Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ridho Islami

Haruskah Model Pembelajaran di Masa Pandemi di Pertahankan?

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:21 WIB
Source: Republika

Pandemi covid 19 berdampak pada perubahan berbagai sektor. Salah satu sektor yang terdampak adalah sektor pendidikan. Perubahan tersebut nampak pada lumpuhnya aktivitas proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Ruangan yang setiap hari ramai dengan suara teriakan guru mengajar dan keaktifan siswa dalam proses belajar. Telah berubah menjadi ruangan kelas yang terlihat hanya deretan meja dan kursi kosong. Ruangan itu menjadi hampa dan sunyi. Pandemi covid 19 tentu menuntut pengambil kebijakan pendidikan untuk memutar otak agar menemukan gagasan atau ide tentang model pendidikan di masa pandemi sekaligus menciptakan budaya yang baru dalam proses pendidikan.

Sikap responsif para steak holder sektor pendidikan dalam menghadapi pandemi covid 19 tampaknya sangat cepat dan serentak hampir diseluruh Indonesia. Hal ini tampak pada masifnya informasi dan penyelanggaraan pelatihan-pelatihan model pembelajaran di masa pandemi covid 19 melalui on line. Para guru ditutut memiliki sikap fleksibilitas dan kecakapan dalam merespon pandemi covid 19. Fleksibilitas artinya guru harus mampu bersikap adaptif terhadap situasi yang berbeda dari sebelumnya. Kecakapan artinya guru harus memaksimalkan sepenuhnya potensi yang dimiliki untuk mempelajari hal-hal baru yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di masa pandemi. Mereka yang tidak memiliki sikap fleksibilitas dan kecakapan akan cenderung mengeluh, dan terus mengeluh pada keadaan yang terjadi. Namun sebaliknya mereka yang menyikapi dengan sikap fleksibilitas dan kecakapan, akan menjadi guru yang tumbuh kreativitasnya, inovasinya, serta kemampuannya dalam mendesain proses belajar mengajar yang lebih variatif.

Jika kita berpikir jernih, bahwa sejatinya pandemi covid 19 bagi sektor pendidikan adalah kesempatan untuk redesain kreativitas pelaksanaan pembelajaran yang berbeda, serta mendidik, menempa dan menumbuhkan bakat-bakat yang dimiliki oleh para guru. Pandemi covid seharusnya membuka kesadaran para guru, bahwa proses pembelajaran tidak hanya berlangsung dalam ruangan kelas yang dipenuhi dengan deretan meja kursi. Proses pembelajaran dapat dilakukan dalam ruangan yang tidak terbatas. Jika kesadaran ini tumbuh maka akan berdampak pada efisiensi biaya pendidikan dan waktu belajar siswa.

Seringkali kemegahan pendidikan diiringi dengan bentuk bangunan sekolah yang menjulang tinggi dan besar. Namun dengan adanya pandemi covid 19. Bangunan fisik sekolah yang menjadi kebanggaan tiap satuan pendidikan seolah hampa dan tidak berdaya. Pandemi covid 19 telah mengajarkan kepada kita tentang efisiensi biaya pendidikan dalam tiap satuan pendidikan. Karena dengan kemampuan yang telah dimiliki oleh para guru dari pelatihan-pelatihan proses belajar secara online. Maka proses pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dalam ruangan yang tanpa batas. Belajar sudah tidak lagi harus berada dalam ruangan fisik yang bernama ruang kelas. Akan tetapi belajar dapat dilakukan dimanapun dan dalam ruangan dunia maya yaitu on line.

Pandemi covid 19 ternyata juga membawa gaya baru pada proses pembelajaran dengan model blended learning dan hybrid learning. Blended learning dan hybrid learning adalah dua model pembelajaran yang dilakukan secara on line dan off line. Kedua model tersebut merupakan model baru yang lahir ditengah kekhawatiran akan bertambahnya jumlah pasien covid 19 di lingkungan sekolah. Akan tetapi kedua model tersebut ternyata memberikan wajah baru pada pelaksanaan pendidikan disetiap satuan pendidikan. Jika model ini tetap dilakukan pasca pandemi, maka sangat mungkin iklim pelaksanan pendidikan di negara kita akan lebih dinamis dan inovatif. Para guru akan tertantang dengan penyajian materi yang lebih variatif agar tidak membosankan siswa jika diunggah dalam bentuk video pembelajaran. Para guru juga akan bertambah melek dalam penggunaan teknologi dan aplikasi untuk fasilitas pengajaran.

Model pembelajaran dengan sistem baru yaitu blended learning dan hybrid learning juga bisa menjadi wadah untuk melihat kesadaran para siswa dalam belajar secara mandiri. Dengan layanan aksessibilitas terhadap materi-materi yang diajarkan oleh para guru, maka para siswa seharusnya dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Para siswa secara tidak langsung akan diajarkan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan melalui layanan online.

Selain efisiensi biaya gedung sekolah yang dikeluarkan oleh para orang tua, maka efisiensi waktu juga akan dirasakan oleh para siswa. Siswa akan lebih tenang, mampu menggunakan waktunya kapanpun untuk memahmi materi yang telah di upload oleh para guru di internet. Dengan demikian guru harus selalu berinovasi dan mengasah kreativitasnya tiap hari agar apa yang sudah diberikan di internet tidak cenderung mudah membosankan para siswa.

Pada sektor pendidikan telah lahir pada masa pandemi covid model sistem pembelajaran yang baru. Model ini membentuk mental para guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan pembelajaran. Selain itu model ini juga telah menyadarkan kepada kita semua bahwa untuk belajar tidak lagi hanya dengan duduk di dalam ruangan kelas yang berdinding tembok tebal. Namun belajar dapat diakses dimanapun dan kapanpun sehingga memberikan rasa yang nyaman pada tipe tipe gaya belajar siswa. Pandemi covid juga berdampak pada efisiensi biaya pendidikan dan efisiensi waktu belajar siswa. Oleh karena itu budaya pada masa pandemi dalam sektor pendidikan, seharusnya tetap untuk dilanjutkan agar iklim pendidikan di negara kita lebih dinamis dan responsif terhadap kemajuan teknologi.

#GuruHebatBangsaKuat #Gurumenulis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image