Pandemi dan Potret Dunia Pendidikan
Guru Menulis | 2021-10-10 23:18:57Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, terutama Indonesia sejak Maret 2020 memberikan efek yang sangat besar terhadap kesehatan, ekonomi, sosial hingga pendidikan. Selama pandemi, pemerintah dalam hal ini kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan kebijakan agar pembelajaran dilaksanakan secara daring (Dalam Jaringan). Pembelajaran daring sendiri selama ini memberikan efek positif dan efek negatif terhadap dunia pendidikan terutama siswa. Adapun efek positif dari pembelajaran daring ini, yaitu:
Pertama, orangtua ikut aktif dalam membimbing dan mengajar anaknya. Kalau pembelajaran luring (Luar Jaringan) atau pembelajaran yang normal, orangtua hanya mendukung siswa dari luar sekolah. Orangtua mempersiapkan siswa dari rumah untuk pergi ke sekolah dan mendapatkan informasi dari hasil sekolah tersebut berupa rapot. Berbeda dengan saat pandemi ini, orangtua juga ikut serta dalam membimbing dan mengajar anak-anaknya. Dari mana kita tahu orangtua ikut serta dalam mengajar anak-anaknya juga. Mudah sekali, orangtua mengirim tugas anaknya melalui handphonenya, orangtua bahkan ikut membantu anak-anaknya dalam mengerjakan tugas-tugasnya, orangtua ikut serta dalam tugas siswa tersebut. Menurut penulis, ini efek yang positif dari pembelajaran daring, karena keikutsertaan orangtua dalam pembelajaran sehingga terjalin kedekatan antara orangtua dan anaknya.
Kedua, orangtua dan siswa melek akan teknologi. Sebelum pandemi ini, kebanyakan orangtua menggunakan smartphonenya hanya untuk chatting, video call dan menonton video, namun saat ini orangtua dipaksa untuk bisa menggunakan smartphone tersebut dengan maksimal. Orangtua menjadi faham bagaimana cara mengirim dokumen, foto, menggunakan google classroom, mengirim video dan lain sebagainya. Bahkan penulis menemukan orangtua dan siswa berkolaborasi dalam membuat video untuk tugas sekolahnya. karena orangtua yang melek teknologi tersebut, maka orangtua seharusnya bisa mengontrol smartphone siswa tersebut agar digunakan seperlunya.
Kedua efek positif pembelajaran daring itu akan menemui masalah jika: Pertama, orangtua tidak ikut dalam proses pembelajaran tersebut. Karena banyak juga siswa yang mempunyai smartphone namun mereka âdibiarkan sendiriâ dengan smartphonenya tersebut. Orangtua tidak bisa menemami mereka dalam proses pembelajarannya. Contoh seperti kedua orangtua yang bekerja. Siswa-siswa tersebut mengalami masalah dalam mengerjakan tugasnya dan pembelajaran mereka tidak maksimal. Padahal mereka mempunyai sarana yang lengkap.
Kedua, tidak semua siswa memiliki perangkat daring. Seharusnya hal ini bisa diatasi dengan pembelajaran luring, yaitu siswa datang ke sekolah untuk mengambil tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pada awal masa pandemi, seakan kita terpaku dengan pembelajaran daring dengan menggunakan smartphone, padahal bagi siswa yang tidak memiliki sarana daring bisa menggunakan jalur luring. Selain itu sekolah juga harus mempasiltasi mereka jika mereka tidak memiliki perangkat daring.
Selain efek positif dari pembelajaran daring, penulis menemukan juga beberapa efek negatif dari pembelajaran daring ini, yaitu: Pertama, kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa menurun.Sadar atau tidak disadari pembelajaran daring tidak bisa menggantikan pembelajaran normal yang biasa dilakukan. Pembelajaran daring ini adalah pembelajarn darurat, maka hasil yang didapat juga tidak bisa disamakan dengan pembelajaran normal. Meskipun demikian, kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang menurun menjadi kelemahan yang bisa dirasakan oleh para guru. Penulis sendiri merasakan penurunan kemampuan siswa yang sangat signifikan. Untuk kemampuan pengetahuan, penulis melihat banyak sekali nilai siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kemudian penulis melihat juga kemampuan keterampilan siswa yang menurun, penulis melihat pada saat praktik speaking (pengucapan) bahasa Inggris yang sangat minim. Banyak sekali pengucapan siswa yang salah padahal kosa kata tersebut kosa kata yang mudah.
Kedua, sikap dan kesopanan siswa yang merosot. Kasus yang pernah penulis alami ialah ketika penulis pernah meminta siswa untuk datang ke sekolah untuk melakukan pembelajaran daring karena hapenya sedang diservis. Akhirnya siswa tersebut datang ke sekolah dan mengerjakan di laboratorium komputer sekolah, pada saat selesai mengerjakan tugas-tugasnya siswa tersebut langsung pulang begitu saja, tanpa pamit kepada guru yang ada disana.
Kemudian kasus kedua, ketika teman penulis seorang guru yang mendapat tugas menjadi operator ANBK di laboratorium, dia mendapati siswanya langsung pulang tanpa mengucapkan salam dan terima kasih. Langsung saja siswa tersebut pulang. Menurut penulis pandemi dan pembelajaran daring ini bisa menurunkan nilai sikap dan kesopanan siswa. Mungkin kedua contoh itu hanya sebagian contoh kecil saja.
Ketiga, hilangnya control sosial siswa. Sekolah merupakan tempat untuk para siswa belajar bersosialisasi, belajar bermasyarakat, belajar bergaul dan belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat. Guru di sekolah menjadi sosok kontrol sosial dan panutan nilai serta norma bagi siswa. Jika lingkungan kontrol sosial ini hilang maka para siswa akan âcanggungâ dalam melaksanakan kehidupan individu dan sosialnya. Mereka, para siswa dimasa perkembangannya ini kehilangan kontrol sosial dan panutan nilai serta norma. Perlu waktu yang lama untuk mengembalikan kesadaran mereka terhadap nilai dan norma yang ada.
Dari situ bnpb.co.id, Presiden Jokowi pernah menetapkan pada sekitar bulan April 2020 bahwa COVID-19 sebagai bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Sebagaimana siklus manajemen bencana yang terjadi pada umumnya, setelah bencana tersebut terjadi maka harus ada pemulihan (recovery). Begitu juga pada aspek pendidikan, perlu adanya pemulihan pembejaran bagi para siswa. Pada bulan-bulan ini September dan Oktober angka kasus covid 19 di banyak daerah di Indonesia sudah mengalami penurunan maka pemulihan yang dapat dilakuakan ialah mendorong sekolah untuk mengadakan pembelajaran tatap muka. Kemendikbud juga sudah menghimbau agar pembelajaran tatap muka terbatas pada PPKM level 1,2 dan 3 sudah boleh dilaksakan. Sekolah dan masyarakat hendaknya jangan ragu dengan pembelajaran tatap muka tersebut. Asalkan protokol kesehatan dilaksanakan. Selain itu, tentu saja setelah melewati tahap-tahap yang dipersyaratkan untuk pembelajaran tatap muka tersebut.
#GuruHebatBangsaKuat #PandemidanPotretDuniaPendidikan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.