yang ingin dicari. Oleh karena itu, agar perpustakaan tidak tertinggal jauh dengan mesin pencarian harus tanggap dalam menyabut perubahan yang ada.

Ilustrasi Perpustakaan. (Freepik.com/pch.vector)

Peran perpustakaan khususnya di era TIK ini harus dikembangkan tidak hanya digunakan untuk kegiatan membaca dan meminjam buku saja, tetapi untuk berbagai kegiatan lainnya yang didukung oleh lingkungan perpustakaan yang menarik dan nyaman menggunakan basis teknologi. Bila kita merujuk pada terminologi (Catur dalam Wastawy, 2007) tentang The Open Revolution, tidak ada pilihan lain bagi perpustakaan untuk tidak mengembangkan atau merelevansi dengan perkembangan zaman, terutama perkembangan TIK. The Open Revolution Wastawy meliputi:

1. Open Research

2. Open References

3. Open Aggregation

4. Open Storage

5. Open Course

6. Open Content

7. Open Source

8. Open Standards

9. Open Archives

10. Open Text

11. Open Linking

12. Open Design

13. Open Access

Perpustakaan harus peka terhadap trend TIK ini. Tuntutan kemudahan akses informasi yang serba instan, tepat, dan cepat harus dapat dipenuh oleh perpustakaan.Ketika perpustakaan ingin tetap eksis dan menarik pandangan dari pemustaka khususnya generasi milenial maka perpustakaan harus berbenah dalam menyediakan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas, insfrastruktur, serta aspek kebijakan organisasi perpustakaan yang mendukung generasi millennial yang haus akan informasi. Selain dari segi sarana dan prasarana, pustakawan juga harus information literate terhadap perubahan generasi millennial dalam kajian informasi saat ini. Tugas mempertahankan eksistensi sebuah perpustakaan menjadi lebih berat karena barus bersaing dengan sistem penyediaan layanan informasi yang berkembang dengan pesat bersamaan dengan teknologi yang ada. Para pengelola perpustakaan (Pustakawan) harus lebih aktif untuk menciptakan layanan perpustakaan yang modern dan ideal serta diminati oleh masyarakat luas.

Di era serba digital saat ini, perpustakaan dituntut harus bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat melalui penguunaan teknologi informasi, sehingga memberikan dampak positif terhadap perngembangan SDM dan kesejehteraan masyarakat. Memasuki era revolusi industri 4.0 dimana pemustaka harus memiliki kemampuan literasi data dan teknologi untuk meningkatkan skills dalam mengolah dan menganalisis big data untuk kepentingan peningkatan layanan public. Melalui literasi data dan teknologi menunjukkan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital guna mengolah data dan informasi, sedangkan literasi pada manusia wajib dikuasai karena menunjukkan kemampuan softskill berkolaborasi, adaptif, dan menjadi arif di era informasi. Literasi data terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat kesimpulan secara logis berdasarkan data dan informasi (Big data) yang diperoleh. Literasi teknologi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami cara kerja mesin, sedangkan literasi manusia berkaitan dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir, kritis, kreatif, dan inovatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image