Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Ruqiah

Pandemi dan Potret Dunia Pendidikan

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:57 WIB

Bulan Maret Tahun 2020 mungkin merupakan waktu yang akan sulit dilupakan oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia di mana mulai saat itu diberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat guna mencegah merebaknya Covid-19. Sudah terhitung hampir satu tahun lebih pandemi Covid-19 kita rasakan. Seluruh lini kehidupan mengalami perubahan yang signifikan dengan adanya pandemi Covid-19, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Covid-19, secara langsung maupun tidak langsung menjadi pemantik agar para penyelenggara pendidikan melakukan perubahan dan adaptasi. Mulai penyelenggara pendidikan dasar, menengah dan tinggi serta pendidikan pra sekolah harus melakukan inovasi pendidikan agar pendidikan tetap jalan terus.

Bidang pendidikan yang terdampak oleh kejadian ini menuntut perubahan terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh sekolah-sekolah karena bagaimana pun proses pendidikan harus tetap berjalan. Untuk menghadapi hal ini, pembelajaran online pun menjadi solusi bagi pengajar dan peserta didik di setiap sekolah dan perguruan tinggi. Setelah dicoba ternyata penerapan belajar online tidak semata-mata dapat menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran di masa pandemi, namun justru menimbulkan masalah baru. Pembelajaran dengan menggunakan teknologi baru memang telah berjalan selama beberapa dekade. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa dampak transformational sebagaimana yang diharapkan belum tercapai.

Peralihan ke pembelajaran daring tentu saja bukanlah solusi yang benar-benar sempurna. Pelaksanaan pembelajaran daring bukan tanpa masalah. Di beberapa negara, dilaporkan bahwa di antara mereka yang mengadopsi pembelajaran daring, rata-rata manfaat sebenarnya jauh lebih kecil daripada yang diharapkan. Masalah jaringan, kurangnya pelatihan, dan kurangnya kesadaran dinyatakan sebagai tantangan utama yang dihadapi oleh pendidik. Kurangnya kesadaran dinyatakan sebagai alasan paling penting oleh mereka yang tidak mengadopsi pembelajaran daring diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan pembelajaran daring. Kurang kehadiran, kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas ditemukan menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring.

Di Indonesia terdapat berbagai aspek yang ditinjau dalam pelaksanaan pembelajaran daring yaitu pengajar/guru, peserta didik, infrastruktur, dukungan managemen, budaya di sekolah dan kecenderungan untuk belajar tatap muka. Berbagai aspek tersebut perlu ditinjau terlebih dahulu agar pembelajaran dapat berjalan tanpa kendala. Survei menunjukkan implementasinya yang beragam di lapangan, di antaranya ditemukan bahwa tidak meratanya akses pembelajaran online karena kepemilikan komputer, laptop dan akses internet masih minim. Terdapat ketimpangan akses media pembelajaran yang makin dalam antara anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu.

Fakta di lapangan, kewajiban belajar di rumah menjadi kendala serius khususnya juga peserta didik dari kalangan yang kurang beruntung secara ekonomi. Nyatanya ketimpangan dalam mengakses pendidikan berkualitas di Indonesia telah terjadi jauh sebelum adanya pandemi. Ketimpangan dalam infrastruktur pendidikan, akses terhadap teknologi informasi, dan latar belakang pendidikan orang tua murid terlihat antara wilayah perkotaan dan perdesaan, serta antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Pada masa pandemi, kegiatan BDR membuat ketimpangan yang telah lama ada makin lebar.

Murid-murid tanpa akses terhadap gawai dengan fitur yang memadai untuk pembelajaran daring, akses terhadap internet, guru yang adaptif, orang tua yang mampu mendampingi saat belajar atau menyediakan fasilitas untuk pembelajaran daring, dan sekolah yang memberikan dukungan memadai kehilangan kesempatan belajar yang seharusnya mereka dapatkan dalam situasi normal. Murid-murid yang kurang beruntung tersebut pada umumnya bersekolah di sekolah negeri yang berlokasi di wilayah perdesaan, khususnya di luar Pulau Jawa. Dalam praktiknya marak terlihat digitalisasi pendidikan justru diinisiasi oleh sektor swasta berbentuk startup seperti Zenius dan Ruangguru yang pada dasarnya dibentuk untuk masyarakat urban di kota-kota besar. . Jika masalah yang ditemukan dalam studi ini berlanjut, dapat dipastikan bahwa murid yang berada dalam situasi kurang beruntung berpotensi mengalami penurunan kemampuan belajar (learning loss).

Dampak keterpurukan ekonomi juga berlaku dua arah dan mempengaruhi kesejahteraan guru dan sekolah sebagai institusi pendidikan. Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai melaporkan masalah pembayaran biaya SPP yang tidak sesuai ataupun tidak tepat waktu. Sekolah-sekolah yang memiliki angka guru honorer dan tidak tetap yang tinggi akan mengalami kesulitan yang lebih serius karena guru tanpa sertifikasi memiliki pendapatan yang lebih rendah.

Meskipun pandemi covid-19 yang dinilai membawa begitu banyak dampak negatif, ternyata juga membawa dampak positif bagi dunia pendidikan. Dampak positif ini dapat menjadi motivasi untuk melewati masa-masa sulit di tengah pandemi dan tetap fokus meraih tujuan pendidikan Indonesia yang lebih maju. Berubahnya pembelajaran konvensional di kelas menjadi pembelajaran jarak jauh dapat menjadi persiapan proses pembelajaran masa depan. Cepat atau lambat akan terjadi perubahan di bidang pendidikan khususnya dalam metode pembelajaran yang semakin dipengaruhi perkembangan teknologi.

Yang lebih luar biasa lagi bahwa pendidikan membangkitkan kembali kolaborasi orang tua dan guru. Selama masa pandemi ini, peserta didik tentu akan menghabiskan waktu belajar di rumah. Di mana ini menuntut adanya kolaborasi yang inovatif antara orang tua dan guru sehingga peserta didik tetap bisa menjalani belajar online dengan efektif. Selain itu, kolaborasi yang inovatif dapat mengatasi berbagai keluhan selama menjalani belajar online. Ini akan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan baik di masa kini maupun masa mendatang.

Pada akhirnya, Kemendikbud dalam hal menanggulangi aspek negatif ini harus mulai mempertimbangkan mengeluarkan juklak khusus yang membahas indikator-indikator dalam melaksanakan PJJ serta memperhatikan berbagai hambatan yang dihadapi oleh murid terutama di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Daftar Pustaka:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020) ‘Survei Belajar dari Rumah terhadap Siswa dan Orang Tua.’ Dokumen internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image