Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Kapan Anda Menjadi Dewasa?

Eduaksi | 2022-06-06 14:09:47
image: Relevant Magazine

Mungkin saat itulah Anda dapat berkontribusi pada orang lain.

Poin-Poin Penting

· Ada perdebatan besar tentang kapan dan bagaimana seseorang menjadi dewasa.

· Secara historis menjadi dewasa telah ditandai sebagai menjadi mandiri dari orang lain.

· Kontribusi orang dewasa yang muncul sering diabaikan namun sering menjadi ciri kapan dan bagaimana seseorang menjadi dewasa.

Kapan seseorang menjadi dewasa? Selama beberapa dekade terakhir, pertanyaan ini semakin menjadi perdebatan di kalangan anak muda dan keluarga mereka, media berita populer, dan institusi sosial yang mengelilingi mereka. Bagi banyak orang, penanda sosiologis "klasik" dari transisi peran orang dewasa—menyelesaikan sekolah, meninggalkan rumah, menikah, memiliki anak, dan memasuki dunia kerja—merasa semakin jauh dari jangkauan.

Selama beberapa dekade terakhir, perubahan sosial yang drastis telah menyebabkan penundaan transisi peran orang dewasa ini dan pergeseran demografis seismik. Orang dewasa yang muncul akan menikah, memiliki anak, dan memulai karir mereka jauh di kemudian hari daripada generasi sebelumnya.

Pergeseran ini membuat banyak psikolog, terutama Jeffrey Jensen Arnett, menyarankan bahwa usia 18-29 tahun lebih dari sekadar panggung untuk transisi ke masa dewasa: ini adalah fase perkembangan baru yang disebut sebagai kedewasaan yang muncul.

Teori dewasa ini muncul mendefinisikan periode perkembangan yang ditandai oleh lima pilar: waktu kemungkinan, ketidakstabilan, eksplorasi identitas, fokus diri, dan ambivalensi terhadap status dewasa. Masing-masing fitur ini menandai proses perkembangan sentral selama masa kehidupan ini.

Namun, absen dari konseptualisasi ini adalah aspek utama dari periode perkembangan ini: cara-cara di mana kedewasaan muncul adalah saat keinginan dan kesempatan untuk berkontribusi pada keluarga, komunitas, dan masyarakat sipil muncul ke permukaan. Kontribusi mengacu pada nilai-nilai, keinginan, dan perilaku yang mempromosikan kesejahteraan sosial dan rasa tanggung jawab dan tugas yang melampaui diri sendiri.

Kontribusi bisa untuk anggota keluarga, teman sebaya, atau komunitas seseorang atau melampaui rasa kewajiban sipil. Misalnya, orang dewasa yang muncul dari latar belakang asal imigran sering terlibat dalam membantu keluarga mereka menerjemahkan, merawat anak-anak atau orang tua di keluarga dan komunitas mereka, membimbing anggota komunitas yang lebih muda, dan mengadvokasi tujuan yang mereka pedulikan.

Kondisi saat ini yang dihadapi orang dewasa sebagai akibat dari globalisasi, imigrasi, perubahan lanskap pencapaian pendidikan, dan peluang ekonomi semuanya membentuk keinginan dan peluang mereka untuk berkontribusi kepada orang lain.

Di seluruh literatur yang ada, kontribusi tersebut dioperasionalkan dalam berbagai cara, termasuk kewajiban keluarga, keterlibatan sipil atau komunitas, dan kontribusi kepada komunitas seseorang atau masyarakat yang lebih besar.

Bukti empiris menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, kontribusi semacam itu menjadi semakin penting untuk pertumbuhan dewasa dan bahwa mereka merupakan komponen integral dari identitas orang dewasa yang muncul, dan bahwa mereka memainkan peran penting dalam pengembangan pemuda yang positif. Singkatnya, ada semakin banyak bukti bahwa kontribusi ini memainkan peran mendasar dalam kehidupan orang dewasa yang baru muncul. Namun, mereka telah diabaikan dalam konseptualisasi teoretis dari periode kehidupan ini.

Mungkin sudah saatnya kita menjelajahi pilar keenam kedewasaan yang baru muncul: kontribusi. Kontribusi yang tidak teruji ini memiliki implikasi penting tidak hanya untuk orang dewasa yang akan menjadi orang dewasa yang baru tumbuh ini, tetapi pada kenyataannya, memiliki implikasi penting untuk tipe masyarakat yang akan kita jadii.

***

Solo, Senin, 6 Juni 2022. 2:01 pm

'salam hangat penuh cinta'

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image