Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image maria teresa

Perkembangan Sosial Masyarakat pada Revolusi Industri 4.0

Info Terkini | Saturday, 04 Jun 2022, 16:44 WIB

Industri 4.0 atau revolusi industri keempat merupakan istilah yang umum digunakan untuk tingkatan perkembangan industri teknologi di dunia. Untuk tingkatan keempat ini, dunia memang fokus kepada teknologi-teknologi yang bersifat digital. Contoh penerapan revolusi industri 4.0 yang sudah terlaksana di Tanah Air adalah kebijakan e-smart Industri Kecil dan Menengah (IKM). Kebijakan tersebut membantu para pelaku usaha untuk secara lebih masif dapat mempromosikan produk mereka di platform digital.

Klaus Schwab selaku Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) adalah orang yang untuk pertama kalinya memperkenalkan revolusi Industri 4.0. Dalam perkenalannya, revolusi ini disebut akan secara fundamental mengubah hidup dan kerja manusia. Dibanding pendahulunya, revolusi industri ini punya ruang lingkup, skala, dan kompleksitas lebih luas.

Semangat awal dari kemajuan teknologi adalah untuk mempermudah kehidupan manusia. Sejak penemuan mesin dan dimulainya era otomatisasi telah membuat produksi semakin berlipat dan memangkas waktu serta biaya yang dikeluarkan. Namun demikian, pada akhirnya segala kemudahan ini berdampak besar manusia, karena membuat penggunaan tenaga manusia berkurang secara signifikan. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah pengangguran. Tepat pada titik inilah, maka perlu adanya sebuah paradigma pembangunan yang tidak saja meningkatakan kemampuan manusia di bidang teknologi saja, namun juga perlu meningkatkan mentalitas manusianya sendiri.

Dalam usaha membangun karater itu maka diperlukan peran ilmu sosial humaniora. Memang patut disayangkan, dalam beberapa kesempatan, ilmu humaniora dianggap ilmu second class yang kurang memberikan dampak yang signifikan di era revolusi industri 4.0. Padahal, jika ditelusur lebih lanjut, perkembangan sains (ilmu pengetahuan) yang menghasilkan kemajuan teknologi dewasa ini berawal dari rasionalitas yang dibidani oleh ilmu humaniora.Gerakan itu tercermin ketika kelahiran zaman modern pada abad sekitar XVII (Hardiman, 2004). Di zaman itu, era kebangkitan rasio telah dimulai, sehingga memungkinkan manusia untuk berpikir bebas lepas dari doktrin teologis yang membelenggu. Pada abad XVIII terjadi perubahan besar dalamcara berpikir manusia. Hal ini ditandai dengan terjadinya sekularisasi ilmupengetahuan sehingga terjadi pemisahan antara raga dan jiwa yang dipelajarisecara terpisah. Bagian raga diperlakukan sebagai materi dan diterangkansebagaimana halnya dengan gejala alam. Ilmu pengetahuan alam terpisahdari ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Menjelang akhir abad XX,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat sehingga terjaditeknologisasi kehidupan dan penghidupan (Jacob, 1988)

Teknologi berkembang sendiri danmakin terpisah, serta jauh meninggalkan agama dan etika, hukum, ilmupengetahuan sosial dan humaniora. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menyeimbangkan pendidikan teknologi dengan humaniora. Pengetahuan tentang alam dan kehidupan tidak utuh tanpa disertai pengetahuan tentang mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, bagaimana perkembangan selanjutnya serta bagaimana sebaiknya dan seharusnya. Teknologi keras tidak utuh tanpa teknologi lunak.(Jacob, 1988)

Penelitian tentang Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan sosial telah menunjukkan bahwa globalisasi tidak hanya fenomena yang berdampak pada bidang teknologi saja, namun telah mendisrupsi berbagai bidang lain seperti sosial, hukum, dan ekonomi. Akibat yang ditimbulkan dari disrupsi ini membuat tatanan dunia berubah drastis. Masalah-masalah yang terjadi pada hari ini, tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara sama seperti dalam konsep yang lampau.

Revolusi Indsutri 4.0 tidak mungkin hanya dihadapi dengan pengembangan teknologi tanpa melibatkan dinamika sosial di dalamnya. Selain menyiapkan daya saing yang unggul, perlu dibangun kesadaran dan kedewasaan masyarakat dalam menyikapi perkembangan dunia saat ini, terutama di zaman post truth, ketika informasi yang mengalir deras tanpa kejelasan kebenarannya. Perlu dirumuskan strategi kebijakan nasional melalui kesadaran dan kedewasaan berpikir. Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, maka peneliti berpendapat terdapat dua jalan yang meski ditempuh: Pertama, menyiapkan pelaksanaan pendidikan yanglink and match antara sumber daya manusia dan kebutuhan zaman di era revolusi industri. Kedua,selain menyiapkan pendidikan yang link and match, sumber daya manusia yang disiapkan juga harus dibekali dengan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh imu sosial humaniora. Ketika ilmu-ilmu eksakta berperan dalam pengembangan teknologi secara empiris, maka ilmu-ilmu humaniora tetap berperan dalam menjaga kualitas manusianya (software/users). Jika hal ini terjadi, maka kemajuan teknologi sebagai anak kandung ilmu pengetahuan dapat memberikan dampak positif bagi peradaban manusia itu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image