Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image lazpri ani

Pandemi dan Pelangi Pendidikan di Indonesia

Guru Menulis | 2021-10-10 22:41:51
oleh : Lazpriani, ST

Ujian pandemi Covid-19 sampai saat ini belum juga berakhir. Dunia Pendidikan hampir mengalami kritis ilmu. Tak bisa dipungkiri siswa mulai jenuh dengan pembelajaran online, putus sekolah pun banyak tak terelakkan. Gagap teknologi dan faktor ekonomi yang jadi penyebabnya. Keputusan asaan mereka yang tidak mampu belajar secara online, membuat malas meneruskan pendidikan.

Seyogyanya Pendidikan untuk menambah kreatfitas siswa, malah sebaliknya kreatifitas siswa jadi mati suri. Selama pembelajaran online siswa dituntut mengerjakan soal saja tanpa penjelasan. Tugas yang diberikan siswa selama masa pandemi tidak di hubungkan dengan aktifitas mereka sehari-hari, kecapean dengan berbagai tugas dan kejenuhan membuat partisipasi belajar online semakin berkurang dari hari ke hari.

Banyak siswa dan orangtua mengganggap bahwa belajar online bukan sekolah, tetapi libur. Akhirnya membuat siswa tak menganggap tugas dan penjelasan dari video pemelajaran wajib untuk diikuti. Akhirnya terjadi lost learning. Dunia Pendidikan masuk level merah kalau dilihat dari jumlah partisipasi dalam belajar online. Tidak sampai 50 % mereka menghadiri kelas online. Tingkat Pendidikan dan ekonomi yang rendah orangtua pun menjadi andil dalam kejadian ini, Mereka tak sempat memberikan pendampingan kepada anaknya selama belajar dari rumah. Soal yang diberikan guru secara online, tak semua orangtua mampu memecahkannya. Sungguh Memprihatinkan.

Guru tak tinggal diam melihat kejadian ini, Pandemi tak boleh merusak segalanya. Home visit sebagai langkah pertama yang dilakukan. Bukan jumlah yang sedikit untuk dikunjungi rumahnya. Dari hasil home visit diketahui:

1. Siswa perempuan telah menikah muda

2. Siswa bekerja untuk menambah penghasilan orangtua

3. Ada juga orangtua yang menganggap anaknya libur panjang tanpa batas.

4. Orangtua tak paham menggunakan Hp untuk memantau aktivitas di kelas maya.

Dari temuan Langkah pertama. Guru harus mengubah cara mengajar daringnya, agar tak kehilangan siswanya. Guru sebagai Fasilitator bagi siswa. Pembelajaran dipusatkan ke siswa, dengan memberikan pengalaman belajar. Ada pepatah mengatakan pengalaman merupakan guru terbaik. Untuk itu perlu dibangun langkah selanjutnya, untuk menghidupkan kembali dunia Pendidikan yang hampir redup.

Langkah kedua, Guru memberikan solusi yaitu bimbingan di sekolah minimal sekali dalam seminggu. Tak lupa menaati prokes. Walau hal itu dapat membahayakan bagi itu sendiri. Dengan niat yang baik Insya Allah akan terhindar dari segala penyakit. Melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan para siswa. Memberikan pemahaman belajar itu dimana saja, bisa lewat daring maupun luring. Hasilnya partispasi siswa nulai merangkat naik.

Guru mulai melakukan inovasi baru. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Penjelasan diberikan lewat video pembelajaran. Tugas yang diberikan tak jauh-jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Tugas dikumpulkan secara luring. Alhasil jumlah partisipasi siswa mulai makin meningkat. Ini merupakan upaya langkah ketiga.

Langkah ke empat, pada saat pandemi mulai menurun tingkat penyebarannya. Adanya kebijakan tatap muka terbatas, ini sangat disambut baik dari semua kalangan. Walapun jumlah jam pelajaran tak sesuai dengan struktur kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya. 1 JP = 45 menit, guru harus memutar otak untuk menyampaikan materi dalam waktu yang singkat. Perlu dibuatnya rencana pembelajaran dalam waktu sesingkat itu. Tetap media pembelajaran digunakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tugas dikumpulkan secara online.

Langkah keempat inilah yang membuat sedikit angin segar bagi dunia Pendidikan, langit Pendidikan yang berwarna merah mulai masuk ke warna kuning. Jumlah yang partisipasi belajar mulai meningkat 80 %. Letak geografis, tingkat ekonomi dan tingkat Pendidikan masyarakat Indonesia, tidak sama dengan negara maju yang lebih dahulu menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Menurut pendapat penulis untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu adanya kombinasi antara pembelajaran daring dan luring. Sedikit-sedikit mengenalkan teknologi dalam pembelajaran akan memberikan dampak positif bagi dunia Pendidikan.

Pada saat belajar tatap muka terbatas, bisa diberikan materi serta langkah -langkah penggunaan aplikasi pembelajaran. Dimulai dengan penjelasan ringan dan memperhatikan spikis siswanya. Setelah itu, pelan-pelan diarahkan dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Tugas yang tidak jauh dengan kehidupan sehari-hari siswa diberikan secara online. Dikumpulkan juga secara online. Agar siswa tidak gagap lagi dengan teknologi.

Ala bisa karena terbiasa. Jadikan pembiasaan dalam penggunaan teknologi akan dampak baik bagi dunia Pendidikan. Keahlian siswa dibidang tekonologi makin bertambah, generasi bangsa ini menjadi makin hebat.

Untuk itu perlu adanya penunjang sarana prasana seperti internet yang perlu ditingkat dan menyeluruh di pelosok Indonesia. Guru harus melek teknologi dan mampu menerapkan tekonologi itu dalam dunia Pendidikan. Sekolah pun harus siap menerima perubahan besar ini, menyiapkan segala sarana prasana yang menunjang pembelajaran daring. Perlu disosialisasikan kepada siswa dan orang tua tentang perubahan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Semoga pengusaan terhadap teknologi ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia, sehingga warna Pelangi dunia Pendidikan menjadi lengkap dan indah.

Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu." (HR. Ahmad)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image