Bank Panic : Hilangnya Kepercayaan terhadap Bank Berdampak pada Perekonomian Negara
Eduaksi | 2022-06-06 05:32:50Perbankan sangat berpengaruh pada perekonomian suatu negara. Peran bank sangat besar dalam perekonomian dan penyebaran uang ke masyarakat. Oleh karena itu, bank disebut sebagai lembaga perantara. Bank menghimpun dana dari pihak lender atau pihak yang memiliki dana berlebih dan menyalurkan pinjaman kepada pihak borrower atau pihak yang membutuhkan dana. Namun, bagaimana jika suatu bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat?
Hilangnya kepercayaan dari masyarakat kepada bank mengakibatkan adanya penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Hal ini biasa disebut dengan bank panic atau rush money. Tidak hanya nasabah, namun para investor luar negeri juga akan terkena imbasnya. Bank harus menjaga tingkat likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya untuk mencairkan dana nasabah ketika diminta. Kondisi likuiditas yang lemah, maka bank harus segera mengambil tindakan untuk meminjam dana dari bank lain dengan adanya tingkat suku bunga antar bank, atau biasa disebut dengan proses kliring. Ketika seluruh bank tidak dapat meminjamkan dana, disinilah bank sentral berperan sebagai “a lender of the last resort”. Bila cadangan devisa negara tidak cukup, dampak berikutnya adalah utang ke lembaga internasional, seperti IMF. Jika terjadi rush money pada seluruh bank, maka akan menyebabkan kemungkinan terjadinya bank failure. Hal ini tentu akan memicu terjadinya krisis moneter.
Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya rush money saat krisis moneter pada tahun 1997. Rasa panik dan takut para nasabah sehingga hilang kepercayaan kepada bank dibumbui dengan adanya provokasi oleh pihak tertentu membuat para nasabah menarik uangnya dari bank. Nasabah beranggapan bahwa bank tidak mampu untuk mengelola uang yang dititipkan kepadanya, sehingga mereka memilih untuk menarik uangnya daripada uangnya hilang. Selain ketidakpercayaan nasabah terhadap bank, rasa aman ketika uang dimiliki secara tunai saat keadaan genting juga memicu terjadinya hal tersebut.
Bank panic atau rush money memiliki dampak yang sangat besar terhadap perekonomian negara, salah satu dampaknya yang paling parah adalah resesi ekonomi negara yang berujung inflasi. Ketika rush money terjadi, akan ada banyak bank yang tidak dapat membayar kepada nasabah, hal ini akan memicu pemerintah untuk menyuntikkan dana pada bank-bank tersebut sehingga jumlah uang yang beredar akan bertambah dan membuat nilainya berkurang.
Permasalahan ekonomi seperti ini harus diantisipasi. Bank memiliki peran untuk mengedarkan dan memutar uang dalam suatu negara. Namun, jika terjadi rush money, maka ekonomi negara akan lemah karena uang tidak berputar seperti seharusnya. Contoh ketidakpercayaan masyarakat saat ini adalah banyak pelaku UMKM yang mengeluh karena bank tidak meminjamkan mereka dana. Perlu kita ketahui, bahwa bank juga menerapkan adver selection untuk mencegah terjadinya moral hazard atau pailit. Adver selection adalah kegiatan yang dilakukan oleh bank sebelum transaksi terjadi, dimana sistem perbankan melakukan validasi terhadap calon borrower yang berpotensi merugikan. Bank tidak akan semata-mata mengedarkan uang tanpa arah yang jelas. Jika terjadi moral hazard akibat borrower terkena pailit, maka akan berpengaruh juga pada likuiditas bank itu sendiri. Maka dari itu, kesadaran masyarakat sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan ekonomi. Kita jangan mudah terpancing oleh isu-isu yang belum tentu benar. Ketidakpercayaan pada perbankan dan ajakan untuk menarik uang secara massal justru akan memperparah kondisi perekonomian suatu negara.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.