Tip Mengalahkan Rasa Takut untuk Mulai Investasi Saham
Eduaksi | 2021-10-13 16:11:15Investasi saham bagi kebanyakan warga negara +62 masih menakutkan. Cerita mereka yang merugi hingga jatuh miskin menjadi "hantu" menakutkan bagi investor pemula, padahal cerita mereka yang sukses dalam investasi saham tentu lebih banyak. Hanya saja, mereka ini diam-diam saja.
Kabar negatif memang mudah dan cepat menyebar. Tak hanya itu saja, cerita-cerita negatif begitu bisa terus menghantui atau sulit untuk dihilangkan dalam waktu cepat. Sekecil apa pun kalau sudah berita negatif akan cepat menyebar mulai dari gosip yang makin gosok makin sip. Beda halnya dengan kabar baik yang kalau nggak bener-bener heboh susah untuk tersebar.
Investasi saham begitu menakutkan dan menyeramkan bagi mereka yang tidak bisa menggunakan nalar logikanya alias menerima begitu saja apa yang diceritakan dan pastinya cerita itu sudah dibumbui sana-sini.
Nyatanya, investasi saham yang saat ini sudah sangat mudah dan terjangkau, semisal dengan aplikasi IPOT milik Indo Premier Sekuritas, tak seseram yang dibayangkan dan ditakutkan kebanyakan orang. Mereka yang merugi besar biasanya karena sembrono dalam analisisnya, rakus dan tidak sabaran dalam investasinya.
So, buat calon investor tentu tak perlu lebay menyikapi cerita-cerita menyeramkan dalam investasi saham. Nah, berikut ini 3 tip yang bisa dicermati supaya tak takut lagi memulai investasi saham saat ini juga:
1). Pakai Modal Kecil
Sebagai pemula yang benar-benar newbie masuk pasar saham, sebaiknya uang yang digunakan untuk investasi saham kecil saja dulu. Sebagai pemula tentu masih harus banyak belajar. Jadi, jangan sok-sokan lah memulai investasi dengan modal gede. Hal ini penting supaya ketika saham yang dipilih merugi, kerugian yang dirasakan kecil dan tidak membebani. Kesalahan kecil bisa menjadi cara untuk belajar dan menjadi lebih baik. Selain kecil, sebaiknya uang yang digunakan juga uang nganggur alias uang dingin. Jangan pula pakai uang panas kayak gaya-gaya pakai pinjaman online gitu. Berat kalau rugi karena harus menanggung kerugian sahamnya, tapi juga bunga pinjaman yang tak segera terlunasi. Jadinya, bunga berbunga itu pinjol. So, uang untuk awal investasi sebaiknya kecil dan kategorinya uang dingin atau uang nganggur.
2). Pakai Nalar, Jangan Ikut-ikutan
Selanjutnya dalam pemilihan saham sebaiknya pakai nalar atau logika dan tidak hanya karena ikut-ikutan rekomendasi atau opini orang lain. Pendapat atau pandangan pihak lain dalam pilihan saham hanya sebatas data atau informasi yang sebaiknya dianalisis secara fundamental dan teknikal. Nalar di sini tentu saja cara berpikir sistematis dalam analisis fundamental dan teknikalnya. Sebagai pemula, memperlajari analisis fundamental dan teknikal hukumnya wajib karena di silah nalar itu terasah. Pemula yang hanya ikut-ikutan dan tak belajar analisis akan jatuh dalam spekulasi semata dan bisa-bisa terjebak pada saham pompom yang justru bikin boncos. Analisis adalah cara paling jitu untuk menggali informasi saham yang akan dibeli. Keputusan menaruh dana untuk dibelikan saham wajib bernalar.
3). Optimis Tapi Tidak Kepedean
Dalam investasi saham penting untuk menjadi diri sendiri dengan profil risiko dan tipe investor yang tentu saja berbeda dengan investor lainnya. Oleh sebab itu, di awal-awal investasi penting untuk mengenali profil risiko dan tipe investor diri sendiri. Dengan tahu baik kedua hal ini maka optimisme diri dalam investasi bisa dibangun dengan baik. Optimisme yang dimaksud di sini tentu saja optimisme yang nggak kepedean. Optimisme yang dimaksud adalah optimisme yang bernalar dengan mengedepankan logika.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.