Filsafat Bahasa pada Masa Yunani
Sastra | 2022-06-06 13:42:40Menurut berbagai hasil penelitian bahwa “sepanjang sejarah peradaban manusia, filsafat telah menjadi perhatian yang penting danjuga mendalam bagi kehidupan”. Filsafat memberikan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Lantas, apakah adanya filsafat akan berjalan tanpa adanya alat komunikasi? Menurut para ahli filsafat bahasa selalu dipahami pada dua perspektif berbeda, yaitu : pertama, filsafat yang menggunakan bahasa sebagai alat analisis konsep-konsep dan kedua, filsafat yang mengkaji tentang bahasa sebagai materia yang dianalisis. Kedua pengertian ini berkembang menurut sudut pandang filsuf yang berbeda.
Dari kedua pengertian tadi bisa kita pahami bahwa filsafat bahasa merupakan salah satu bagian dari filsafat yang mengandalkan analisis penggunaan bahasa. Bahasa merupakan sarana yang penting dalam filsafat. Dalam salah satu karya tulis yang ditulis oleh Zainuddin dalam tulisannya yang berjudul Kontribusi Fisalsafat terhadap Perkembangan Ilmu Bahasa dituliskan bahwa Aristoteles, Plato, Sokrates adalah pelopor-pelopor yang menghiasi kehidupan dunia ilmu pengetahuan dengan pandangan-pandangan filsafatinya pada masa kejayaan Yunani.
Filsafat bahasa baru berkembang sekitar abad ke-20 setelah munculnya linguistik modern yang dipelopori oleh tokoh strukturalis yaitu Mongin Ferdinand de Saussure. Perhatian para filsuf terhadap bahasa telah berlangsung lama, yakni sejak zaman pra-sokrates. Secara garis besar fase-fase perkembangan filsafat itu terbagi menjadi empat fase, yaitu fase kosmosentris, yaitu pada zaman kuno (masa Yunani) pada fase ini pemikiran filsafat yang meletakkan alam sebagai objek pemikiran wacana filsafat. Kedua, teosentris, yang berkembang pada zaman abad pertengahan. Pada fase ini yaitu pemikiran filsafat yang menjadikan Tuhan sebagai pusat pembahasan filsafat. Ketiga, antroposentris, berkembang pada zaman modern. Pada fase ini pemikiran filsafat menjadikan manusia sebagai objek pembahasan filsafat. Keempat, logosentris, yaitu berkembang setelah abad modern sampai sekarang. Pada fase ini pemikiran filsafat menjadikan bahasa sebagai pusat wacaana filsafat, fase ini disebut juga dengan pascamodern atau postmodern.
Besarnya perhatian para filsuf terhadap bahasa, salah satunya disebabkan oleh fungsi bahasa itu sendiri. Yaitu sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan ahli sosiolinguistik mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat (dikutip dari salah satu jurnal tentang Filsafat Barat Klasik).
Filsafat Bahasa pada Masa Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani telah berjalan sekitar kurang lebih 600 tahun (5 SM-2 M). Pada zaman Yunani Filsafat merupakan dasar untuk memandang hakikat segala sesuatu termasuk bahasa. Oleh karena itu, bahasa juga dijadikan objek materi problem solving yang bersifat spekulatif oleh para filsuf. Pada saat itu munculah persoalan filsofis yaitu apakah bahasa itu dikuasai oleh alam, nature atau fisei ataukah bahasa itu bersifat konvensi atau nomos.
Selain itu menurut Amsal Bahtiar dalam bukunya Filsafat Ilmu halaman 212, pembahasan tentang hakikat bahasa di Yunani ditandai pula dengan munculnya teori analogi dan anomali. Keduanya merupakan diskursus filosofis yang mendasar mengingat bahasa merupakan sarana yang utama dalam filsafat terutama dalam logika. Golongan yang berpendapat tentang analogi, menyatakan bahwa alam mini memiliki keteraturan, demikian pula manusia juga memiliki keteraturan dan hal ini terefleksikan melalui bahasa. Oleh karena itu, menurut kelompok analogi bahwa bahasa itu teratur dan disusun secara teratur pula. Keteraturan dalam bahasa membawa konsekuensi dapat disusun suatu tata bahasa dan satu pradigma. Sebaliknya kaum anomalis ber pendapatberpendapat bahwa bahasa dalam bentuk-bentuknya tidak teratur, dalam pengertian ini bahasa pada hakikatnya bersifat alamiah.
Pada masa Yunani, Kaelan dalam karyanya menjelaskan bahwa pada masa itu beberapa filsuf mengembangkan pemikiran dan mengemukakan gagasan mereka tentang bahasa. Diantaranya adalah:
Pertama, Sokrates. Kaum sofis yang dikenal kemahirannya dalam olah penggunaan bahasa terutama melalui retorikanya, filsuf ini juga senantiasa aktif mengembangkan dan mengangkat masalah-masalah filsafat untuk diperdebatkan secara kritis (dikutip dari Hatta, 1980 : 54), yang berarti metode yang digunakan dalam analitika bahasa pada saat itu dikenal dengan metode dialektis-kritis. Adapun proses dialektis kritis dalam hal ini mengandung suatu pengertian yaitu dialog antara dua pendirian yang bertentangan dan merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide. Metode yang digunakan oleh Sokrates dan yang dikembangkan oleh kaum Shofis (retorika) memiliki perbedaan yang sangat tajam, walaupun demikian keduanya memiliki kesamaan yaitu menjelaskan konsep-konsep filosofis melalui bahasa.
Kedua, Plato. Pemikiran bahasa menurut Plato ini lebih luas. Ia berpikiran bahwa bahasa adalah ekspresi pikiran yang prosesnya itu diiringi dengan yang disebut dengan onoma dan rhema . Dikutip dari website, Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi dasar pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara mudahnya onoma ini disamakan dengan kata benda, sedangkan rhema disamakan dengan kata kerja atau kata sifat.
Selanjutnya, Aristoteles. Membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi tiga golongan yaitu onoma, rhema, dan syndesmos. Konsep jenis kata onoma dan rhema maknanya sama dengan yang dijelaskan pada masa Plato, sedangkan syndesmos adalah golongan kata-kata tertentu yang tidak termasuk dalam jenis kata onoma ataupun rhema. Golongan jenis kata ini merupakan hasil pemikirannya sendiri sebagai usaha untuk melengkapi pembagian itu.
Kesimpulannya bahasa memiliki peran yang sangat besar karena bahasa sebagai sarana komunikasidalam menuangkan pemikiran seseorang kepada orang lain. baik secara lisan, tulisan ataupun isyarat sehingga dapat dimengerti. Dengan adanya bahasa segala ilmu pengetahuan dapat berkembang termasuk filsafat. Dalam tugas pokoknya, filsuf menggunakan analisis bahasa sebagai sarana untuk menguraikan konsep-konsep filosofis sehingga mudah dipahami dan berkembang sesuai dengan peradaban ummat manusia. Untuk menganalisis peranan bahasa dalam perkembangan filsafat, dalam pembahasan ini membagi fase perkembangan filsafat menjadi empat bagian yang salah satunya dibahas adalah pada masa Kosmosentris atau Masa Yunani.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.