Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sumarno Fauzan

Pandemi, PISA, dan Growth Mindset

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 11:54 WIB

Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi kehidupan manusia. Tak terkecuali yang terkena dampaknya dunia pendidikan. Praktis sejak pertengahan Maeret 2020 proses belajar mengajar dilakukan dengan moda dalam jaringan (Daring) atau online. Dimana para peserta didik tidak datang ke sekolah tapi belajar dari rumah masing-masing dengan bantuan piranti information technologi (IT), atau berbasis internet.

Internet seolah makhluk baru yang selalu akrab dengan para peserta didik dan tentu guru. Peserta didik dan guru “dipaksa” oleh keadaan untuk sering bercengkrama dengan handphone atau laptop yang yang tersambung dengan jaringan internet. Kondisi ini lama-lama membuat insan pendidikan semakin melek IT, sebagaimana ungkapan, “bisa karena biasa”.

Selama ini, stereotip bahwa dunia pendidikan tertinggal dalam penguasaan IT dibanding dunia bisnis, terutama perbankan. Dengan pembelajaran daring diikuti semakin meningkatnya penguasaan IT di dunia pendidikan akan menghapus stereotip tersebut.

Jika dicermati, pembelajaran daring di satu sisi meningkatkan kemampuan pendidik dan peserta didik dalam menggunakan IT. Di sisi lain disinyalir menurunkan kualitas pendidikan. Amanat kurikulum, proses pendidikan agar peserta didik kompeten di bidang spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi spiritual, sosial, dan keterampilan dinilai paling kurang maksimal jika pembelajaran dilakukan secara daring.

Ketiga kompetensi tersebut merupakan pengalaman hidup, maka perlu dibangun melalui interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik, antara sesaama peserta didik, bahkan antara peserta didik dengan masyarakat. Fakta dalam pembelajaran daring peserta didik lebih fokus di depan handphone atau layar komputer, tentu mengurangi pembentukan karakter peserta didik.

Ada yang menyebut telah terjadi learning loss. Karena terlalu lama siswa ikut pembelajaran daring dikhawatirkan bakal terjadi learning loss. Learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik. Atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu (Kompas.com : 6/9/2021).

Hasil PISA

Programme for International Student Assessment (PISA), suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan. Diselenggarakan setiap tiga tahun sekali dengan tes acak terhadap murid-murid usia 15 tahun meliputi bidang membaca, matematika, dan sains. Program ini diinisiasi oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Pada 2018 diikuti 79 negara di seluruh dunia. Indonesia telah berpartisipasi dalam studi PISA mulai tahun 2000.

Data hasil survei PISA 2018 menunjukkan penurunan dibanding hasil survei PISA 2015. Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74. Sedangkan, kemampuan matematika dengan skor 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 ada di posisi 71 (Republika.co.id: 3/4/2020). Sedangkan hasil survei PISA 2015, kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 397, kemampuan matematika dengan skor 386,dan kemampuan sains dengan skor 403.

Survei PISA 2018 diselenggarakan sebelum pandemi Covid-19 melanda. Artinya, hasil survei PISA 2018 tak bisa dijadikan tolok ukur pembelajaran di masa pandemi. Namun, dengan mencermati kondisi riil pembelajaran pada masa pandemi yang dilakukan dengan segala keterbatasan, dapat diasumsikan hasilnya lebih rendah dibanding hasil survei PISA 2018.

Sesuai interval survei PISA dilaksanakan setiap tiga tahu sekali, seteah 2018 pada tahun 2021 PISA kembali dilaksanakan. Hasil survei PISA 2021 baru dapat diketahui setelah laporannya dirilis, yang kemungkinan tahun 2022.

Kebetulan pada 2022 ini pula Indonesia melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) untuk yang pertama kalinya. Polanya hampir mirip dengan survei PISA. Maka, hasil survei PISA 2021 dan ANBK hasilnya bisa untuk mengonfirmasi pembelajaran di tengah pandemi.

Namun, walau belum penulis temukan hasil survei tentang korelasi kualitas pendidikan di Indonesia dengan pandemi Covid-19, setidaknya ditemui berbagai indikasi di lapangan. Banyak waktu yang tak secara efektif digunakan oleh peserta dididk untuk belajar, kurangnya bimbingan langsung dari guru sehingga kurang dalam pembentukan karakter peserta didik.

Growth mindset

Karena kondisi yang memaksa pembelajaran daring yang dinilai tak maksimal. Hal terpenting bangun mental atau pola pikir positif pada setiap peserta didik. Pola pikir atau mindset merupakan pondasi bagi manusia utnuk mencapai sesuatu dalam hidupnya.

Carol S. Dweck, Ph.D. (2016), mengemukakan, ada dua pola pikir manusia. Pertama, fixed mindset atau pola pikir tetap, merupakan sebuah penggambaran tentang orang-orang yang percaya bahwa kualitas, kecerdasan, atau bakat mereka merupakan sifat yang sudah tetap, tidak dapat berubah. Kedua, growth mindset atau pola pikir yang tumbuh, berkeyakinan dasar bahwa kecerdasan mereka dapat terus berkembang seiring dengan waktu, usaha, serta ketekunan.

Meminjam istilah Carol S. Dweck, pembelajaran dalam kondisi apapun harus dilandasi oleh pola pikir positif, pola pikir tumbuh (growth mindset), serta melakukan upaya kongkret. Hal ini sesuai tema Hari Kemerdekaan ke 76 Republik Indonesia, “Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Apalagi di masa pandemi, dengan pola pikir positif (tangguh dan tumbuh) setidaknya membantu memperkuat imunitas.

Sebelum Carol S. Dweck mengemukakan pendapatnya itu, Allah telah memotivasi melalui Al Qur’an Surat Ar Ra’d ayat 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. Oleh karena itu, harus ikut berpartisipasi mengatasi wabah Covid-19 dengan langkah solutif, kreatif, dan inovatif. Setidaknya dengan mengikuti aturan pemerintah dalam mencegah pandemi yang terbukti memiliki progres dan mendapat apresiasi dari negara lain. Ikuti vaksin, lakukan protokol kesehatan.[#]

#GuruHebatBangsaKuat

Sumarno, Praktisi pendidikan, staf pengajar di SMP Gantang, Kota Tangerang.

#PandemidanPotretDuniaPendidikan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image